PWMU.CO – Budaya Korea bisa menjadi masalah bagi negara disampaikan Andreas Susanto dalam acara Darul Arqom Dasar (DAD) Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) STAI Muhammadiyah Paciran, Kamis (25/03/21).
Dalam kegiatan yang berlangsung di Panti Asuhan Karangasem Paciran dia mengatakan sejak pandemi trend fans genre Korea dengan sebutan Korea Wave (gelombang Korea) telah melanda generasi Z.
“Secara signifikan, generasi milenial sedang terjajah dengan adanya budaya luar yang membuat mereka kurang bangga dengan budaya lokal Indonesia,” ujarnya.
Dia menjelaskan dilansir dari beberapa sumber semenjak pandemi, gelombang Korea ini sudah menjadi suatu kebanggaan bagi remaja Indonesia.
“Mulai dari fashion, gaya hidup, bahkan perilaku mereka,” jelasnya.
Dampak tersebut, lanjutnya, terjadi karena terdapat faktor Internal maupun eksternal. Yang mana pemuda Indonesia kurang bangga dan menganggap budaya Indonesia itu kuno dan ketinggalan zaman.
Kolonialisasi Gaya Baru
Ketua DPD IMM Jawa Timur ini mengatakan kita sekarang mengalami penjajahan modern dengan apa yang dikenal dengan istilah kolonialisasi gaya baru.
“Ini merupalan bentuk penjajahan berupa framing (pembingkaian) masyarakat Indonesia yang konsumtif dan tidak aktif dalam memproduksi,” jelasnya.
Ini, tegasnya, menjadikan warga negera Indonesia sudah dipola hanya bisa menjadi buruh pabrik yang efektif tanpa memiliki kedaulatan tersendiri.
Problematik Negara
Dalam acara yang mengusung tema Problematika Negara dan Membahas Apa Sebenarnya Ancaman Negara, Andreas memaparkan masalah kedaulatan yang merupakan kekuasaan kita sendiri.
“Memiliki kedaulatan bukan berarti bisa berbuat sewenang-wenang, tetapi kedaulatan dipakai untuk kesejahteraan kita sendiri,” ungkapnya di hadapan peserta alumni DAD PK IMM STAIM 2021,
Hilangnya kedaulatan kita, sambungnya, ada dalam banyak bidang. Di antaranya bidang pendidikan, kesehatan, hukum atau sistem pemerintahan, ekonomi, dan budaya.
“Warga Negara kita yang masih memiliki keterbatasan dalam menggunakan layanan kesehatan negara, masyarakat yang sulit mengenyam pendidikan, kemiskinan yang masih menjadi isu semata,” katanya.
Perpecahan sampai Ancaman
Andreas menjelaskan sistem pemerintahan Indonesia yang menurut sejarah sejak zaman dulu sudah tidak dapat berdaulat sendiri.
“Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan Indonesia mudah dibumbui dengan ideologi yang mampu mengadu domba dan bisa menyebabkan perpecahan sampai mengancam kedaulatan negara,” ujarnya.
Dia mengatakan Ir Soekarno pernah mengusulkan dan memprioritaskan bahwa Indonesia harus mampu berdikari. Ini artinya, sambungnya, Indonesia dengan sumber daya alam melimpah berkesempatan mengolah dan menghasilkan produk berkualitas.
“Sebagai salah satu motor pergerakan bangsa, mahasiswa khusunya IMM sudah menjadi kewajiban kita menjadi penyalur aspirasi masyakat dan agent of change (agen perubahan) bagi bangsa kita,” tandasnya. (*)
Penulis Putri Rizqiyatus Salsabillah. Editor Ichwan Arif.