Tugas Belum Selesai dari Mas Nadjib oleh Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.
PWMU.CO– Serasa baru saja saya bertemu Mas Nadjib Hamid (56). Pagi hari Jumat (9/4/2021) sudah mendengar kabar duka. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu telah meninggal dunia pagi tadi.
Kamis (8/4/2021) sore bakda Ashar, saya bezuk Mas Nadjib Hamid di RS Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Di lantai 5 Ruang ICU. Dari balik kaca dia melambaikan tangannya menyambut kedatangan saya sambil tersenyum dan berucap terima kasih.
Ya, hanya sebatas itu kami berkomunikasi. Karena pembezuk tak boleh masuk ke kamarnya. Cuma melihat dari kaca. Di sebelah tempat tidurnya tampak layar monitor yang menunjukkan grafik kondisi fisiknya sore itu. Tekanan darahnya normal 147/84. Saturasi oksigen 98, memenuhi batas minimal. Grafik paru juga stabil 113. Begitu juga detak jantungnya.
Tangan kanannya dipasang slang infus dan hidungnya ada alat bantu pernafasan. Tarikan nafasnya terasa berat. Dengan kondisi begitu, Mas Nadjib terbaring di atas tempat tidur masih bisa bergurau dengan dua putranya, Ulin Nuha dan Aulia Azmi, yang sore itu datang menjaganya.
Istrinya, Mbak Luluk Humaidah, bercerita, sebelumnya tadi kondisi suaminya sempat turun. Lalu dokter memberinya alat pernafasan itu. ”Alhamdulillah sekarang sudah stabil,” jelasnya. Dia pun meminta doa agar Mas Nadjib diberi Allah kesembuhan.
Dikabarkan, hari Senin lalu sudah foto CT Scan. Hasilnya sudah menjadi bahasan rapat para dokter untuk mengambil tindakan. Setahun lalu di paru Mas Nadjib ditemukan ada benjolan kecil. Namun seiring waktu tak dirasakan sakit.
Biopsi
Jumat Subuh tadi di grup WA PWM ada posting yang mengabarkan Mas Nadjib akan menjalani tindakan biopsi pada hari Sabtu (10/4/2021). Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Tujuannya mendeteksi dan diagnosa adanya penyakit dalam jaringan itu.
Kemudian banyak postingan dari anggota WAG yang mendoakan agar biopsi berhasil dan segera mendapat tindakan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya.
Sekitar pukul 09.00 saya mendengar dari Radio SS yang mengabarkan Mas Nadjib Hamid meninggal dunia. Hampir saya tak percaya karena kemarin juga sempat muncul hoax soal itu. Kemudian saya buka grup WA ternyata benar. Ada postingan dari Sekretaris PWM Jatim Tamhid Masyhudi yang mengabarkan Nadjib Hamid meninggal dunia pukul 08.00 di hari Jumat ini.
Ada kabar tambahan dari Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Suli Daim yang menyebutkan, kondisi Nadjib Hamid menurun saat Subuh tadi hingga Allah memanggilnya.
Penulisan Sejarah
Dalam tugas penyusunan buku sejarah Muhammadiyah Jawa Timur tahun ini, saya satu grup dengan Mas Nadjib untuk pendampingan penulisan sejarah kelompok PDM Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang. Untuk grup ini naskah yang baru masuk dari PDM Kota Mojokerto.
Sementara tugas lain dari Tim Sejarah PWM untuk menulis buku sejarah jilid kedua yang diberi judul Membangun Tradisi Baru. Buku ini akan menjadi kelanjutan buku sejarah jilid pertama Menembus Benteng Tradisi.
Sebenarnya dalam buku jilid kedua ini Mas Nadjib menjadi narasumber utama untuk beberapa bab. Seperti bab sejarah kantor PWM mulai dari Gedung Bioskop Indra di Embong Macan, sekarang Panglima Sudirman, hingga ke Panti Asuhan Jl. Gresikan, lalu ke Kapasan, dan terakhir di Kertomenanggal.
Di semua tempat itu Mas Nadjib pernah beraktivitas mulai jadi pesuruh hingga diangkat sebagai kepala kantor, wakil sekretaris dan sekretaris PWM. Dialah yang paling tahu sisik melik, sawang, lan blawune kantor PWM.
Begitu juga bab sejarah pendirian media PWM Jatim seperti Majalah Matan dan website PWMU.CO, dialah narasumber utama. Sebab dia yang punya gagasan lalu mengumpulkan teman-teman wartawan untuk mewujudkannya. Bab lainnya sejarah Diklat Mubaligh yang menelurkan kader-kader dai Muhammadiyah di tahun 90-an.
Kalau dicermati hampir di semua bab buku itu melibatkan Nadjib Hamid karena dialah pelaku untuk semua bidang di PWM. Paling mutakhir adalah Jihad Politik Muhammadiyah yang mengantarkannya ikut pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu 2019. Bisa jadi di situ ada kisah dramatis yang dialami dan menarik diceritakan.
Tugas memang belum selesai. Semoga saja penulis lainnya mampu merajut kisah yang berserak itu menjadi jejak sejarah Nadjib Hamid dalam dakwah Muhammadiyah. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fuanhu. (*)
Editor Sugeng Purwanto