PWMU.CO– BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencanangkan 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana 2021. Disingkat HKB 2021.
Menyosialisasikan puncak peringatan HKB 2021, BNPB mengadakan talkshow virtual Hari Kesiapsiagaan Bencana 2021 dengan topik Peran Perempuan dan Keluarga dalam Menghadapi Bencana dan Latihan Membuat Kita Selamat dari Bencana. Acara digelar Rabu (31/10/2021) pukul 10.00.
Narasumber yang hadir Ratna Susiana Wati, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan dan Hening Purwati Parlan MM, praktisi kebencanaan yang juga aktif di Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah. Sebagai moderator Sari Widuri, penyiar Women Radio.
Ratna Susiana Wati mengawali materinya membicarakan perempuan bukan sekadar second person, bisa menjadi inisiator. Perempuan diyakini banyak pihak tidak hanya mampu menyelesaikan urusan domestik.
”Didasari atas kepercayaan terhadap kemampuan perempuan tersebut, urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak ada dinasnya hingga tingkat kabupaten/kota,” katanya.
Dia menyatakan, BNPB berkeyakinan bahwa menuntaskan masalah kebencanaan bukan mutlak kerja sama hanya level government. Talkshow ini untuk menggali potensi solusi dari berbagai pihak baik perempuan, anak-anak serta berbagai pihak lainnya .
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Maka tiga fase penanganan bencana meliputi penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan harus menjadi komitmen semua pihak.
Adapun mengenai peran perempuan dalam kebencanaan, mereka harus mendapat aksesibilitas berkaitan informasi, kesempatan terlibat dalam mengambil keputusan serta kesempatan menjadi relawan perempuan.
”Proses edukasi, informasi serta simulasi hendaknya dilakukan dari lingkungan keluarga sebagai lingkup terkecil masyarakat,” tambah Ratna.
”Dalam menjalankan perannya sebagai promotor serta agent of change perempuan hendaknya berkolaborasi untuk mengambil peran yang tepat,” tutur Ratna.
Strategi Struktur dan Kultur
Pembicara Hening Purwati Parlan bicara tentang dampak bencana. Sebagai negara yang memiliki gunung berapi sepuluh kali lebih aktif daripada Jepang, Indonesia telah menerbitkan undang-undang Penanggulangan Bencana tahun 2007.
”Mengenai strategi, perempuan dapat ikut andil dalam struktur. Sehingga ia bisa memengaruhi kebijakan terutama yang berdampak mengurangi risiko terhadap anak dan perempuan sebagai kelompok rentan,” ujar Hening.
Strategi kedua yaitu kultur. Seringkali sudah diadakan pelatihan sekaligus praktik lalu beberapa saat kemudian terlupakan sehingga saat bencana tidak tahu harus berbuat apa. ”Diperlukan aksi yang tepat untuk mengumpulkan narasi-narasi yang hilang tersebut,” ujar Hening.
Maka diperlukan kegiatan yang touchable yang real penting dan menarik di mata perempuan. Melalui informasi yang mampu menggugah kesadaran perempuan serta aksi yang applied atau mudah dilakukan semacam webinar atau bahkan arisan.
Berdasar riset di Jepang, penyelamat pertama adalah diri sendiri, setelah itu keluarga lalu tetangga. Simulasi berkesinambungan juga penting untuk mengantisipasi alih teknologi serta alih generasi.
Hening melanjutkan, tahun 2021 kita dihadapkan pada kompleksitas bencana baik alam maupun non alam. Maka penanggulangan kebencanaan harus menjadi urusan bersama agar memperoleh hasil maksimal dan efektif. ”Tentu saja diikuti pendekatan kearifan lokal, itu penting,” tandas Hening.
Pesan penanggulangan kebencanaan harus digaungkan secara luas agar semua bisa mendengar. Itu membutuhkan peran bersama antara pemerintah, civil society (masyarakat sipil), dan media.
Kehadiran relawan digital juga penting untuk membantu meluaskan informasi yang cepat, tepat dan terpercaya.
Mengenai dampak bencana terhadap anak dimana rentan terjadi trauma fisik maupun psikis, Hening menegaskan bahwa penanganan yang paling utama dan dibutuhkan adalah dari keluarga.
Pesan Presiden
Di sela berjalannya talkshow diputar video kiprah BNPB serta jajaran pemerintah lainnya dalam mengatasi kebencanaan yang disebabkan faktor alam maupun non alam.
Ada kutipan pesan Presiden Joko Widodo,”Prioritaskan pencegahan, jangan terlambat.”
Masih dalam video tersebut, dalam rapat Koordinasi Nasional BNPB Februari 2020, Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi pada mereka yang hadir dan semua anggota BNPB.
”Bapak ibu yang hadir di sini adalah yang selalu sigap datang pertama menyelamatkan dan meringankan beban para korban,” ujarnya.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 500 gunung berapi, 127 di antaranya masih aktif. Itulah yang menjadi bagian dari penyebab terjadinya bencana baik faktor geologi, vulkanik maupun hidrometeorologis.
Kejadian bencana baik alam maupun non alam dari tahun 2020 hingga Februari 2021 memaksa kita harus tangguh menghadapi bencana serta memberikan banyak pelajaran.
Presiden Joko Widodo berpesan, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Salus populi suprema lex esto. (*)
Penulis Yunia Zahrotin Nisa’ Editor Sugeng Purwanto