PWMU.CO– Ibadah Ramadhan termasuk infak sangat antusias dilakukan kaum muslimin karena mengejar pahala di bulan suci. Padahal masalah sosial seperti kemiskinan terjadi setiap hari yang membutuhkan infak rutin.
Demikian disampaikan Ketua Lazismu Pusat Prof Dr Hilman Latief dalam Kajian Ahad malam bertema Al-Quran, Kepeduliannya terhadap Dhuafa yang diadakan Mulia Institute, Ahad (4/4/2021).
”Mereka mendengar dari ceramah ustadz bahwa sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan. Apakah kita hanya berniat beribadah pada bulan Ramadhan?” kata guru besar Uninversitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Hilman Latief menjelaskan, kemiskinan tidak hanya terkait dengan bulan Ramadhan. Semestinya beribadah dan infak tanpa melihat bulan tertentu. Al-Quran banyak menjelaskan kemiskinan, kelompok orang yang tidak berkemampuan mencukupi kebutuhan dasar yang harus diselesaikan umat.
”Kelompok lemah yang terpinggirkan dan mereka yang benar-benar tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk dhuafa yang harus diatasi tanpa menunggu bulan Ramadhan,” ujarnya. Karena itu ibadah Ramadhan fungsikan juga untuk solusi masalah umat selain mengejar pahalanya.
Dia menyebutkan dua ayat yang sama isinya dalam surat berbeda. Isinya berkaitan kewajiban membersihkan harta dengan memberikan haknya kepada mustahiq.
Pertama, surat Al Isro’: 26. ”Berikanlah pada kerabat dekat haknya dan orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.”
Kedua, surat Ar-Rum: 38. ”Dan berikan pada kerabat dekat haknya,dan orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.”
”Pada kedua ayat tersebut menunjukkan, betapa pentingnya memberikan harta kepada keluarga dekat, jadi keluarga dekat harus diutamakan,” tutur profesor politik Islam itu.
Makna Dhuafa
Dhuafa, dia menjelaskan, berasal dari kata dhi’afan yang artinya lemah dalam kaitan dengan kesejahteraan hidup. Seperti dijelaskan surat An-Nisa’ : 9. ”Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya”
Pada ayat ini, sambung dia, menunjukkan perhatian terhadap generasi lemah dan miskin. ”Ada juga kata dhuafa dalam ayat lain Al Qoshosh: 4. Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Firaun) termasuk orang yang berbuat kerusakan,” tuturnya.
Dalam ayat ini, tambah dia, dapat dapat dipahami dhuafa termasuk mereka yang dilemahkan secara politik, akibat kesewenang-wenang pemerintah.
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto