Dia Tunaikan Sendiri Amanah Itu, In Memoriam Nadjib Hamid tulisan Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Suatu hari tanggal 17 Oktober 2020, Mas Nadjib Hamid (NH) menelepon saya. ”Mas, saya mau menyerahkan bantuan untuk warga Muhammadiyah. Tolong saya diantarkan ke rumah warga yang membutuhkan, ya,” katanya.
Bantuan itu berasal dari Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Jawa Timur untuk kaum dhuafa Kota Pasuruan. NH memang menjadi pengurus di BAZ Jatim mewakili Persyarikatan Muhammadiyah.
Saya bergegas menghubungi Nuryasin, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan untuk menjemputnya. Sore itu Mas NH kita antar langsung menemui warga Muhammadiyah di ranting-ranting PCM Gadingrejo, Panggungrejo, dan Bugul Kidul. Ada 12 keluarga yang menerima bantuan yang besarannya berbeda-beda sekitar Rp 5,5 juta.
Dalam perjalanan blusukan ke warga itu, saya merasakan spirit luar biasa Mas NH. Wajahnya memang terlihat lelah, jalannya tidak secepat biasanya. Dia juga sering ambil nafas berat. Meskipun begitu saya masih harus mengejar langkahnya yang panjang.
Saya berbisik ke Pak Nuryasin, ”Pak Nadjib ini benar-benar membuat kita malu. Kita tidak ada apa-apanya dibanding dia.”
Di sela perjalanan itu saya sempat berkata,”Mas Nadjib, kenapa harus diantarkan sendiri, kan bisa suruhan?”
”Ini amanah, Mas,” jawabnya. ”Saya harus mengantarkannya sendiri.”
Mencontoh Rasulullah
Subhanallah. Jawaban itu bisa saya ambil pelajaran hari itu. Tanggung jawab dan amanah harus dia tunaikan sendiri. Saya teringat kisah Nabi Muhammad saw tatkala melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah setelah bersembunyi di Gua Tsur.
Melihat unta Nabi yang sudah tua dan lamban, Abu Bakar menawarkan pilihan unta lain miliknya yang muda untuk Nabi. Namun Nabi menolak sambil berkata,”Wahai Abu Bakar, ini adalah amanah dan tanggung jawabku. Amanah ini harus aku lakukan dengan tanganku sendiri. Kalau aku menggunakan untamu maka aku harus membelinya. Biarlah aku menuntaskan tugas risalah dari Rabbku.”
Abu Bakar pun menyerah dan Nabi tetap menggunakan al-Quswa sebagai tunggangannya hingga sampai Quba dan masuk Madinah.
Apa yang dilakukan Mas NH adalah mencontoh Rasulullah saw. Sebagai seorang pemimpin, pantang baginya menyerahkan atau menyuruh orang lain jika memang itu tanggung jawabnya. Dia mengambil sendiri tanggung jawab itu dan menuntaskannya. Amanah dari BAZ dia tunaikan dengan mendatangi dan menyerahkan dengan tangannya sendiri kepada warga Muhammadiyah.
Bagi saya ini bukan pertama kali. Sudah berkali-kali hal serupa dilakukan Mas NH. Tapi layaknya manusia suka lalai mengambil pelajaran sesuatu yang berkali kali terjadi. Padahal itu ibrah yang terang terjadi di depan mata kita. Setelah Mas NH tiada baru menyadari hikmahnya.
Kepergian Mas NH membuat saya dan teman-teman PDM di Kota Pasuruan benar-benar merasa kehilangan. Mendengar berita wafatnya, tenggorokan ini tercekat dan air mata tanpa sadar mengalir deras.
Kehadiran Menteri Kelautan
Saya mengenalnya sejak di IPM tahun 1981-1985 di Pasuruan dan Masjid Manarul Islam Bangil. Interaksi sempat terputus sesudah itu. Baru sambung dengan intens kembali setelah saya menjadi ketua PDM.
Sudah tak terhitung Mas NH oprak-oprak kita agar ada kegiatan. Saat saya bilang tidak ada dana, dia nyentak dan mengatakan, ”Mana ada dana kalau tidak ada kegiatan. Adakan kegiatan maka dana akan ada!”
Kata-kata itu menghentak saya dan efeknya dahsyat. Saya selalu mengatakan hal yang sama kepada teman-teman di PDM Kota Pasuruan. Sampai saat ini terbukti sangat manjur.
Kehadiran Bu Susi Pujiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ke Pesantren SPEAM juga atas dorongan Mas NH. Waktu itu Mas NH telepon,”Mas, Bu Susi ada kegiatan makan ikan bersama. Pesantren SPEAM siap menerima ya?”
Spontan saya menjawab,”Siap, Mas.”
”Tapi harus disiapkan minimal 2.000 santri dan murid,” katanya lagi. Begitu cara dia tunaikan amanah.
Target Nyata
Begitulah Mas NH dalam pandangan saya. Dia bukan tipe pemimpin di belakang meja tapi pemimpin yang terjun langsung di lapangan. Bukan sekadar mengirim surat, tapi juga diikuti dengan oprak-oprak. Bukan hanya verbal tapi harus kongkret.
Saat memimpin sidang LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting), dia meminta kita membuat program nyata peningkatan kuantitas cabang dan ranting. Permintaanya jelas. ”Saya tidak mau hanya bicara dan rencana. Tapi harus ditulis dengan target nyata beserta jumlah penambahannya, bulan, dan tahunnya.” Kemudian hasilnya pun jelas. Kita benar-benar menambah jumlah cabang dan ranting.
Empat hari menjelang datangnya bulan Ramadan 1442 H/2021 M, Mas NH dipanggil Allah swt pada Jumat (9/4/2021) pukul 08.20. Kita sering melihat orang-orang baik dan istiqomah mendahului kita buat berjumpa Tuhannya justru jelang Ramadan tiba. Saat dia selesai tunaikan amanah, Allah memanggilnya.
Allah membiarkan kita menikmati Ramadhan yang mulia ini tanpa dia. Seolah Allah mengatakan,”Engkau telah menuntaskan tugasmu, engkau telah memenuhi pundi-pundi amalmu. Aku pun telah meridloimu. Kembali kepadaKu dengan tenang dan damai. Sementara orang-orang di belakangmu, aku masih beri kesempatan dia untuk menambah pundi-pundi amalnya dan menuntaskan tugas-tugasnya.” In memoriam Nadjib Hamid.
Editor Sugeng Purwanto