PWMU.CO – Lima Cara Menjadi Smart Parents disampaikan Asnando Danu di SD Muhammadiyah 1 GKB dalam Sharing is Caring yang bertema Smart Parents In New Normal Era, Selasa (30/03/2021). Kegiatan ini menyertakan wali siswa kelas VI secara virtual melalui Zoom Clouds Meeting.
Sebelum acara dimulai, Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi memberi pengantar. Menurutnya, pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi yang utama juga di rumah. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada wali siswa karena telah ikut mengambil peran dalam mendidik anak-anak.
“Ayah, bunda, sekolah menyadari bahwa pendidikan tidak hanya di sekolah, yang paling utama juga di rumah. Maka dari itu, sekolah mengucapkan terima kasih kepada ayah dan bunda yang sudah mendidik anak-anak,” ucapnya.
Ari, sapaannya, meyakini di masa mendatang anak-anak SD Mugeb akan menjadi generasi pemenang. “Kami yakin, bahwa anak-anak kita, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun yang akan datang akan menjadi generasi pemenang dan insyallah menjadi titik putih yang akan mengubah Indonesia ini lebih baik, serta menjadikan Islam lebih kuat,” tuturnya.
Ari juga menyatakan, tujuan sekolah mengadakan kegiatan ini untuk mengajak wali siswa untuk ikut menyukseskan program SD Mugeb sebagai sekolah ramah anak.
“Tujuan sekolah ramah anak adalah mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan anak serta menyiapkan anak untuk menjalani kehidupannya ke depan. Dalam hal ini, partisipasi orangtua sebagai pendidik utama sangat penting untuk mendukung sekolah. Oleh karena itu kami memberikan fasilitas kepada wali siswa untuk belajar bersama melalui kegiatan ini,” tuturnya.
Standar Kompetensi Kelulusan Siswa SD Mugeb
Dalam kegiatan Sharing is Caring juga ada pemaparan sosialisasi terkait dengan standar kompetensi kelulusan (SKL) siswa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Pendidikan Khoiro Numsyah SPd, menjelaskan, SKL siswa SD Mugeb meliputi empat kompetensi yaitu Al Islam, akademik, karakter, dan pengembangan diri.
Guru pengajar Bahasa Inggris itu juga menegaskan kriteria kelulusan SD Mugeb tahun ini. Pertama, menyelesaikan program pembelajaran. “Bahwa anak-anak wajib menyelesaikan proses belajar mengajar dari semester I-II,” terangnya.
Kedua dari segi hafalan. Khoiro, sapaannya, juga mengatakan bahwa siswa harus memenuhi target hafalan sebagai syarat kelulusan. “Anak-anak wajib menghafal al-Quran juz 30 dan 4 surah pilihan juz 29,” ujarnya.
Ketiga, memperoleh nilai sikap minimal baik (B) dan yang terakhir lulus ujian sekolah. Khoiro berpesan kepada semua wali siswa kelas VI dengan mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah No 33862 tentang mujarabnya doa orangtua untuk anak.
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang didzalimi, doa orang yang berpergian, dan doa orangtua pada anaknya,” pesannya.
Motivasi di Masa Pandemi
Kegiatan ini juga mengundang Asnando Danu, motivator nasional untuk memberikan motivasi kepada wali siswa agar tetap semangat mendampingi putra-putrinya selama belajar di rumah.
Dia mengawali dengan penjelasan ketika pandemi Covid-19 orang tua banyak yang berasa sedih, kecewa, stres, bingung dan lain-lain. Anak pun juga anak mengalami hal yang sama.
“Contoh saja, ketika anak-anak berencana untuk berlibur tapi adanya pendemi membuat tidak jadi berlibur,” ujarnya memberi contoh.
Motivator yang memiliki empat anak itu juga menerangkan di masa pandemi ini anak-anak membutuhkan orangtua yang berbeda.
“Maksudnya orangtua yang sama, akan tetapi cara pengasuhannya berbeda, perlu kita tahu zaman sudah berubah anak-anak juga berubah, maka pilihan orangtua juga harus ikut berubah,” tuturnya.
Maka dari itu, Asnando menjelaskan lima cara menjadi Smart Parents
Lima Cara Menjadi Smart Parents
Pertama, siap berubah. Asnando menjelaskan, perubahan itu berdasarkan dari kemauan. “Bisa tidak bisa, itu bukan karena mampu tidak mampu, tapi karena mau atau tidak mau. Bahwa ada prinsip mengatakan bisa karena biasa, biasa karena dipaksa,” katanya.
Dia menambahkan jika ingin anak kita berubah, maka diri kita harus menjadi role model, jadi kita harus siap berubah.
Kedua, mindfulness sebagai orangtua. Menurut Asnando, anak tidak hanya membutuhkan keberadaan orangtua secara fisik saja, tapi juga keberadaan orangtua secara keseluruhan.
“Maksudnya kadang kita sebagai orangtua itu ada tapi tidak ada, seperti ayah dan bunda lebih asyik dengan dirinya sendiri daripada ngurusi anaknya. Maka dari itu ayah, bunda harus hadir, tapi tidak hanya fisik saja, kita harus siapkan telinga kita, hati kita, dan hindari multitasking. Jika kita berbicara sama anak jangan sambil membaca WhatsApp atau melakukan kegiatan yang lain,” imbuhnya.
Ketiga ajak bicara sebagai sahabat. Asnando mengajak wali siswa untuk menganggap anak sebagai sahabat, tidak hanya diberi nasihat tapi berikan juga apresiasi.
“Ketika berbicara kita harus menyejajarkan posisi tubuh agar lebih enak untuk diajak bicara. Puasa nasihat, kita terlalu banyak menasihati karena anak kadang jenuh jika diberi nasihat terus menerus, perbanyak bertanya dan juga memperbanyak memberi apresiasi,” ucapnya.
Rawat Cintanya
Keempat rawat cintanya dengan cara memberikan pujian, dukungan, waktu berkualitas, pelayanan dan hadiah. Yang terakhir adalah temani anak dengan doa dan ibadah unggulan.
“Ayah bunda, sebagai orangtua, kita harus selalu mendoakan anak karena doa orang tua sangat kuat,” terang motivator yang juga penulis buku ini.
Meskipun malam hari pukul 19.00-21.00 WIB, siswa mengkuti kegiatan sharing ini dengan antusias oleh wali siswa SD Mugeb. Banyak wali siswa yang mengangkat tangannya saat ada sesi tanya jawab.
Salah satu pertanyaan datang dari ibu Dewi Amaliyah, wali siswa Abinaya Ghani A, kelas VI-Merkurius.
“Apa maksud dari hindari multitasking itu?” tanyanya.
Asnando langsung menjawab pertanyaan tersebut. “Terkadang kita memiliki kegiatan dalam satu waktu, contoh ketika anak sedang bercerita akan tetapi kita melakukan kegiatan yang lain. Jadi apa yang disampaikan anak tidak masuk ke kita,” jawabnya.
Jika dikatakan komunikasi, sambungnya, maka sebenarnya tidak hanya mendengarkan kata-kata saja, akan tetapi juga mendengarkan bahasa tubuhnya, raut wajahnya, dan intonasinya. “Maka dari itu ayah, bunda di masa pandemi ini kita harus menghindarinya,” ujarnya. (*)
Penulis Mar’atus Sholichah Editor Mohammad Nurfatoni