PWMU.CO – Guru ngaji yang langganan menjadi master of ceremony (MC) layak disematkan pada Mazroatul Khoiro Ummah, siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Babat (Muhiba).
Berbekal mengikuti ekstra tahfidh dan tahsin, Sekretaris Umum Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Muhiba ini juga menjadi guru mengaji di Taman Pendidikan al-Quran (TPA) Kecamatan Sukodadi Lamongan.
“Mengajar ngaji di 4 TPA antara lain di Desa Menongo, Sumberaji, Sukodadi, dan Keduwul pada sore hari sehingga tidak bentrok dengan jadwal belajar secara daring yang ada di sekolah,” ujarnya, Rabu (7/4/21).
Selain itu, cewek yang akrab disapa Ummah ini selalu menjadi MC di kegiatan ranting IPM. Panitia sering memberikan tugas untuk memandu setiap ada even di sekolah.
Aktif Berorganisasi
Aktif di MTs Muhammadiyah 20 Menongo Kecamatan Sukodadi Lamongan menjadi bekal berharga bagi Ummah. Pengalaman ini juga diteruskan saat menjalani studi di Muhiba.
Cewek yang diamanahi menjadi Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam (KDI) ini pun mampu menjalankan dengan penuh tanggang jawab. Dia kerja keras dan pandai mengatur waktu.
“Terkadang juga harus survai tempat yang akan digunakan kegiatan ke-Islaman dan dakwah sosial. Harus pandai manejemen waktu sehingga kegiatan bisa dijalankan dengan baik,” ungkapnya.
Kegiatan ini, tekannya, menjadi salah satu tempat belajar untuk mendapatkan pengalaman berharga
Banggakan Orangtua
Ummah paham betul cara membanggakan orangtua. Selain ikut organisasi dan aktif mengikuti ekstra Olimpiade Sains Nasional (OSN) Biologi dan Karya Ilmiah Remaja (KIR), dia juga banyak mengukir prestasi.
Mulai dari juara I pidato bahasa Indonesia daring tingkat Nasional, juara Spesial Awarding I Arabic speach ME-Award 2020, juara I Tartil se-Kecamatan Babat, dan juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
“Alhamdulillah, saya bersyukur dengan torehan prestasi yang sudah dicapai. Saya ingin mencapai prestasi yang lain karena ini adalah bentuk cara membanggakan orangtua,” katanya.
Perjuangan Keras
Dalam mengikuti lomba, Ummah menceritakan pengalaman dalam mengikuti lomba pidato secara virtual yang membutuhkan perjuangan ekstra keras dan banyak menyita waktu.
“Mengikuti lomba ini membutuhkan persiapan yang lama. Selain itu, juga harus menyesuaikan tema dan membuat pembahasan,” jelasnya.
Belum lagi, sambungnya, harus menyesuaikan waktu yang telah ditentukan. Termasuk, lanjutnya, pembuatan video yang berulang-ulang.
“Butuh waktu yang lama,” tandasnya. (*)
Penulis Hilman Sueb. Editor Ichwan Arif.