PWMU.CO – Tidak mudah mencari pengganti Nadjib Hamid. Hal itu diungkapkan Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jatim Periode 2005-2010 Muhammad Mirdasy.
Dia menyampaikannya saat memberikan testimoni pada Takziah Virtual Mengenang Almarhum Drs H Nadjib Hamid MSi. Kegiatan ini digelar melalui Zoom oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (10/4/2021).
Menurut Mirdasy, sapaan akrabnya, almarhum Nadjib Hamid merupakan penggagas kegiatan Family Gathering Keluarga Sang Surya. “Family Gathering (Famgath) adalah tempat kita berkumpul dan bernaung yang bisa mengayomi seluruh kawan-kawan yang berbasis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), meskipun tidak semuanya berada di lingkungan kepengurusan persyarikatan,” terangnya.
Dia menjelaskan, kegiatan Famgath ini sudah berlangsung selama 8 kali dan seharusnya Desember 2020 lalu adalah penyelenggaraan yang ke-9. “Tetapi karena pandemi Covid-19 maka tidak bisa berlangsung,” ujar pria yang juga Ketua Panitia Famgath ke-8 tahun 2019.
Saat Nadjib Hamid sakit sekitar Februari 2021, Mirdasy berkunjung ke rumahnya di Jalan Ubi Surabaya. Saat itu sebenarnya mencoba untuk tidak terlalu lama. Tetapi entah bagaimana ceritanya akhirnya masuk ke rumah, duduk dan kemudian bercerita.
“Dan luar biasanya Pak Nadjib itu setiap kali bertemu dengan saudara-saudaranya atau sahabatnya selalu bergembira dan kemudian rasa sakit yang dialami oleh beliau sepertinya terlepas dan seolah-olah sehat kembali,” ungkapnya.
“Itu menjadi rule model bagi kami teman-teman di AMM bagaimana aktivis AMM dan yang berada di persyarikatan dan kemudian bisa mengayomi adik-adiknya untuk terus berjuang di persyarikatan,” imbuhnya.
Donasi Tak Cukup Balas Kebaikan Nadjib Hamid
Mirdasy juga menyampaikan penyesalannya dan memohon maaf kepada keluarga Nadjib Hamid atas apa yang yang telah dilakukan dan sempat menjadi perdebatan di antara keluarga Famgath.
“Saat Pak Nadjib masuk rumah sakit di RS Siti Khodijah Sepanjang, praktis teman-teman hampir seluruhnya tidak ada yang tahu beliau sakit apa. Bahkan mohon maaf Bu Luluk Humaidah pun mungkin tidak tahu juga. Ini kelebihan Pak Nadjib sepertinya apa yang menjadi beban sakitnya itu tidak diceritakan kepada siapapun yang ada di sekitarnya, bahkan mungkin kepada istri tercintanya,” paparnya.
Saat itu, lanjutnya, teman-teman Famgath berinisiatif harus berbuat sesuatu. Mengapa ini kita lakukan? Karena almarhum Nadjib Hamid inilah orang yang senantiasa kalau mendengar ada saudaranya yang sakit maka dia yang mengerahkan kekuatannya untuk kemudian menggerakkan berbagai komponen untuk berdonasii.
“Rasanya tidaklah pantas kalau kami sudah tidak bisa datang ke rumah sakit, kami mendoakan namun dari jauh, dan kemudian kami tidak berbuat sesuatu. Padahal kami tahu bahwa ada penyakit kronis yang sedang dialami oleh beliau,” ungkapnya.
Maka, sambungnya, beramai-ramailah kami dan mungkin saat itu menjadikan beberapa kawan juga merasa tidak enak. Tetapi secara luar biasa, perlu disampaikan kepada Prof Haedar Nashir, Dr Saad Ibrahim dan banyak kawan lainnya dalam waktu satu malam kawan-kawan dari berbagai kalangan itu melakukan proses donasi sehingga terkumpul dana yang cukup besar dan kemudian dana itu diserahkan kepada keluarga Nadjib Hamid.
