PWMU.CO – Idayanti, Guru Pencetus Istilah Mugeb Itu Berpulang. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Keluarga besar Mugeb School berduka. Salah satu guru terbaiknya yang terkenal periang, Idayanti SPd, telah meninggal dunia. Pada bulan Februari lalu, usianya baru genap 52 tahun.
Wakil Kepala Bidang Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) itu mengembuskan napas terakhirnya Ahad, 11 April 2021. Tepatnya, pukul 07.03 WIB di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.
Sejak Sabtu (3/4/2021), Idayanti menjalani rawat inap di RS Muhammadiyah Gresik. Sayang kesehatannya semakin memburuk, hingga hari Rabu (7/4/21) beliau masuk ke ruang ICU.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Muhammad Djufri BE SSos menjelaskan, keluarga memakamkan jenazah di Makam Gending, Gresik, tepat di sisi makam ibundanya. Proses pemakaman selesai sekitar pukul 13.00 WIB.
Guru Perdana Terbaik
Djufri mengungkap Ustadzah Ida termasuk guru perdana di Mugeb School. Sejak Mei 1994 dia sudah bergabung. Bersama keempat guru lainnya—Endang Suprapti, almarhum Sugeng Waras, Wakiah, dan Khoiruddin—ia berhasil menyisihkan puluhan kandidat calon guru saat itu.
“Ustadzah Idayanti jadi guru periode pertama yang punya potensi bagus, bahkan beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah di masa awal berdirinya SD Muhammadiyah 1 GKB dulu,” jelasnya.
Dengan jiwa seninya yang menonjol, Djufri mengenang, Idayanti banyak berjasa dalam menggerakkan bidang seni budaya di Mugeb School sejak awal berdirinya. “Itu bersama rekan kerjanya Ustadz Khoiruddin yang berasal dari Tulungagung,” terangnya.
Selain memiliki potensi diri yang besar, menurut Djufri, Idayanti adalah sosok guru yang dedikasi dan loyalitasnya tinggi. Bahkan, hasil pengamatannya bersama segenap pengurus Majelis Dikdasmen PCM GKB menunjukkan Idayanti masih memberikan kinerja yang baik hingga saat ini.
“Buktinya, setelah masa jabatannya sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di Smamio habis, beliau tetap lolos serangkaian fit and proper test 2020 kemarin, jadi terpilih sebagai Wakil Kepala Sekolah di Berlian School,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya, Idayanti juga masih aktif menyuarakan gagasan-gagasannya kepada Majelis Dikdasmen PCM GKB. Djufri masih ingat bagaimana Idayanti dengan semangat menyoroti keamanan gedung sekolah.
“Beliau terus menyampaikan ide-idenya untuk menyikapi bagian gedung sekolah yang menurutnya tidak aman. Juga terkait keamanan para ustadz-ustadzah di sekolah, seperti ahar rutin memberikan vitamin dan madu,” jelasnya.
Sembari menunggu proses penggalian makam almarhumah, Djufri menyampaikan dukanya. “Sekarang sudah berakhir dedikasi Bu Idayanti di Mugeb School, kita merasa kehilangan, tapi memang kita harus menerima qadarullah seperti ini,” tuturnya.
Lantas ia lanjut menyampaikan harapannya. “Mudah-mudahan dedikasinya sebagai guru menjadi amalan terbaik, bisa menjadi sangunya menghadap Allah SWT,” ucapnya.
Supel tanpa Batas
Koordinator Masuk Perguruan Tinggi Smamio Maulidah Putri Ayu SPsi—tim rekan kerja Idayanti saat di Smamio—mengingat bagaimana Idayanti mudah membaur di tempat kerja.
“Waktu dulu ada gathering sekolah dan masak-masak, beliau ikut duduk masak sama kita,” ungkapnya.
Bagi Putri, Idayanti selalu merangkul semua orang tanpa membeda-bedakan. Selain itu, saat menjadi pemimpin tim kesiswaan, Putri bersyukur Idayanti selalu memberi kepercayaan kepadanya.
Ternyata, Koordinator Guru Pembimbing Siswa Smamio Syaiful Anam SPsi—rekan kerja lainnya di Smamio—juga merasakan kesan yang sama. “Membaur banget, banget, banget, padahal beliau posisi Wakasis!” ujarnya.
Setelah mendengar kabar duka, Anam, panggilan akrabnya, mengingat kembali moment keseruannya bersama Idayanti. Yaitu ketika mereka bernyanyi dengan iringan gitar Idayanti di Ruang Kesiswaan Smamio pada jam istirahat dulu.
“Kaget awalnya, ternyata beliau bisa gitaran, kita videoin diam-diam hehehe… Sekarang sudah gak bisa lihat Bu Iday gitaran lagi,” ujarnya melalui pesan WhatsApp, Ahad (11/4/21).
Idayanti memang dikenal sebagai sosok periang. “Beliau tetap senyum riang, (meski) lagi disakitin orang gimana pun, gak pernah cemberut,” ujar Putri sambil menitikkan air mata.
