PWMU. CO– Umat Islam memiliki al-Quran sebagai sumber inspirasi yang dahsyat. Tapi ajarannya belum diamalkan sehingga muslim kalah dalam ilmu pengetahuan dan peradaban.
Hal itu disampaikan Habiburrahman El Shirazy dalam kajian Ahad malam (28/3/2021) dengan tema Quran Inspirasi Utama yang diadakan secara virtual oleh Mulia Institute.
Menurut dia, al-Quran belum masuk ke jiwa, belum menggerakkan, belum benar-benar menginspirasi hidup kaum muslim zaman sekarang.
”Contoh paling nyata, al-Quran memerintahkan kita untuk membaca. Tetapi realitasnya, minat baca umat muslim hingga kini masih rendah. Harus diakui budaya literasi kita masih tertinggal jauh dibanding umat agama lain,” kata Kang Abik, panggilan akrabnya.
Dia punya analogi. Kita ibarat pasien diberi resep oleh dokter. Tapi resep itu tidak dibaca, atau sudah dibaca tapi tidak tahu maknanya. Sebenarnya tidak paham isi resep tidak masalah, asalkan datang ke apotek untuk ditukarkan dengan obat. ”Walaupun sudah memegang obat, tetapi kita tidak meminumnya sebagaimana dianjurkan oleh dokter, ya kita tidak akan sembuh,” tutur penulis novel Ayat-Ayat Cinta ini.
Ditegaskan, al-Quran itu diyakini sebagai penyembuh, asysyifa’. Arti penyembuh ini dapat bermakna penyembuh secara jasmani, ruhani, maupun peradaban.
Kang Abik menyebutkan, al-Quran sudah memberi insprasi luar biasa ketika diterapkan. Contoh, surat al-Maun yang menyuruh menyantuni anak yatim dan memberi makan orang miskin.
Inspirasi Peradaban
Dia membuat contoh lagi, peradaban Firaun sangat maju dapat membangun piramid. Peradaban Yunani juga maju tentang filsafat dan bangunannya.Tapi semua itu kini tinggal kenangan. Namun ilmuwan muslim seperti Ibnu Rusy mampu menghidupkan pemikiran peradaban itu dengan inspirasi dari al-Quran yang bisa kita baca.
Begitu juga dengan pemikiran Imam Ghazali, Imam Nawawi, Imam Suyuthi yang menghidupkan al-Quran dengan kajian pemikirannya. Para dokter pun dapat membaca tulisan Ibnu Sina yang mengembangkan ilmu kedokteran menjadi lebih modern berkat al-Quran.
Dari Quran, sambung dia, menumbuhkan tradisi literasi terdahsyat, seperti Ilmu Nahwu, Tajwid, Qiroah, Balaghah, Hadits, Ulumul Quran yang ditulis intelektual muslim. ”Al- Quran dapat memengaruhi manusia untuk berpikir. Banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan ajakan untuk berpikir ,” ujar alumnus Universitas Al Azhar Kairo itu.
Kang Abik menceritakan kisah Usaid bin Hudhair, sahabat yang mencintai al-Quran. Ketika sahabat ini membaca Qur-an tiba-tiba kudanya meronta-ronta. Saat dia berhenti membaca, kudanya tenang kembali. Usaid melihat ke langit ada cahaya yang naik turun.
Pagi harinya, dia ceritakan peristiwa itu kepada Nabi Muhammad saw. Kata Nabi Muhammad saw, itu adalah malaikat yang turun ingin mendengarkan merdunya suara Usaid bin Hudhair membaca Quran. Kuda meronta-ronta karena melihat sosok malaikat.
Bahkan, sambung Kang Abik, al-jamad atau benda padat juga bisa terpengaruh al-Quran. Seperti dijelaskan dalam surat Hasyr: 21. ”Jika Kami menurunkan al-Quran di atas gunung, kamu akan melihatnya tunduk dan terbelah karena takut Allah.
”Al-Quran bukan untuk gunung, tetapi manusia. Pertanyaannya sejauh mana kepatuhan kita setelah membaca Quran?” tutur Kang Abik.
Bahkan, lanjut dia, orang seperti Abu Jahal mengetahui keindahan al-Quran saat dia mencuri dengar Nabi membacanya di tengah malam. Hanya saja dia takabur dan menolak serta melarang kaumnya mendengarkan al-Quran agar tidak terpengaruh. *
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto