PWMU.CO – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN Prof Zainuddin Maliki menghargai kesediaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menarik buku Kamus Sejarah Indonesia.
Buku yang diunggah di laman Rumah Belajar milik Kemendkbud itu kontroversial karena tidak memasukkan tokoh sekaliber KH Hasyim Asy’ari. Kini Dirjen Kebudayaan Kemendikbud mengakui hal itu sebagai kehilafan yang sama sekali tidak diinginkan.
“Dengan demikian kekhawatiran masyarakat akan terjadinya kemungkinan pembelokan sejarah bisa dikurangi. Namun kekhawatiran masyarakat belum sepenuhnya bisa dihapus,” ujar Zainuddin Maliki, dalam keterangan tertulis yang diterima PWMU.CO, Kamis (22/4/2021) siang.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengatakan, masyarakat masih trauma dengan sejumlah kekhilafan yang dilakukan Kemendikbud seperti kekhihilafan absennya frasa nilai-nilai agama dalam Peta Jalan Pendidikan 2020-2035.
“Belakangan juga khilaf hingga Pancasila terhapus dari kurikulum pendidikan tinggi,” ujarnya.
Pentingnya Sejarah
Zainuddin Maliki mengatakan, penulisan sejarah sebenarnya merupakan langkah yang bagus untuk membantu masyarakat memahami akar sejarah bangsanya sendiri.
“Bangsa ini tidak boleh hanya mengetahui masa depan dan tidak tahu masa lalu. Ibarat mobil saja penting untuk dilengkapi dengan kaca spion,” terangnya.
Namun, kata Zainuddin Maliki, Direktorat Jenderal Kebudayaan harus menulis sejarah secara jujur. Menulis sejarah sebagaimana fakta yang ada di lapangan.
“Faktanya KH Hasyim Asy’ari adalah Pahlawan Nasional yang sangat besar jasanya bagi kemerdekaan negeri ini,” ujarnya.
Oleh karena itu sambungnya, pantas dipertanyakan ketika ulama besar yang telah mengukir sejarah bangsa ini justru tidak tercantum dalam Kamus Sejarah Indonesia yang disiapkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud.
Dimuat Rumah Belajar
Seperti diberitakan Republika, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid sudah menarik buku Kamus Sejarah Indonesia dari laman Rumah Belajar. Selain itu, buku-buku yang terkait sejarah modern juga telah ditarik untuk direview kembali.
Ia mengatakan, penarikan buku ini dilakukan karena pihaknya ingin memastikan permasalahan kekurangan yang ada di buku sejarah bisa diselesaikan. “Kita tidak mau sama sekali ada problem seperti ini,” kata Hilmar, dalam telekonferensi, Selasa (20/4).
Hilmar juga menanggapi bahwa banyak pihak yang mempertanyakan resmi atau tidaknya buku tersebut. Ia menegaskan, buku tersebut tidak resmi diterbitkan. Menurutnya, yang menjadi masalah adalah buku tersebut sudah dimuat di Rumah Belajar meskipun sebenarnya pengerjaannya belum selesai. (*)
Editor Mohammad Nurfaoni