PWMU.CO – Setelah menjadi tuan rumah pada 2009 lalu, tahun ini Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM) kembali dipercaya menjadi tuan rumah olimpiade Internasional Relations Olympic Sports (IROS). Kegiatan yang berlangsung pada 17-19 November ini mengangkat tema Expressing Our Solidarity through Fairplay.
IROS merupakan kompetisi milik regional VI Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (FKMHII). IROS kali ini diikuti 7 universitas se-Jawa, Bali dan Mataram. Mereka diantaranya adalah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Udayana Bali, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya, Universitas Negeri Jember (UNJ), Universitas Mataram (Unram), dan tuan rumah UMM.
Selepas dibukanya kegiatan ini di Auditorium UMM (17/11) oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM Dr Asep Nurjaman MSi, selanjutnya sebanyak 268 peserta dari tujuh kampus tersebut akan melakukan pertandingan di Lapangan Badminton GOR Rajabasa Tidar Malang. Ada tiga cabang yang dilombakan, yaitu bola basket, futsal dan badminton. “Nanti di hari terakhir akan diadakan lomba dayung di danau UMM,” papar ketua pelaksana IROS 2016, Dhiyah Arimbi.
(Baca: 19 Mahasiswa China Kuliah di UMM, Kapolri Terima Tanda Keluarga Kehormatan UMM, Membanggakan! Kualitas UMM Raih Sertifikasi Internasional)
Acara ini diharapkan akan diikuti secara sportif oleh seluruh peserta. Tujuan utamanya, lanjut Dhiyah, bukan mencari musuh tapi untuk mempererat persaudaraan antar mahasiswa HI se-Indonesia. “Ajang ini bukan untuk menentukan juaranya kampus mana, tapi untuk menjalin persahabatan dan membuktikan bahwa mahasiswa HI tidak hanya bisa bernegosiasi namun juga bisa berkompetisi,” ungkap mahasiswi HI UMM tersebut.
Asep Nurjaman dalam sambutannya menjelaskan, olahraga merupakan salah satu instrumen paling baik dalam merekatkan perbedaan. “Dengan olahraga, kita melupakan etnis, suku dan agama. Apalagi di sini kan ada yang dari Bali, jadi olahraga bisa menjadi penyatu berbagai etnis ini,” jelas Asep. (humas UMM/ilmi)