PWMU.CO – Teladan Digital Ustadz Nadjib Hamid. Ustadz Nadjib Hamid terasa seperti lukisan yang belum selesai. Banyak yang kaget atas keberpulangannya yang sekonyong-konyong. Sapuan warna-warni aktivitasnya seperti terhenti begitu saja di kanvas kehidupan. Saya dan banyak orang mengenang warna-warni itu penuh kebajikan belaka.
Beberapa orang sudah menuliskan di sini betapa sibuknya Ustads Nadjib dengan kebajikan bermuhammadiyah maupun bermasyarakat. Itu semua benar. Dan, itu jelas bukan ungkapan basa-basi. Siapapun yang pernah bergaul dengan Ustads Nadjib memang akan merasakan orang itu “al-maun” banget.
Saksi penting yang lain di era sekarang adalah jejak digital. Ini semacam “Rakib-Atid” siber, Di situ akan tercatat apa apa perbuatan seseorang yang diunggah sendiri atau dikabarkan orang lain atau media. Ketika menggogling “Nadjib Hamid”, kita merasakan berapa Ustads Nadjib mempunyai tempat yang mulia dalam jagat maya. Baik tulisannya maupun berita tentangnya layak ditiru. Coba saja cek. Jejak aktivitasnya dalam bermuhammadiyah, sebagai komisioner KPU Jatim, saat jadi caleg, serta kegiatan lain berisi hal-hal yang bermanfaat.
Ustads Nadjib jelas menebar manfaat pula lewat komunikasi massa. Selain tabligh lisannya yang bernas, Ustads Nadjib juga deras mengalirkan gagasan dan solusi. Tulisan-tulisannya memperlihatkan betapa pedulinya dia dengan detil masalah keumatan dan kemasyarakatan.
Saya mengenal tulisan Ustadz Nadjib sudah lama, sejak masih bekerja sehari-hari di ruang redaksi Jawa Pos belasan tahun lalu. Tulisannya selalu mengalir lancar. Kadang saya terpaksa menolak tulisannya. Bukan karena tak layak dimuat. Tetapi, karena tak elok koran umum seperti Jawa Pos memuat opini terlalu sering dari orang yang sama, karena perlu keragaman. Derasnya pemikiran Ustdaz Nadjib itu banyak pula tertebar di media-media lain.
Meski menulis tema yang berulang, misal soal hari raya keislaman atau soal Ramadhan, Ustadz Nadjib selalu cerdik memberikan kebaruan. Tidak klise. Kalau bukan gagasannya yang baru, gayanya dibuat baru.
Seperti tulisan “Ramadan-Kepedulian kepada Orang Melarat” pada 21 Mei 2020 (jejak digitalnya di www.jawapos.com/opini/21/05/2020/ramadan-kepedulian-ke-orang-melarat). Tulisan opini ini menarik, karena pakai irama seperti sajak. Sehingga pengalaman menghadapi rentenir yang merundung para tetangganya pun tersaji secara mengesankan.
Keintimannya dengan isu-isu kemasyarakatan ini sejalan benar apa yang dilakoninya. Yakni tak terlihat capek dalam melayani umat sampai ke pelosok-pelosok. Waktunya seakan dihabiskan untuk selalu sibuk berdekat-dekat dengan persoalan umat dan warga.
Filosofi Sibuk Tanda Bermanfaat
Semangat bersibuk-sibuk mengurus umat ini ditularkannya ketika memilih para pimpinan Muhammadiyah. Pernah ada orang yang sangat sibuk dalam pekerjaan di kantor atau bisnisnya “protes” karena malah diimintanya mengurus Muhammadiyah Jatim. Bukannya memilih orang yang banyak waktu.
“Sibuk itu salah satu tanda orang bermanfaat. Karena itulah maka dipilih jadi pengurus,” katanya. Dia tidak mengatakan bahwa orang yang banyak waktu tanda kurang bermanfaat. Ustadz Nadjib memang sangat jarang bilang sesuatu yang negatif. Pilhan ungkapannya banyak bernada motivatif, membesarkan hati.
Termasuk ketika mendorong pembentukan PWMU.CO seiring semangat memanfaatkan era digital untuk dakwah dan mendekati khalayak. UstadS Nadjib, meski bisa main instruksi, tapi lebih memilih meriung semalam suntuk bersama anak-anak muda di Sarangan. UstadS Nadjib aktif memberikan pandangan dan panduan untuk apa bermuhammadiyah di dunia digital. Juga ikut merumuskan detil rencana aktivitasnya.
UstadS Nadjib sepakat dengan nama PWMU.CO meski dia punya usulan nama lain. Brand situs digital PWM Jatim itu kini makin diterima khalayak, dan bisa terus berkembang di usia ke-5. Dan PWMU.CO tetap “Muhammadiyah banget”. Karena berbasis kepada semangat kerelaan dalam mengirim berita atau opini ke situs yang dipimpin Ustadz Mohammad Nurfatoni dan Ustadz Sugeng Purwanto itu. Puluhan kontributor dengan gembira berlomba-lomba mengirimkan berita dengan imbalan kelegaan dan kegembiraan ketika berita dimuat.
Selamat berpulang, Ustad Nadjib. Yang Maha Memiliki dirimu menganggap lukisan hidupmu sudah selesai. Semoga catatan sejati Rokib-Atid atasmu jauh lebih lengkap mencatat warna-warni kebajikamu. Dan segala jejak khilafmu dihapus Sang Maha Pengampun. Allahumagfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu. (*)
Penulis Rohman Budijanto