PWMU.CO– Pemilihan karier harus sudah mulai di-planning ketika anak-anak itu masih kecil seperti masih duduk di bangku SMP. Orangtua dan guru harus mengarahkan anak-anak memilih karier yang diminati dan sesuai bakatnya.
Demikian disampaikan psikolog Prof Dr Yusti Probowati dalam acara Webinar Parenting SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda), Sabtu (17/04/2021). Acara ini juga bisa ditonton di streaming kanal Youtube Smamda.id.
Dihadapan 225 peserta webinar, guru besar psikologi hukum ini menjelaskan, pemilihan karier anak SMP di Indonesia sebenarnya tidak harus Strata Satu (S1). Karena pemerintah sudah menyiapkan dua jalur yang berbeda yaitu vokasi dan keilmuan.
Vokasi dengan program D1-4 atau kursus, Keilmuan memang jenjangnya S1, S2 dan S3. ”Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak memiliki karakter dan potensi yang mampu menjawab tantangan di S1,” kata Yusti Probowati.
Jika memang anak tidak mampu, sambung dia, lebih baik anak melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan setelah itu melanjutkan ke Vokasi D1 sampai D4. Sebenarnya D4 selevel dengan S1.
Ia menjelaskan, ketika memilih S1, di SMA diawali dengan penjurusan peminatan yang dibagi menjadi tiga yaitu MIPA, IPS dan Bahasa. Bisa saja siswa dengan peminatan MIPA masuk di IPS, namun jika anak memilih sesuai karakteristik dan potensinya itu akan membuat potensinya bisa teraktualisasi.
”Orangtua harus mengetahui mata pelajaran apa saja di setiap peminatan. Nantinya S1 masuk jurusan apa dan bekerja di mana, tetapi sering kali orangtua meminta putra-putrinya memilih IPA karena nanti bisa masuk jurusan IPS,” tutur Prof Yusti.
Inilah image yang berkembang bahwa masuk jurusan IPA itu lebih keren, hebat, kata Yusti. Orangtua agak minder kalau anaknya masuk IPS. Padahal setiap anak itu memiliki potensi berbeda.
Potensi Individu
Paparan berikutnya Prof Yusti menjelaskan karakteristik dan potensi individu seperti apa yang cocok di masing-masing peminatan. Jurusan MIPA, anak harus memiliki kemampuan berpikir angkawi, daya abstrak sistematika berpikir dan daya analisis.
Anak IPS membutuhkan berpikir sistematis, daya ingat dan kemampuan verbal. Jurusan Bahasa membutuhkan kemampuan verbal dan kreativitas.
”Orangtua harus tahu potensi anak sehingga bisa mencocokkan dengan peminatan. Kita bisa mem-planning jenjang pendidikan yang sesuai karakter mereka,” jelas Kaprodi Doktor Psikologi Ubaya (2019 – 2023).
Dia menjelaskan istilah IPSATIF dalam psikologi yang artinya membandingkan potensi anak dengan potensi anak itu sendiri. ”Ketika membandingkan potensi anak, jangan membandingkan potensi dengan anak lain, tetapi bandingkan dengan potensi yang ada dalam anak itu sendiri. Seperti yang dilakukan pada tes psikologi. Mana yang lebih bagus pada seorang anak apakah itu berpikir sistematis atau daya analisisnya,” ungkapnya.
Hal yang ada diri manusia yang mendukung potensi adalah kemampuan kognitif seperti intelegensi, bakat dan kreativitas. Selain itu juga mempunyai kemampuan afeksi atau kepribadian seperti minat, motivasi berprestasi, pengikatan diri terhadap tugas, penyesuaian diri dan pengelolaan terhadap stress.
Tes Bakat dan Minat
Tentang tes bakat minat, menurut dia, orang tua bisa melihat bakat anak yang sudah terlihat ketika remaja. Dengan bakat tersebut pemilihan karier anak sudah bisa mulai dikembangkan. Orangtua juga harus mengenalkan dengan berbagai pofesi sesuai minatnya, bukan dipaksakan.
Ia menceritakan, pengalaman ketika menemui mahasiswanya semester 4 menyampaikan bahwa dia tidak cocok kuliah di jurusan Farmasi. Dulu ibunya yang ingin masuk jurusan Farmasi gagal. Akhirnya si anak yang diminta masuk. ”Ini namanya pemaksaan minat anak padahal tidak disukai. Ini tidak bisa dilakukan orang tua,” tandasnya.
Pertanyaan muncul di sesi tanya jawab. Misal, pandangan orangtua terhadap anak IPA yang lebih rajin dan disiplin belajar dari pada anak IPS, seputar kesulitan ortu menjelaskan secara komprehensif pekerjaan anak selesai lulus kuliah, dan menyelaraskan bakat anak dan potensi dunia kerja.
Webinar Parenting Smamda di masa pandemi ini bertujuan memberikan wawasan kepada calon wali siswa Smamda. Bekerja sama dengan SMPN 1 Sedati, SMPN 4 Waru, Smamda juga mengundang seluruh SMP Negeri dan swasta se Surabaya dan Sidoarjo agar memilih studi lanjut yang tepat untuk buah hatinya.
Kegiatan Smamda Surabaya berbagi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru Smamda Surabaya. Selain mengenalkan sekolah kepada siswa, Smamda juga mengenalkan langsung kepada orang tua/wali siswa yang dikemas melalui webinar parenting.
Kepala Smamda Astajab MM menjelaskan, kegiatan parenting sangat bermanfaat bagi orang tua calon siswa. ”Semoga setelah kegiatan parenting ini orangtua tidak lagi bingung atau ragu untuk memilihkan studi lanjut untuk putra-putrinya,” katanya.
Ia berharap orangtua yang mendaftarkan putra-putrinya ke Smamda Surabaya yang memberikan tempat untuk bakat siswanya. (*)
Penulis Tanti Puspitorini Editor Sugeng Purwanto