PWMU.CO – Dongeng boneka menambah suasana ceria ujian praktik kelas VI di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Selasa (16/3/21).
Dongeng boneka tersebut digelar live lewat Zoom Clouds Meeting secara bertahap, sesuai jadwal. Ujian Bahasa Indonesia ini dimulai pukul 07.30 WIB dan berakhir 14.00 WIB.
Salah satu guru penguji Zahara Firdausi SPd mengatakan, mendongeng dipilih sebagai satu materi ujian praktik Bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan kreativitas anak.
Selain itu, kata dia, mendongeng juga dapat meningkatkan kemampuan linguistik. “Kami ingin melatih komunikasi anak, mengasah daya imajinasi mereka, serta meningkatkan motoriknya,” ujar Zahara Firdausi, Jumat (26/3/21).
Ia menjelaskan, dengan mendongeng, anak juga akan menjadi lebih konsentrasi dan membantu mereka bersosialisasi. “Kami yakin pasti ada pesan positif yang anak berikan dalam setiap penampilan dongeng mereka,” ungkapnya.
Kriteria Penilaian
Zahara Firdausi dan timnya juga telah menerapkan kriteria penilaian dalam ujian praktik ini. Yaitu lafal dan intonasi, kesesuaian ekspresi, penguasaan cerita, serta kostum atau properti pendukung.
Siswa kelas VI diminta menyiapkan cerita berdurasi delapan menit. Mereka harus menampilkan cerita tersebut live Zoom sesuai jadwal dengan kreativitas masing-masing.
Judul yang diajukan pun beragam dan menarik. Di antaranya Kisah Kasih Sayang Ibu Kelinci kepada Anaknya, Kisah Kasih Sayang Pohon Apel, Petualangan Anak Kucing Mencari Kasih Sayang Ibunya, Kasih Sayang Orang Tua Sepanjang Masa, dan lain-lain.
Zahara Firdausi dan timnya sempat terkejut saat menyaksikan tampilan Akmal Hanif Ahza. Siswa kelas VI KH Ibrahim itu menyampaikan dongengnya dengan media kardus yang dibentuk menyerupai televisi.
Karakter tokoh yang dimainkan dengan media gambar yang dibentuk seperti wayang. Saat menampilkan setiap tokoh, ia mengubah karakter suara berbeda-beda. “Seakan-akan kita melihat panggung boneka di depan layar televisi,” ungkap Zahara Firdausi.
Beberapa siswa lain, lanjutnya, juga menyampaikan dongeng dengan pembawaaan yang humoris. “Namun makna cerita masih tersampaikan dengan baik,” kata dia. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Mohammad Nurfatoni