“Ibu” yang Mengayomi
Menurut Anam, bekerja dengan Idayanti sangat mengesankan dan menyenangkan. “Beliau sangat memperhatikan bawahannya. Ceria, periang, dan selalu men-support (mendukung) bawahannya ketika di bawah tekanan,” kata konselor BK Smamio itu.
Anam masih menyimpan pesan spesial Idayanti yang menunjukkan bagaimana beliau sangat mengayomi bawahannya. “Kita sudah dianggap jadi anak sendiri, walaupun beliau sudah pindah ke lain sekolah,” jelasnya menyimpulkan.
“Senang sekali sudah pernah menjadi ibuk untuk anak-anakku di kesiswaan semua. Semoga anak-anakku selalu bahagia dan tetap semangat ya,” ungkapnya menyampaikan pesan terakhir Idayanti. Itulah pesan terakhirnya sebelum meninggalkan Tim Kesiswaan Smamio dan bergabung dengan Tim Sarpras Berlian School karena dimutasi.
Sejalan dengan Anam, Putri juga menemukan sosok ibu—di tempat kerja—pada diri Idayanti. Hingga siang ini, ia mengaku masih terus meneteskan air mata. Setiap kenangan indah bersama Idayanti terus melintasi pikirannya.
Jiwa Sosial yang Luar Biasa
Menurut Putri, Idayanti memiliki jiwa sosial yang luar biasa. Setiap hari, selalu ada makanan yang Idayanti bagikan. Ia selalu memotret makanan yang ia bawa, kemudian mengundang rekan kerjanya untuk makan bersama.
“Beliau baik banget, ‘Ayo yang mau ndang ke kesiswaan, keburu habis’ Ya Allah ibu,” ujar Putri menirukan kebiasaan Idayanti, lalu menangis kembali.
Hingga sekarang, Putri masih mengingat dan memegang salah satu wejangan Idayanti. “Us, gimanapun kita disakiti orang, kita tersenyum aja, gak usah dibales, sabar ya,” ujarnya menirukan pesan Idayanti. Putri mengingat karena Idayanti selalu menyampaikannya setiap kali ada yang tanpa sengaja menyakiti dirinya atau ada yang bersikap kurang baik.
Ia juga mengganggap sosok Idayanti sebagai pemimpin yang bijak. “Beliau gak pernah negur aku di depan umum dan gak pernah nyindir-nyindir kalau aku salah. Langsung menegur secara pribadi,” komentarnya.
Selain itu, Putri menilai Idayanti sebagai sosok yang gigih bekerja. “Beliau sosok yang gak pernah ngeluh sama sekali, apapun kondisinya. Sakit pun beliau tetap masuk,” tuturnya.
Semangat Gaungkan Sekolah
Masih tampak jelas di benak Sayyidah Nuriyah SPsi bagaimana antusiasme Idayanti merespon ajakan hadir secara virtual di Ngopi Bareng Den Budi sebulan yang lalu. “Saya siap mendampingi dan membantu,” jawabnya Sabtu sore (13/2/21) itu.
Menurutnya, undangan itu merupakan kesempatan untuk mengenalkan praktik baik yang sudah Berlian School jalankan. “Kita gaungkan Berlian School dengan berbagai cara positif. Ini peluang, harus kita raih dan kita siapkan dengan baik,” tuturnya meyakinkan.
Benar saja, saat menjadi nara sumber di acara tersebut, Idayanti mengenalkan ruangan studio Berlian School untuk kelas virtual selama pandemi hingga prestasi yang lahir di sana. Tak hanya itu, Idayanti juga turut mengenalkan sejarah perkembangan Mugeb School.
Sayyidah juga mengingat keceriaan Idayanti mengenang awal mula dirinya menggagas akronim Mugeb. Saat menceritakannya, Idayanti baru memasuki pekan pertama menjalankan tugas barunya di Berlian School.
Ceritanya, Idayanti memeriahkan pertandingan yang siswa Mugeb School ikuti. Ia menunjukkan dukungan dari atas tribun, bersorak riang bersama para pendukung lainnya. Tapi saat itu, ia bersama rekan penonton lainnya bingung bagaimana cara terbaik menyampaikan dukungannya.
“Saya mikir enaknya apa ya yang simple, oh Mugeb aja, singkatan dari Muhammadiyah GKB. Akhirnya kami teriak dari tribun: Mugeb! Mugeb! Mugeb! Alhamdulillah sampai sekarang masih dipakai, bahkan sebagai Mugeb School,” ceritanya sambil tertawa penuh syukur.
“Suara tawanya bahkan masih terngiang jelas sekarang. Begitu pula pembawaan ceria yang beliau tampilkan di setiap kesempatan,” Sayyidah menembahkan.
“Banyak jejak kebaikan dan nilai kehidupan yang almarhumah tinggalkan. Itulah beberapa di antaranya. Semoga kepergian beliau mendorong keluarga Mugeb Schools terus bergerak melanjutkan jejak kebaikannya. Semoga almarhumah khusnul khatimah, amin,” doanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni