PWMU.CO – Hajriyanto: Nadjib Hamid selalu ingatkan tulisan untuk Matan dan PWMU.CO. Hal itu diungkapkan oleh Dubes RI di Lebanon ini pada Sabtu (10/4/2021).
Hajriyanto Y Thohari menyampaikannya saat memberikan testimoni pada Takziah Virtual Mengenang Almarhum Drs H Nadjib Hamid MSi. Kegiatan ini digelar melalui Zoom oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Menurut Hajri, sapaan akrabnya, rasanya memang seperti tidak percaya Nadjib Hamid meninggalkan kita. Saudara kita yang satu ini terkenal dengan fisiknya yang sehat seperti tidak pernah sakit. Beliau di mana saja selalu ada, setiap Muhammadiyah beracara dan berkegiatan.
Tulisan Dibukukan
“Meskipun saya berada jauh dari tanah air tetapi kami selalu melakukan hubungan komunikasi. Setidak-tidaknya dua sampai tiga kali dalam satu bulan. Mas Nadjib selalu mengingatkan melalui pesan WhatsApp tulisan-tulisan saya untuk Majalah Matan atau PWMU.CO,” ujarnya.
Kadang, lanjutnya, mengingatkan tulisan yang terlalu panjang dan minta untuk dipotong. Atau ingin ditambah beberapa paragraf lagi tulisan yang dikirimkan untuk Matan. Tulisan-tulisan di Matan dan PWMU.CO tersebutlah yang kemudian dikumpulkan dan menjadi beberapa buah buku yang insyaallah nanti segera diterbitkan.
“Saya mengenang itu semua sebagai kebaikan dan kerajinan Mas Nadjib mengingatkan kepada saya bahwa tulisan-tulisan saya ditunggu untuk Matan. Dan Mas Nadjib giat sekali sebagai seorang yang menjadi pionir dan pelopor kehadiran Muhammadiyah dalam media digital,” jelasnya.
Lanjutkan Rintisan Nadjib Hamid
Tentu, menurutnya, anak-anak muda Muhammadiyah harus dengan kegigihan dan kesungguhan melanjutkan rintisan-rintisan Nadjib Hamid agar gerakan Muhammadiyah tidak ketinggalan di lini media massa itu.
“Pergilah Mas Nadjib. Insyaallah engkau ridho dan diridhoi. Kullu nafsin dzaiqotul maut. Setiap orang akan mati. Bahkan setiap umat, kaum, golongan atau bangsa itu memiliki ajal akhir kehidupan. Dan jika ajal itu tiba maka tidak ada seorangpun yang dapat menundanya sebagaimana juga tak ada seorangpun yang bisa mempercepatnya,” ungkapnya.
Cara Mati Berbeda-beda
Mati itu satu, sambungnya, hanya caranya bermacam-macam. Para nabi dan rasul, cara meninggalnya juga berbeda-beda. Ada nabi yang sangat pemberani bahkan merangkap sebagai raja yang mati di dalam istananya ketika istananya sudah ditutup rapat pintu-pintunya.
Nabi Daud sedang berada di tengah-tengah istananya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki di istananya.
“Siapa kamu,” tanya Nabi Daud.
“Aku adalah makhluk Allah yang tidak takut kepada siapapun termasuk kepada seorang raja. Kau seorang nabi dan raja,” jawab orang asing itu.
Nabi Daud mengawasi dan tahu siapa yang dihadapinya. Dia adalah malaikat yang diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya. Daud yang raja itu mati pada saat itu.
“Nabi Zakaria bahkan meninggal dibunuh oleh para penentang ajaran Tuhan di dalam persembunyiannya di dalam pohon,” lanjutnya. Begitu juga anaknya, Nabi Yahya, yang mati dipenggal oleh raja karena difitnah memberontak. Lalu tubuhnya disalib terbalik.
Wakafkan Hidup untuk Muhammadiyah
Mati itu, ujarnya, satu namun caranya bermacam-macam. Ada yang karena sakit atau pandemi. Hari ini saudara-saudara kita di pergerakan Muhammadiyah beberapa di antaranya dalam jumlah yang cukup banyak telah mendahului kita dengan caranya masing-masing.
“Semua menjadi pelajaran bagi kita sekalian bahwa hidup di alam dunia ini tidak begitu lama. Orang Jawa mengatakan urip nang ndunyo iku mung mampir ngombe. Maknanya hidup di dunia ini hanya mampir minum, untuk kemudian melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya setelah kita meninggal dunia,” paparnya.
Orang Jawa, lanjutnya, juga mengatakan bahwa hidup itu hanya selama orang yang sedang memetik buah kelapa. Apakah itu mampir ngombe? Atau hidup hanya sebentar sama seperti lamanya orang yang sedang memetik buah kelapa tetapi kematian akan datang kepada kita.
“Dan yang akan dibawa hanyalah amal jihad perjuangan kita untuk menegakkan kalimat Allah. Setelah kita semua meninggal maka kita tidak akan bisa menambah lagi. Jika anak Adam mati maka selesai sudah dia tidak bisa lagi menambahkan amalnya kecuali tiga golongan saja yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang membawa manfaat dan anak yang saleh,” terangnya.
Semua sahabat, saudara dan handai taulan, ungkap Hajriyanto, meyakini saudara kita Nadjib Hamid memiliki ketiganya. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak-anak saleh yang menjadi kader-kader gerakan Muhammadiyah.
“Pak Nadjib Hamid amal dan perjuangannya banyak sekali. Sepanjang hidupnya yang lebih dari setengah abad dia wakafkan untuk nggulowentah atau memelihara umat melalui Muhammadiyah. Selamat jalan Mas Nadjib Hamid. Allohummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fuanhu,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Sugeng Purwanto.