PWMU.CO– Belajar di luar negeri dikepo tuntas dalam obrolan ngabuburit SMAMDA Podcast bersama Adinda Ismer DN Koto MSc, alumnus SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Rabu (21/4/2021).
Acara ini rangkaian Pesantren Ramadhan Darul Arqam Smamda Surabaya yang diikuti sebanyak 218 siswa kelas XII bersama wali kelas dan orang tua secara virtual.
Siaran acara ini juga dapat disaksikan melalui tayangan YouTube di kanal Smamda.id. Obrolan podcast mengusung tema inspirasi masa depan pasca SMA.
Adinda Ismer DN Koto menceritakan, keinginan belajar ke luar negeri didorong keinginan melihat salju dan merasakan sensasi berhujan-hujan saat salju turun. Maka dia mendaftar ke program pertukaran pelajar AFS ke Amerika. Bersyukur dia mampu berbahasa Inggris, modal awal yang membuatnya percaya diri.
”Melalui seleksi yang panjang dan ketat, akhirya saya lolos menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang terpilih mengikuti program selama satu tahun di Wisconsin, Amerika Serikat. Itu pada tahun 2005-2006,” kisah Dinda, panggilan akrabnya.
Setelah pulang dari Amerika, dia harus mengulang lagi kelas yang telah ditinggalkan selama setahun itu. Menurut dia tak masalah. Itu konsekuensi yang harus dilakoninya.
Selama bersekolah di Smamda Surabaya, dia banyak aktivitas dan prestasi sehingga ketika lulus bisa masuk kuliah lewat jalur PMDK (Penulusuran Minat dan Kemampuan). Dia mengambil jurusan Hubungan Internasional.
Di masa kuliah ini, dia mendapatkan lagi kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar ke Sabanci University, Turki, pada 2010. Setelah pulang dari program ini, Dinda bisa menyelesaikan kuliah S1 dengan predikat cumlaude.
Lantas dia melanjutkan S2 ke Universitas Antwerp, Belgia. Saat ini Dinda sudah pulang ke Indonesia dengan gelar Master of Globalization and Development yang lulus pada Oktober 2020.
Menjawab Pertanyaan
Setelah dia mengulas pengalaman, peserta menyampaikan pertanyaan lewat kolom komentar YouTube, zoom chat, maupun langsung ditujukan kepadanya.
Salah satunya pertanyaan dari Humayun Alrafi kelas XII Mipa 1 mengenai perilaku remaja selama dia bergaul dengan warga di negara yang dia tempati.
Dia menjawab, self reliance atau kemandirian anak-anak Indonesia menurutnya belum sebaik anak-anak muda di Amerika, Turki, dan Belgia. Kesadaran dan ketangguhan dalam menyelesaikan masalah, menentukan cita-cita bagi mereka merupakan kewajiban tiap individu.
”Itu yang harusnya ditumbuhkan anak-anak muda di Indonesia, khususnya SMAMDA. Jangan mentang-mentang orangtua mampu, banyak uang, lalu kita menjadi anak yang manja dan tidak mandiri,” tutur Dinda.
Guru senior, Pak Agus Eko Winanto, meminta Dinda untuk memberikan kesan dan pesan kepada adik-adik SMAMDA berdasarkan pengalaman hidupnya.
Dinda menceritakan pengalamannya selama belajar di Smamda Surabaya ini. ”Saya selalu merindukan shalat berjamaah di sekolah. Masa ketika saya duduk menunggu teman-teman lain mengambil wudhu dan mendengarkan kultum dari siswa lain,” ujarnya.
Kerinduan itu muncul ketika sudah lulus sekolah, menjadi dewasa, sambungnya, apalagi hidup di luar negeri jauh dari orangtua dan saudara seiman.
”Ketika kita berada di lingkungan internasional yang jadwal dan kondisinya tidak memungkinkan untuk beribadah, di situlah saya merasa kangen banget shalat berjamaah. Mungkin dulu pas jadi siswa ini hal enggan untuk dilakukan ternyata bisa membawa kerinduan,” cerita dia. Kisah kenangan itu sontak membuat seisi studio 2 SMAMDA hening dan terharu. (*)
Penulis Rimba Ayu Editor Sugeng Purwanto