“Tetapi itu tidak cukup untuk membalas apa yang menjadi kebaikan Pak Nadjib. Belumlah cukup itu menjadi bagian dari rasa cinta kami kepada Pak Nadjib. Belumlah cukup itu menjadi bagian dari kita juga merasa peduli yang sangat kepada orang yang sangat peduli juga kepada saudara-saudaranya,” tuturnya.
Buku Famgath
Mirdasy menambahkan dirinya punya pekerjaan rumah (PR) bersama Nadjib Hamid yaitu membuat buku. Buku itu salah satunya memang di amanahkan untuk keluarga Famgath.
“Saya jadi mengerti mengapa dalam menyusun buku ini adalah ingin bercerita tentang kisah-kisah percintaan atau kisah-kisah bagaimana kami ini terutama keluarga AMM yang bertemu dengan sesama AMM itu diceritakan,” jelasnya.
Dan itu, ujarnya, awalnya menjadi sebuah keberatan beberapa kawan. Lho kok begitu Pak Nadjib. Tetapi barangkali saat ini bisa dipahami ternyata beliau sangat mencintai kita semua dengan ingin selalu meyakinkan bahwa perjodohan antara rekan-rekan AMM itu menjadi sangat penting.
“Karena rata-rata aktivis AMM itu berjodoh dengan sesama AMM-nya. Dan itulah yang diceritakan satu per satu, dikupas, dan mungkin tidak semuanya nyaman dengan cerita-cerita itu. Tetapi itulah Pak Nadjib bagaimana meyakinkan kita dan kemudian bagaimana hubungan diantara kita menjadi cair dengan canda yang dia bangun secara luar biasa,” terangnya.
Mudah-mudahan, ungkapnya, buku itu segera terbit dan di forum ini ada Mohammad Nurfatoni mudah-mudahan bisa ikut memfasilitasi terbitnya buku itu. Dia berharap file-file-nya juga masih tersimpan dengan baik.
“Terakhir mudah-mudahan banyak kawan AMM yang bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Pak Nadjib. Tidak semua kita, terutama saya juga, belumlah terlalu bisa dan sangatlah jauh bisa berbuat sebagimana beliau,”
Kemampuan Sangat Komplit
Saat acara IPM di Pasuruan, menurutnya, disampaikan betapa sosok yang lahir dari AMM ini kemudian berkiprah di persyarikatan dan membesarkan persyarikatan. Tetapi tidak lupa untuk terus membangun AMM-nya, membangun adik-adiknya.
“Dan ini menjadi sesuatu yang barangkali harus ada yang meneruskan dan melanjutkan apa yang beliau lakukan dengan baik ini. Mudah-mudahan apa yang telah beliau lakukan, kami-kami sebagai sahabat, teman-teman beliau dan banyak adik-adik yang lain yang bisa terus mengikuti jejak beliau,” harapnya.
Dia menuturkan mencari pengganti Nadjib Hamid tidaklah mudah. Karena apa yang telah dilakukan tidaklah cukup digantikan oleh satu, dua atau tiga orang. Bahkan mungkin 10 orang.
“Beliau memiliki kemampuan yang sangat komplit dan kekomplitan itu tidak mudah untuk kita lakukan. Mudah-mudahan kita semua bisa bersatu bersama-sama membangun diri dan bisa melanjutkan apa yang menjadi cita-cita beliau,” pintanya.
“Sekali lagi saya memohon maaf dan merasa banyak bersalah. Bukan Pak Nadjib yang perlu kita maafkan tetapi kamilah yang menjadi bagian dari sahabat beliau yang punya banyak salah. Banyak mengganggu beliau dan mudah-mudahan beliau dalam posisi sudah jauh memaafkan kami sebelum kami meminta maaf,” tambahnya. (*)
Tidak Mudah Mencari Pengganti Nadjib Hamid: Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni