ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Minggu, April 2, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Nyai Walidah, Tokoh Pergerakan Wanita yang Konkret

Sabtu 24 April 2021 | 21:03
5 min read
118
SHARES
370
VIEWS
ADVERTISEMENT
Nyai Walidah
Nyai Walidah

Nyai Walidah, Tokoh Pergerakan Wanita yang Konkret oleh Tere Liye, penulis novel dan akuntan.

PWMU.CO– Tokoh ini bernama Siti Walidah. Lahir di Yogyakarta, 3 Januari 1872, putri dari seorang ulama, Kiai Haji Muhammad Fadli. Dia bersekolah di rumah saja, belajar ilmu agama, bahasa, dan lain sebagainya. Dia tidak mengenyam pendidikan formal. Tapi besok lusa, dia ’mendirikan’ ribuan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan formal lewat organisasi yang dibangunnya.

Tahun 1889, Siti Walidah menikah dengan sepupunya, Ahmad Dahlan. Kemudian dia lebih dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Sebutan lainnya Nyai Walidah.

Jika kalian ingin mencari contoh tokoh pergerakan wanita yang benar-benar konkret, Nyai Ahmad Dahlan adalah pilihan terbaiknya. Dia tidak hanya bicara atau menulis soal emansipasi. Dia juga melakukannya dengan tangan. Nyata. Tahun 1917, di usia 45 tahun, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah, yang kemudian menjadi bagian dari Muhammadiyah.

Lewat organisasi Aisyiyah inilah kiprah Nyai Ahmad Dahlan terang-benderang menyinari sekitarnya. Organisasi ini mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama. Menjadi ujung tombak pendidikan bagi wanita. Karena jelas, jika kita bicara tentang mengubah sesuatu, pendidikan adalah kuncinya.

Tahun-tahun itu, catat baik-baik, tahun 1920-an, Nyai Ahmad Dahlan telah berkeliling ke banyak tempat menyampaikan banyak hal prinsip mengagumkan. Dia menganjurkan perempuan belajar memakai sepeda.

Itu sepele bukan? Tidak. Di zaman itu, saat sepeda adalah simbol kendaraan, itu serius sekali. Arab Saudi bahkan baru beberapa tahun lalu mengizinkan perempuan mengemudi di negaranya. Nyai Ahmad Dahlan visioner, seratus tahun lebih maju.

Aktif di Pergerakan

Nyai Walidah menentang kawin paksa. Dia datang dengan pemahaman bahwa istri adalah mitra setara bagi suami. Penting sekali wanita mendapatkan pendidikan, dll, dsbgnya. Lagi-lagi, catat tahun-tahun itu, saat Indonesia belum merdeka, Belanda masih menjajah, itu pemikiran yang sangat radikal dan berbahaya. Tapi tidak bagi seorang Nyai Ahmad Dahlan yang kritis dan progresif.

Saya tidak akan membahas apa yang dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan secara detail. Kalian bisa membacanya di buku, atau menonton filmnya. Karena sudah ada film tentang Nyai Ahmad Dahlan.

Tapi saya ingin membahas tentang sesuatu yang mungkin diabaikan oleh banyak orang saat membaca sejarahnya. Sebuah pertanyaan simpel: Kok bisa, ada wanita yang lahir tahun 1870-an, punya pemahaman seperti itu? Bukankah di zaman itu konon wanita katanya masih dipingit, hanya bisa memendam perasaan, hanya bisa diam di kamar? Hanya bisa menulis surat dan sebagainya?

Kok bisa Nyai Walidah malah aktif dalam pergerakan?

Jawabannya, kemungkinan ada dua. Pertama, karena suaminya adalah Ahmad Dahlan. Seorang ulama besar, yang memahami agama dengan baik. Bayangkan, di zaman itu, dia justru mendukung istrinya untuk terlibat dalam organisasi.

Ahmad Dahlan paham sekali, posisi wanita bukan hanya urusan dapur saja. Lebih dari itu, wanita punya posisi terhormat dalam agama. Sejarah membuktikan, wanita bisa mengambil peran lebih.

Ketika Ahmad Dahlan meninggal tahun 1923, ketika kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya, Nyai Ahmad Dahlan yang memimpin kongres itu. Saat dunia separo lebih masih ’gelap-gulita’ soal emansipasi wanita, Nyai Ahmad Dahlan telah memberi contoh.

Kedua, kemungkinannya karena Nyai Ahmad Dahlan sendiri yang memahami, bahwa wanita bisa mengambil peran lebih dalam kehidupan. Dia mempelajari agamanya dengan baik, lantas tiba di sebuah pemahaman: agama Islam adalah agama yang me-merdeka-kan.

Warisan Nyai Walidah

Apakah jilbab itu mengekang? Tidak. Itu simbol yang membebaskan. Dengan jilbab, wanita bisa berinteraksi lebih baik dengan sekitarnya tanpa batasan. Pun sama dengan laki-laki, karena memakai pakaianlah, laki-laki bisa berinteraksi, coba telanjang. Malah nggak bisa kemana-mana. Nyai Ahmad Dahlan memahami, jika Islam memuliakan wanita dalam artian sebenarnya.

Apakah pemahaman ini sesederhana yang dilihat. Saya tidak tahu. Tapi mana ada pemahaman yang datang gratisan, instan. Itu biasanya harus melewati fase-fase penting. Jelas Nyai Walidah telah melewati fase kehidupan yang panjang.

Jika Nyai Ahmad Dahlan masih hidup, mungkin kita bisa mendengarkan penjelasannya. Kita bisa bertanya banyak. Karena dalam hidupnya, toh, Nyai Ahmad Dahlan dipoligami. Ahmad Dahlan memiliki istri-istri lain.

Tentu akan sangat menarik, menyimak pendapatnya tentang posisi wanita dalam agama Islam. Boleh jadi jawabannya akan membuat aktivis pergerakan wanita modern terdiam. Dia jelas sama hebatnya dengan daftar wanita berpengaruh hari ini. Bahkan mungkin lebih hebat lagi.

Tapi baiklah, kita tidak harus berpanjang-lebar membahas itu lagi. Toh, sebenarnya lebih menarik menyimak warisan dari seorang Nyai Walidah. Tahun 1919, dua tahun Aisyiyah berdiri, lahirlah taman kanak-kanak yang kelak diberi nama TK Aisyiyah Bustanul Athfal.

Hari ini, seratus tahun lebih berlalu, kalian tahu berapa jumlah cabang TK ini di seluruh Indonesia? 20.000 lebih. Seriusan, saya termangu membaca data ini. Ini tidak salah tulis? Oh God, punya 10 TK saja sudah banyak. Organisasi Aisyiyah punya 20.000 lebih TK. Crazy. Belum lagi sekolah-sekolah hingga universitas.

Lihatlah warisan dari seorang Nyai Ahmad Dahlan. Dia adalah contoh aktivis gerakan wanita yang konkret.  ’Demi’ 20.000 TK itu, semestinya, 3 Januari, tanggal kelahiran Nyai Walidah, kalaupun bukan dijadikan hari Emansipasi Wanita, pun juga bukan hari Pendidikan Nasional, bisakah kita sepakati dijadikan hari Taman Kanak-kanak Nasional saja?

Agar orang paham, bahwa pendidikan telah dimulai di usia yang sangat dini. Pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat-tempat ibadah. 

Nyai Ahmad Dahlan tidak hanya bisa bercita-cita. Dia mengambil jalan konkret. Nyata. (*)

Editor Sugeng Purwanto

Tags: AisyiyahKonsep Emansipasi Wanita MuhammadiyahNyai Ahmad DahlanTere LiyeTK ABA
SendShare47Tweet30Share

Related Posts

Empat Keistimewaan Bulan Ramadhan Dikaji PCA Tandes

Minggu 26 Maret 2023 | 18:53
134

Ketua Majelis Tabligh PDA Kota Surabaya periode tahun 2015-2022 Hj Tsuwaibah Aslamiyah memberikan materi Kajian...

Warga Aisyiyah Gayungan Ngaji Syiam dan Surat Al-Hujurat Ayat 13

Minggu 26 Maret 2023 | 15:35
74

Ketua PDA Kota Surabaya Hj Alifah Hikmawati SThI menjadi narasumber Kajian Ramadhan 1444 di PCA...

Beraisyiyah adalah Perjanjian Kuat dengan Allah

Minggu 26 Maret 2023 | 12:30
240

Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Siti Aisyah MAg (kanan) saat menyampaikan materi Penguatan Ideologi dan...

Inilah Cara Allah Memuliahkan Bulan Syaban

Rabu 1 Maret 2023 | 18:13
94

Muhammad Iqbal Rahman saat menyampaikan materi Cara Allah Memuliakan Bulan Syaban di Pengajian PRA Jemur...

Sah! PWA Jawa Timur Tambah 11 Anggota, Jadi Ketua Majelis dan Lembaga

Jumat 24 Februari 2023 | 22:20
433

Logo Aisyiyah. Sah! PWA Jawa Timur Tambah 11 Anggota, Jadi Ketua Majelis dan Lembaga Sah!...

