Gholib Ghufron, Perintis Layanan Kesehatan oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO– Gholib Ghufron bukan dokter atau perawat. Tapi dia dikenal sebagai perintis layanan kesehatan bagi warga Muhammadiyah Lamongan.
Dia menjabat ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum yang pertama ketika majelis ini dibentuk oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan dalam Musyawarah Daerah ke 4 di Babat tahun 1976.
Haji Gholib Ghufron menjabat ketua Majelis PKU selama sembilan tahun hingga 1985. Di zaman itu ketua PDM Lamongan dipegang oleh KH Ahmad Zahri dan KH Abdurrahman Syamsuri.
Ketika memimpin Majelis PKU, