PWMU.CO– Kenangan kebaikan Nadjib Hamid kepada Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) melekat di benak Rektor Dr dr H Sukadiono MM. Sifatnya sebagai orang yang enthengan. Gampang menolong orang lain. Salah satunya mengawal berdirinya Fakultas Kedokteran universitas ini.
Pandangan itu disampaikan Rektor UMSurabaya Sukadiono dalam Takziah Virtual, Sabtu (10/4/2021), mengenang wafatnya Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid MSi yang meninggal Jumat (9/4/2021).
Menurut dia, banyak kenangan kebaikan yang bisa diceritakan pada diri Nadjib Hamid. Dia lama bergaul dengannya saat di PW IPM Jatim sebagai seniornya.
”Paling saya kenang dan kagumi dari kebaikan Pak Nadjib yang enthengan orangnya adalah ketika UMSurabaya mau mendirikan Fakultas Kedokteran. Saya dipertemukan dengan Pakde Karwo, Gubernur Jawa Timur pada tahun 2015,” jelas Pak Suko, panggilan akrab Sukadiono.
Dia menceritakan, Pak Nadjib mengawal untuk meminta rekomendasi pendirian Fakultas Kedokteran. ”Dan alhamdulillah, dengan rekomendasi Pak Gubernur Jatim Pakde Karwo, FK UMSurabaya bisa terwujud tahun 2016,” ungkapnya sambil menangis tersedu-sedu.
Kenangan kebaikan kedua terhadap Nadjib Hamid, menurut Pak Suko, adalah sifat lomanan. Suka memberi kepada orang lain meskipun orang tersebut tidak meminta.
”Saya kira kita semua tahu kalau sering membantu terutama kader-kader yang kesusahan. Memberikan fasilitas rumah, memberikan fasilitas sekolah, memberikan Rihlah Dakwah yang saya kira beliau mencarikan dananya. Kemudian bisa memberangkatkan banyak orang untuk muhibah keluar negeri Singapura, Malaysia, Thailand, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Pantang Menyerah
Pak Suko mengatakan, karakter ketiga adalah pantang menyerah, termasuk menghadapi penyakit yang dihadapi. ”Beliau yang terakhir WA dengan saya terkait dengan kondisi penyakitnya yang saya tahu sebenarnya penyakit beliau ini sudah berat,” tuturnya.
Dia menjelaskan, mau memberi saran agar banyak istirahat, rasanya tidak mungkin karena orangnya ketika diminta memberi pengajian di mana saja, suka datang meskipun dalam kondisi sakit.
”Jadi tahu kondisinya tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang beliau orang yang pantang menyerah,” ungkapnya.
Sebagai dokter, Pak Suko sangat pahami dengan tumor atau kanker. Secara medis tahu bagaimana prognosis dari sebuah penyakit itu. ”Saya tahu penyakit itu berat, tetapi bagi beliau ini tidak menghalangi perjuangan yangdilakukan untuk berkhidmat di Muhammadiyah,” tandasnya.
Menurut dia, berkhidmat memberikan layanan kepada Muhammadiyah dengan cara-cara dakwah yang sangat menyentuh dan enak didengar ketika Pak Nadjib memberikan pengajian.
”Saya lihat tadi ada anaknya yang nomor dua, Mas Ulin yang sedang kuliah di Malaysia, cara ngomongnya kok hampir sama dengan Pak Nadjib,” katanya.
Menurut dia, tiga sikap Nadjib Hamid itulah yang patut ditiru yaitu enthengan , lomanan, dan pantang menyerah. Meskipun dalam kondisi sakit yang parah atau mungkin dalam fase terminal tetapi bisa menjalankan aktivitas dakwah di Muhammadiyah dengan totalitas.
”Banyak hal yang tidak bisa saya ceritakan, tapi bagi saya Pak Nadjib ini banyak menginspirasi saya untuk berjuang di Muhammadiyah dengan tulus dengan ikhlas tanpa mengenal lelah,” paparnya.
Selalu Punya Ide
Ditemui terpisah saat pemakaman Nadjib Hamid di Paciran, Pak Suko menceritakan, tingkah laku wakil ketua PWM ini selalu menginspirasi terutama generasi muda. Contoh kader yang militan, selalu menjadi uswah hasanah bagi warga Muhammadiyah.
”Apa yang beliau lakukan insya Allah selalu dilandasi dengan keikhlasan, dengan keikhlasan itulah yang menjadi inspirasi bagi semua kader untuk meniru apa yang dilakukan oleh Pak Nadjib,” jelasnya.
”Pak Nadjib ini kalau ada orang yang meninggal mesti beliau orang yang pertama datang. Kalau ada yang terkena musibah, dia yang selalu menjadi contoh pertama yang memulai baru diikuti yang lain,” tuturnya.
Menurut dia, Nadjib Hamid menunjukkan kepada kita bagaimana menjadi kader yang tulus, menjadi kader yang ikhlas, sekaligus menjadi kader yang pantang menyerah, dan menginspirasi bagi orang lain.
Dia mengenang dalam rapat di PWM Jatim mesti punya ide-ide yang segar. Saat ada konflik dia selalu memberikan solusi, sehingga tidak sampai konflik itu berkepanjangan.
”Bisa menjadi penengah. Mestinya begini, ini sebagai solusi agar tidak berat sebelah, saya kira bisa memuaskan semua pihak,” tuturnya. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Sugeng Purwanto