Ramadhan Kali Ini tanpa Nadjib Hamid ditulis oleh Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Fathurrahim Syuhadi.
PWMU.CO – Ramadhan bulan penuh kemuliaan dan saatnya berfastabiqul khairat. Menempa diri dengan melaksanakan puasa mulai dari Subuh sampai berbuka puasa ketika Maghrib.
Momentum puasa yang datang sekali dalam setahun jangan disia-siakan. Tidak ada jaminan puasa yang akan datang kita masih berjumpa.
Sejak mengenal Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) momentum Ramadhan selalu dimanfaatkan secara maksimal. Kegiatan Kuliah Ramadhan, Taruna Melati (TM), maupun Latihan Dakwah (LD) selalu diikuti dan tidak pernah terlewatkan.
Saat menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pun momentum Ramadhan tak pernah disia-siakan. Beberapa kajian keagamaan dan keilmuan tak pernah terlewatkan.
Menjadi Pemuda Muhammadiyah tak kalah menariknya. Kajian keagamaan, pengkaderan, dan bakti sosial mewarnai selama Ramadhan dijalani.
Menjadi aktivis persyarikatan seakan menjadi puncak beraktivitas dalam kegiatan dakwah dan pengkaderan saat Ramadhan. Upgrading dan Baitul Arqam menjadi lakon tersendiri mulai awal ramadhan sampai jelang Idul Fitri.
Ikon Pengaderan
Dalam setiap kegiatan Ramadhan sejak masih di IPM, Pemuda Muhammadiyah, sampai di persyarikatan, kegiatan pengaderan tidak pernah lepas dari peran Nadjib Hamid. Sosoknya selalu menjadi ikon kegiatan pengaderan.
Kegiatan pengaderan tanpa menghadirkan sosok Nadjib Hamid sepertinya kurang afdhal. Sehingga kehadiran Nadjib Hamid merupakan pemantik kegiatan pengaderan yang utama.
Pikiran-pikirannya yang cemerlang tentang persyarikatan dan kaderisasi membuka cakrawala bagi peserta kegiatan pengaderan. Walaupun berkali-kali menerima pencerahan dari Nadjib Hamid tetapi tidak pernah membuat peserta bosan.
Getol Regenerasi
Nadjib Hamid tidak pernah ragu mengkritik perilaku warga Muhammadiyah dalam beribadah. Kadang cenderung inklusif sehingga orang di luar Muhammadiyah enggan untuk merapat dalam dakwah Muhammadiyah.
Dalam masalah regenerasi atau pembeliaan kader Nadjib Hamid sangat getol seperti yang dilakukan di IPM. Pada tahun 1980-an, para pimpinan IPM yang banyak adalah guru dan rata-rata berumur 30 tahunan. Ia memulai pembeliaan kader pimpinan mulai dari tingkat ranting/kelompok, cabang, daerah, wilayah, dan pusat usianya harus di bawah 22 tahun.
Nadjib Hamid merupakan aktivis tulen dan dikenal luas di masyarakat. Sejak sekolah di Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Paciran ia sudah aktif di IPM Kelompok (ranting di tingkat desa) dan Cabang IPM Paciran. Menjadi Pimpinan Daerah IPM Lamongan dan Pimpinan Wilayah IPM Jatim. Jabatan ketua dan sekretaris pernah dipegang.
Bangkitkan IPM Lamongan
Pada saat Nadjib Hamid berdomisili di Bangil sebagai mahasiswa Ma’had Ali Lil Fiqh Wad Dakwah, dia sering wira-wiri pulang ke Paciran untuk mengurus IPM. Mengadakan kajian, mengadakan turba ke beberapa ranting atau desa tanpa lelah. Bahkan sebulan bisa lebih dari satu kali, padahal saat itu transportasi tidak semudah sekarang.
Nadjib Hamid bersama Ahnaf Yusuf (alm), Muhyidin, Nur Aini, Yusup Ismail, Ahmad El Hanif dan yang lainnya membangkitkan IPM Lamongan pada tahun 1988 yang vakum cukup lama.
Pada perhelatan Musyda IPM di Sedayulawas Brondong tahun 1988 Nadjib Hamid mendapat suara terbanyak. Tetapi beliau tidak mau menjadi ketua. Akhirnya, terjadilah duet Ahnaf Yusuf – Nadjib Hamid sebagai Ketua dan Sekretaris Pimpinan Daerah IPM Lamongan periode 1988-1990.
Selanjutnya pada Musyda IPM ke-5 di Babat, regenerasi beralih ke Fathurrahim Syuhadi dan Mohammad Hanif sebagai Ketua dan Sekretaris periode 1990-1992.
Pada saat itu Nadjib Hamid sudah tinggal di Masjid Ummul Mu’minin Jalan Baratajaya VIII/8 Surabaya sejak akhir Desember 1987 dan Jalan Gembili III Nomor 42 Surabaya.
Tiada Lelah Hadiri Pengkaderan
Dalam setiap Ramadhan Nadjib Hamid tiada lelah dan tidak menolak untuk dihadirkan di forum kegiatan pengaderan. Dia bisa hadir pada waktu yang ditentukan. Bisa waktu pagi sehabis Subuh, siang hari saat orang pada tidur siang, bahkan pada malam pun dia pun siap mendampingi peserta.
Ramadhan tahun ini kita sudah tidak bisa bersama Nadjib Hamid. Beliau terlebih dahulu mudik menghadap Rabb-Nya pada Jumat (9/4/2021) karena sakit di RS Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Semoga mendapat tempat terbaik di hadapan Allah SWT. (*)
Editor Sugiran.