Lomba Menyanyi TK Aisyiyah Gresik, Ini Pemenangnya

Sabtu 4 Februari 2023 | 14:45
309

Lomba Menyanyi Betsama antar TK 'Aisyiyah sekabupaten Gresik dalam rangka Gebyar Pra Musyawarah Daerah XI...

Lembaga Kebudayaan PDA Gresik Mengadakan Lomba Menyanyi Antar TK Aisyiyah

Sabtu 4 Februari 2023 | 10:35
189

Ketua Lembaga Kebudayaan PDA Kabupaten Gresik Rehayuni SAg memberi sambutan pada Lomba Menyanyi Bersama Gebyar...

Daftar 27 Calon Sementara Anggota PDA Kabupaten Mojokerto

Sabtu 4 Februari 2023 | 09:29
269

Musyawarah Daerah Ke-3 Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Mojokerto di Stikes Majapahit, Mojokerto Ahad (29/1/2023). (Istimewa/PWMU.CO)...

PP Aisyiyah Mendorong Kadernya Menjadi Ulama

Selasa 31 Januari 2023 | 11:04
6k

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbayinah M Kes Apt (Istimewa/PWMU.CO) PP...

Dua Wajah Baru PWA Jatim Siap Jalankan Roda Aisyiyah

Senin 30 Januari 2023 | 06:03
526

Anggota Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur 2022-2027 hssil Musywil Ke-13 Asiyiyah Jatim di Asrama Haji...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Putranya Diterima di IPB lewat SNBP, Ini Harapan Ketua Komite Smamsatu

    18940 shares
    Share 7576 Tweet 4735
  • Tapak Suci Smamsatu Borong Medali Tingkat Nasional

    21970 shares
    Share 8788 Tweet 5493
  • Naik Lagi Jumlah Siswa Smamsatu yang Lolos PTN lewat SNBP

    9774 shares
    Share 3910 Tweet 2444
  • Dag-dig-dug Jantung Mantan Ketua IPM Smamsatu Ini Diterima di Unesa

    4751 shares
    Share 1900 Tweet 1188
  • Putri Kepala Smamsatu Diterima di Unair Jalur SNBP 2023

    11651 shares
    Share 4660 Tweet 2913
  • Tampil Apik di Musyab, Tim Musikalisasi Puisi Spemdalas Dinilai 99

    2402 shares
    Share 961 Tweet 601
  • Atlet Basket Smamsatu Masuk Jurusan Akutansi di SNBP 2023

    3203 shares
    Share 1281 Tweet 801
  • Naik Tajam, 36 Siswa Smamita Lolos SNBP 2023

    772 shares
    Share 309 Tweet 193
  • King Queen of Library SD Mugeb Kunjungi Perpustakaan Spemdalas

    2159 shares
    Share 864 Tweet 540
  • Rahasia Putri Kepala SD Mudipat Surabaya Diterima di Unesa

    1260 shares
    Share 504 Tweet 315

Berita Terkini

  • Empat Tips Menciptakan Keluarga HarmonisSabtu 1 April 2023 | 22:46
  • Menjadikan Syukur sebagai Bahan Baku Utama Kebahagiaan KeluargaSabtu 1 April 2023 | 21:17
  • Bacaan Gharib Jadi Ice Breaking Pengajian Ramadhan IniSabtu 1 April 2023 | 20:13
  • Belajar jadi saudagar
    Belajar Jadi Saudagar Kaya dari IbuSabtu 1 April 2023 | 16:19
  • Syarat taklukkan dunia
    Taklukkan Dunia Miliki Dua Syarat IniSabtu 1 April 2023 | 14:41
  • Mubaligh hijrah ramadhan
    Mubaligh Hijrah Ramadhan Muhi Gelar Pengajian Akbar di PCM KalikajarSabtu 1 April 2023 | 14:16
  • Islam Melahirkan Umat Unggul dan Peradaban MajuSabtu 1 April 2023 | 13:41
  • Siswa SD Musix Ikut Kuliah Histologi di Fakultas Kedokteran UM SurabayaSabtu 1 April 2023 | 13:30
  • Berorientasi ke Depan, Sekolah Muhammadiyah Jadi ModelSabtu 1 April 2023 | 13:03
  • Aktualisasi Islam Berkemajuan Merujuk pada Tiga Pertanyaan JibrilSabtu 1 April 2023 | 12:51

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!