Keempat, yakni memiliki hierarki organisasi yang tidak kaku. Tidak ada tingkatan organisasi yang dianggap lebih tinggi di Muhammadiyah.
“Dalam Persyarikatan kita, PP tidak merasa lebih hebat dari PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah), PWM tidak merasa lebih tinggi dari PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah), begitu seterusnya,” urainya.
Kelima, tradisi kepemimpinan yang kolektif-kolegial. Model seperti ini sudah nampak pada Muhammadiyah sejak proses pemilihan berlangsung. adanya 13 pimpinan yang harus dipilih, menunjukkan bahwa kolektif-kolegial di Muhammadiyah sangat kental.
(Baca juga: Hajriyanto: Ceramah Itu Jangan Sedikit-sedikit Bid’ah, Sesat, Haram, dan Masuk Neraka!)
”Dari cara memilih pemimpin, Muhammadiyah itu sangat kolektif-kolegial. Di seluruh dunia, tidak ada organisasi yang gaya pemilihannya sangat kolektif-kolegial seperti Muhammadiyah. Ini harus kita pertahankan,” tegas dia.
Keenam, orang Muhammadiyah itu menjunjung tinggi budaya sederhana. Dari tampilannya saja, kata Hajriyanto, Muhammadiyah sudah terlihat sederhana. Orang Muhammadiyah tidak pernah berlebihan dalam berpakaian.
“Untuk tahu budaya sederhana di Muhammadiyah, paling mudah adalah dengan melihat tampilannya. Lihatlah cara berpakaiannya, sangat simpel. Tidak berlebihan. Tidak harus membawa tasbih atau surban yang macam-macam,” katanya.
(Baca juga: Hajriyanto: Ketika Kata ‘Usaha’ dalam “Amal Usaha Muhammadiyah” Membikin Beda Orientasi)
Ketujuh, sedikit bicara banyak kerja. Hajriyanto mengatakan, orang Muhammadiyah itu tidak banyak bicara. Jika ceramah pendek-pendek saja. Mereka lebih mengutamakan kerja nyata.
“Lihat saja Ahmad Dahlan. Dia tidak pernah ngomong dalil yang panjang-panjang. Tapi dia langsung kerja nyata. Buat sekolahan, buat panti, atau buat rumah sakit. Kredibilitas sebagian ulama akhir-akhir ini menurun, karena mereka banyak ceramah, tapi nggak ada kerjanya,” tutur dia.
(Baca juga: Hajriyanto: Jangan Jadi Umat Islam Sontoloyo dan Hajriyanto: Pemimpin Muhammadiyah Itu seperti Satrio Pandito)
Sedangkan, kedelapan adalah tradisi amal saleh. Muhammadiyah selama ini dikenal sebagai kelompok philantropis karena tradisi memberinya. Orang-orang Muhammadiyah sangat pemurah. Muhammadiyah juga dikenal sebagai organisasi poluntarisme karena kesukarelawanannya.
Kesembilan yaitu percaya diri. Orang-orang Muhammadiyah memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dalam hal ini, Hajriyanto memberi contoh sosok Prof M. Amien Rais. Menurut Hajriyanto, dia merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah yang memiliki kepercayaan diri tinggi.
(Baca juga: Serius Jelaskan Kiprah Internasional MDMC, Tiba-tiba Hajriyanto Berhenti Sejenak karena Difoto)
“Lihatlah bagaimana sikap politiknya. beliau sangat percaya diri. Beliau tidak perduli jika akan ada kritik. Karena baginya, dalam politik, kritik itu biasa,” katanya.
Sepuluh, tradisi kritis dan berani mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan. Sejarah membuktikan, Muhammadiyah sangat berani mengkritisi kekeliruan yang sudah dianggap mapan. Semisal, arah kiblat dan qunut.
Sebelas adalah tradisi kepeloporan dalam kemajuan umat. Hajriyanto menjelaskan, Ahmad Dahlan didaulat sebagai pahlawan nasional adalah berkat kepeloporannya. Muhammadiyah banyak menjadi pelopor dalam kebaikan.
(Baca juga: Hajriyanto: angan Jadi Kader yang Tidak Berbuat Apa-Apa atau Bekerja tapi Tidak Tuntas dan Hajriyanto: Muhammadiyah Tak Perlu Banyak Produksi Kata-Kata)
Terakhir, Muhammadiyah berwatak pembaharuan. Jadi, Muhammadiyah memiliki watak pembaharu.”Selama ini Muhammadiyah selalu melakukan gerakan pembaharuan di setiap bidang,” jelasnya.
“Untuk yang ketigabelas dan empatbelas, silahkan bapak-ibu sekalian menambahkannya,” kata Hajri mengulangi statemennya di awal ceramah sebelum dipungkasi dengan ucapan terima kasih dan salam. (ilmi)