PWMU.CO – Al-Furqan, buah dari ketakwaan yang diraih orang beriman. Furqan merupakan deteksi ketakwaan telah masuk pada diri seseorang.
Demikian yang disampaikan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Fathurrahman Kamal Lc MSi dalam Kajian Spesial Dhuha. Kegiatan virtual yang digelar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan tema “Berakhlak kepada Allah dan Rasul” itu berlangsung pada Sabtu (21/4/21).
Selain sebagai pendeteksi ketakwaan serta keberkahan, Fathurrahman menyampaikan kewajiban hamba Allah SWT untuk bertakwa kepada-Nya. “Takwa adalah menanamkan rasa takut dalam diri, dengan bentuk menjauhi dari apa yang dapat mendatangkan murka-Nya serta memproteksi dari hal-hal yang membahayakan diri dan orang lain,” tambahnya.
Pengajar Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu menuturkan, hakekat takwa termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 177. “Di dalamnya terangkum iman, Islam, dan ihsan,” jelasnya.
Keimanan kepada Allah SWT, lanjutnya, mewakili unsur iman. Menegakkan shalat sebagai unsur Islam. Sedangkan menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya sebagsi unsur ihsan. “Bertakwa kepada Allah akan membuahkan keshalihan ibadah dan sosial,” terangnya.
Bertakwa Totalitas
Fathurrahman menjelaskan, bertakwa hendaknya maksimal sebagaimana diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 102 yang artinya, wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dengan sebenar-benar takwa.
“Ayat ini mengandung perintah bertakwa secara totalitas, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihis wa Sallam: Bertakwalah kalian di mana saja kalian berada, susulilah, perbuatan yang jahat dengan perbuatan yang baik dan bergaullah dengan akhlak yang bagus,” paparnya menyitir hadits riwayat Tirmidzi.
Ketakwaan yang totalitas, kata Fathurrahman, di mana saja berada. “Biasanya seseorang yang sedang berada di masjid merasa rasa takutnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, tetapi setelah di luar masjid rasa takutnya hilang,” ungkapnya.
Secara personal, sambungnya, dia shalih. Tetapi secara publik dipandang rendah. Semarak Ramadhannya, tetapi moralitas masih rendah. “Meskipun demikian Allah Subhaanahu wa Ta’ala masih memberi peluang untuk membangun kekuatan diri,” imbuhnya.
Dia menjelaskan bahwa buah takwa itu antara lain adalah furqan. “Dalam al-Quran surat Al Anfal ayat 29 dijelaskan, ‘Wahai orang-orang yang beriman jika kalian bertaqwa, Allah akan menjadikan padanya furqan, dan akan menutup kesalahan kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian’,” terangnya.
Diperlukan di Masa Sulit
Menurutnya, al-Furqan berarti kecerdasan mental kita dalam memilah dan memilih antara yang bathil dan yang haq. “Sekarang ini adalah masa yang sulit. Kebenaran menurut perasaannya sendiri, tidak menerima dari orang lain. Inilah masa sulit, sangat diperlukan dengan furqan tadi,” jelasnya.
Buah takwa yang kedua, lanjutnya, seperti firman Allah SWT dalan al-A’raf ayat 96. “Jikalau penduduk negeri beriman dan bertakwa, sungguh Kami akan membukakan keberkahan di langit dan di bumi,” kata dia menjelaskan artinya.
Fathurrahman melanjutkan, berkah ( بركة) artinya kolam yang airnya banyak. Boleh buat minum, menyiram tanaman, dan boleh buat mandi. “Jadi, berkah sesuatu yang membawa manfaat. Pertanyaannya apakah hidup kita sudah berkah, yakni memberi manfaat pada orang lain?” tanyanya.
Sebagai penutup, dia menyampaikan cara berakhlak kepada Rasululkah Saw. “Seperti hadits riwayat Bukhari Muslim, apa saja yang aku larang jauhilah dan apa saja yang aku perintah lakukanlah semampu kalian.Di samping itu hendaklah kita menata hati kita dan menata pikiran kita, agar kita mampu berakhlak kepada Allah dan rasul,” jelasnya.
Penulis Hilman Sueb. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.