PWMU.CO – Nadjib Hamid itu jembatan silaturahim PCIM Malaysia dengan PWM Jatim. Hal itu diungkapkan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Prof Dr Sonny Zulhuda.
Dia menyampaikannya itu saat memberikan testimoni pada Takziah Virtual Mengenang Almarhum Drs H Nadjib Hamid MSi. Kegiatan ini digelar melalui Zoom oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (10/4/2021).
Rajin Menyambangi PCIM Malaysia
Sonny Zulhuda merasa berbesar hati dan merasa terhormat untuk ikut menyampaikan testimoni, karena selama pendirian dan perjalanan PCIM Malaysia figur Nadjib Hamid tidak pernah jauh dari keluarga besar PCIM Malaysia.
“Baik secara nama bahkan secara fisik. Beliau termasuk yang paling rajin menyambangi kami PCIM Malaysia. Bahkan jauh sebelum putranya Aunillah Ahmad atau yang biasa dipanggil Ulin kuliah di Malaysia,” ujarnya.
Jadi inilah salah satu tonggak yang menjadi jembatan. Nadjib Hamid itu jembatan silaturahim antara warga dan pimpinan PCIM Malaysia dan juga pimpinan dan keluarga besar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim.
“Ini terbukti karena beliau hampir setiap tahun datang ke Malaysia dan selalu menyempatkan silaturahim. Beliau sudah kita bawa ke beberapa Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) di Malaysia. Ada PRIM Gombak, PRIM Kampung Baru dan yang lainnya. Jadi beliau hafal ranting-ranting Muhammadiyah di Malaysia,” ungkapnya.
PWM Jatim Cabang Malaysia
Itulah salah satu kesan dia dan teman-temannya tentang Nadjib Hamid. Jadi wakil ketua PWM Jatim itu jembatan silaturahim. Melalui pimpinannya mereka merasa hubungan PCIM Malaysia dengan PWM Jatim terutama sangat spesial.
“Kadang-kadang teman-teman di Malaysia berseloroh bahwa kami PCIM Malaysia ini adalah PWM Jatim cabang Malaysia. Itu saking dekatnya kami. Pak Ketua PWM Jatim Saad Ibrahim bersama rombongan juga beberapa kali mengunjungi kami,” jelasnya.
Pendirian TPA dan Bantuan MCCC Jatim
Menurut Sonny Zulhuda puncaknya Nadjib Hamid sangat berperan terutama ikut menyumbang untuk pendirian sebuah TPA di Malaysia pada tahun 2019.
“Dan pada tahun 2020 sebuah gerakan besar-besaran dari PWM Jatim melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Jatim membantu menggerakkan bantuan untuk teman-teman Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia,” paparnya.
“Kami cukup terkejut saat itu karena tidak ada angin atau badai mendapatkan berita bahwa PWM Jatim sedang mengumpulkan dana dan alhamdulilah tersampaikan cukup signifikan jumlahnya untuk membantu PMI. Dan Pak Nadjib yang menjadi penyambung kami. Begitu sangat spesial amal beliau yang kami ingat dan rasakan,” tambahnya.
Nadjib Hamid, lanjutnya, juga sangat mudah membuat kita nyaman walaupun senioritas beliau bagi kami, dan membuat kita semua akrab. Beliau tidak terlalu formal jika berbicara atau berkomunikasi.
“Bahkan dengan saya terakhir bulan Januari 2021 masih bertegur sapa melalui pesan WhatsApp. Sebenarnya sekitar 10 hari yang lalu saya juga mengirim pesan wa menanyakan kabar beliau namun belum terbalas. Mungkin juga sedang dalam kondisi istirahat. Namun setelah itu kita mendapatkan berita secara konstan dari Mas Ulin,” terangnya.
PCIM Dampingi Ulin untuk Bisa Pulang
Ketika mendapatkan berita wafatnya Nadjib Hamid, Sonny mengaku sedang mengajar online. Lalu dia bercabang pikirannya karena selain memikirkan almarhum Nadjib Hamid, dia juga memikirkan Ulin.
“Karena beberapa hari sebelumnya kami komunikasi dengan Mas Ulin dalam kondisi belum bisa pulang. Itu karena paspornya baru saja dimasukkan ke bagian imigrasi untuk memperbarui visanya dan butuh waktu minimal 1 pekan. Dalam kondisi pandemi prosesnya bisa satu bulan karena saking banyaknya yang tertunda,” terangnya.
Dengan gerakan cepat teman-teman PCIM Malaysia ketika dapat kabar Jumat pagi (9/4/2021) Nadjib Hamid kritis dan kemudian dikabarkan wafat, maka teman-teman mendampingi dan kita datangi kedutaan.
“Lalu dibawa ke Putra Jaya dan terus didampingi. Kami terus menanti kabar sampai akhirnya diketahui pada siang sudah selesai sehingga Mas Ulin bisa pulang sore atau malam. Itu pun baru sampai Surabaya Sabtu pagi. Tapi kami semua sangat lega,” urainya.
Legacy Nadjib Hamid
Legacy atau warisan Nadjib Hamid, menurutnya, terlihat sekali pada Ulin. Ulin begitu tabah, sabar dan karena selama ini Ulin seperti mengcopy gerakan semangat ayahnya. Yang tidak pernah bisa bilang tidak untuk segala tugas.
“Kadang saya tahan-tahan kalau mau minta tolong ke Mas Ulin. Kalau saya minta pasti dikerjakan. Saya lihat itu salah satu legacy Pak Nadjib yang tertinggal yang tampak. Dan saya yakin bukan hanya putra biologisnya yang merasakan kehilangan tetapi juga di Malaysia banyak sekali putra-putri ideologisnya yang merasakan kehilangan,” ungkapnya.
Viralkan Berita Persyarikatan
PCIM Malaysia mengucapkan takziah yang sedalam-dalamnya. Nadjib Hamid bukan hanya pemimpin tetapi memimpin dengan teladan. Jadi selalu di depan. Contohnya dalam kegiatan Rihlah Dakwah Muhammadiyah yang sangat memotivasi para kader dengan dibawa ke Malaysia.
“Lalu dalam dakwah digitalnya Pak Nadjib sangat fenomenal. Beliau termasuk aktif dan sering menyebarkan postingan kepada kami. Dan juga selalu ada pesan tolong viralkan. Karena beliau berpesan gerakan dakwah digital ini perlu kerja sama dari yang lain bukan hanya membaca tetapi memviralkan agar yang lain juga ikut membaca,” terangnya.
Untuk dakwah digital ini, sambng Sonny, Nadjib Hamid bilang, kita agak ketinggalan sama saudara organisasi sebelah. Mereka setiap pagi disuruh buka website. Ada gerakan untuk membuka website-website organisasi masing-masing. Perlu kita ikuti cara seperti ini. Nadjib Hamid tidak pernah lelah berpesan seperti itu.
“Kami di Malaysia seluruh warga Muhammadiyah merasa kehilangan dan mudah-mudahan segala teladan beliau bisa kami pertahankan dan jalankan. Dan Allah menempatkan beliau bersama orang-orang saleh. Aamiin,” harapnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Sugeng Purwanto.