Spirit Ayahanda Nadjib Hamid Never Die! Ditulis oleh Prima Mari Kristanto, warga Muhammadiyah asal Madiun yang kini tinggal di Lamongan.
PWMU.CO – Tepat sepekan, pada Jumat 9 April 2021 lalu, Persyarikatan Muhammadiyah, dari segenap pimpinan, kader, dan simpatisan dari tingkat ranting, cabang, sampai pusat kehilangan pemimpin, kawan, sekaligus sahabat.
Ayahanda Nadjib Hamid, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, mangkat di waktu yang tepat. Tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Banyaknya pihak yang mengucapkan duka-cita mendalam menunjukkan tingkat pergaulan dan persahabatan beliau demikian luas dan memikat.
Dan sesungguhnya Pak Nadib hanya pindah dimensi kehidupan, dari dunia ke tahap berikutnya. Peninggalan beliau yang insyaallah tetap menjadi amal jariah yaitu Matan dan PWMU.CO. Keduanya identik dengan Jawa Timur berupa wasilah pendidikan literasi berwujud media cetak dan digital.
Tanpa mengurangi, menafikan, atau mengabaikan wasilah kebaikan lain yang beliau lahirkan dan amanahkan kepada kader dan simpatisan, kedua media tersebut menunjukkan kepedulian beliau pada literasi.
PWMU.CO yang telah berusia lima tahun sejauh ini mampu memikat hati sejumlah kader dan simpatisan baik sebagai pembaca maupun penulis atau kontributor. Posisi PWMU.CO yang demikian pas tidak mematikan atau mengganggu keberadaan media cetak Matan yang hadir lebih dulu.
Dalam buku yang beliau tulis Muhammadiyah Milenial cukup untuk menjelaskan kepekaan beliau dalam memahami serta mempersiapkan persyarikatan di era milenial yang serba digital.
Politik Strategis
Selain pegiat literasi dan media, yang menonjol pada Pak Nadjib yaitu minatnya pada politik. Tentunya politik strategis, bukan politik praktis. Pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum dan Bawaslu Jatim serta calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menunjukkan kepedulian beliau pada politik sebagai bagian dari wasilah bermuhammadiyah.
Salah satu pesan penting beliau tentang politik yaitu, jangan salahkan mereka yang tidak memperhitungkan potensi politik warga Muhammadiyah jika warga Muhammadiyah tidak peduli politik. Sebuah ijtihad tentang bagaimana warga Muhammadiyah harus bersikap dan menempatkan diri dalam situasi dan kondisi politik nasional.
Dua spirit tersebut yaitu tentang literasi dan politik strategis yang perlu terus-menerus dihidupkan di kalangan kader dan simptisan. Gerakan literasi melalui Matan dan PWMU.CO serta Majelis Pustaka menunggu sentuhan lebih lanjut dari kader dan simpatisan demi terus tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan literasi semoga menjadi pahala jariyah ayahanda Nadjib Hamid, sepertinya hanya dengan ini cara agar terus mendukung beliau memperoleh kebaikan demi kebaikan yang tidak pernah terputus di “sana”.
Kepedulian warga dan simpatisan pada wasilah literasi yang beliau tinggalkan selain berguna sebagai amal jariah swargi (almarhum) juga akan menjadi amal jariah kontributor yang bersangkutan.
Dalam bidang politik, penting meningkatkan literasi politik di kalangan kader dan simpatisan agar persyarikatan tidak ditinggalkan dalam hiruk pikuk politik nasional. Memajukan literasi politik warga persyarikatan sepertinya menjadi wasiat dan warisan paling penting dari beliau untuk diwujudkan.
Literasi politik tentang bagaimana agar warga Muhammadiyah tidak ewuh pakewuh menyikapi pesta demokrasi dari pemilihan kepala daerah, legislatif, sampai pemilihan presiden.
Banyak kalangan menganggap Muhammadiyah masih “yatim piatu” atau seperti anak asuh dalam urusan politik. Maksudnya seperti tidak punya posisi tawar yang kuat dalam politik sebagaimana sikap dan mental anak asuh pada pemilik panti asuhan.
Ukuran keberhasilan literasi politik warga Muhammadiyah Jawa Timur barangkali salah satunya pada kursi DPD jika salah satunya bisa diduduki wakil dari Muhammadiyah Jawa Timur.
Sebagaimana diketahui bersama, beliau yang digadang-gadang sebagai “pemecah telor” wakil Muhamadiyah untuk menduduki salah satu kursi anggota DPD dari Jawa Timur belum terwujud. Namun demikian hal tersebut bukan sebagai ukuran potensi politik warga Muhammadiyah Jawa Timur kecil atau lemah.
Keberanian beliau maju sebagai salah satu calon DPD semoga menjadi penyemangat atau spirit berikutnya dalam mewujudkan salah satu cita-cita beliau, kursi DPD dari Jawa Timur diduduki wakil Muhammadiyah siapa pun orangnya. Insya Allah spirit beliau tetap hidup, never die (tidak pernah mati) bersama kader, warga dan simpatisan Muhammadiyah meskipun Allah Azza wa Jalla telah menjadikan beliau DPD (Dipanggil Pulang Duluan).
Semoga semua bisa bersaksi juga saling bersaksi atas kebaikan beliau juga kebaikan masing-masing kelak di tempat terbaik atas ridla-Nya. (*)
Penulis Prima Mari Kristanto Editor Mohammad Nurfatoni