PWMU.CO – Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah mengatakan, penguatan ideologi bagi kader Muhammadiyah merupakan sebuah keharusan. Karena itu ibarat nafas dan jantungnya organisasi.
Hal itu dia sampaikan pada Pengajian Ramadhan 1442 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berlangsung melalui Zoom, Sabtu (17/04/2021)
Merujuk pada keputusan Muktamar Ke-47 di Makassar Tahun 2015, menurut Noordjannah, untuk mewujudkan transformasi dan perubahan Muhammadiyah ke arah kemajuan, dibutuhkan sistem organisasi dan jaringan yang maju, profesional, serta modern.
“Dalam penguatan ideologi itu, tentu dibutuhkan sosialisasi dan masifikasi terkait pandangan apa itu Indonesia berkemajuan, negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, termasuk juga manhaj tarjih, karena ini yang akan mengawal Muhammadiyah,” katanya.
Enam Poin Prioritas Pengembangan
Pada kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah periode 2015-2020 ini menurut Noordjannah ada enam poin prioritas pengembangan. Pertama adalah pengembangan kuantitas kualitas cabang-ranting.
“Saya pikir ini sesuatu yang sangat penting. Karena organisasi kita ini bergerak di komunitas yang diharapkan begitu mengakar di tingkat cabang dan ranting. Usaha ini sudah dijalankan, hanya saja kita perlu merefleksikan diri, sudah seberapa berkualitas gerakan kita dan apakah sudah dirasakan kehadirannya oleh masyarakat?” katanya.
Kedua, penguatan sistem gerakan.
Dalam penguatan sistem gerakan, dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyarankan pada pengayaan, penyebarluasan ideologi dan pemikiran.
“Karena ini yang menjadi basis bagi pengembangan nilai-nilai keagamaan, intelektualitas, dan praksis gerakan yang bersifat pembaruan sebagai bagian penting dan strategis bagi pengembangan tajdid Muhammadiyah untuk pencerahan masyarakat,” tuturnya.
Ketiga adalah pengembangan kualitas sumber daya anggota dan kader.
“Kader sebagai pelaku gerakan, harus mampu mendinamisasi dan memperluas peran strategis Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan percaturan global,” tandasnya.
Keempat, pengembangan amal usaha dan praksis sosial Muhammadiyah yang unggul.
Dalam hal ini, imbuhnya, Muhammadiyah dan Aisyiyah perlu mengintensifkan dan memperluas program ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan gerakan jama’ah sebagai basis kemandirian dan kekuatan strategis Muhammadiyah.
“Selama ini masyarakat di tingkat bawah mengenal Aisyiyah seperti apa? Kalau dulu masyarakat mengenal Aisiyah itu punya panti asuhan, TK ABA, nah sekarang perlu kita sampaikan kepada masyarakat juga kalau Aisyiyah itu mengadvokasi, Aisyiyah itu melakukan pembelaaan, juga memperjuangkan kesehatan maupun kesejahteraan perempuan dan anak,” tegasnya.
Kelima, pengembangan model gerakan pencerahan Muhammadiyah dan keenam pengembangan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan negara serta percaturan global. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni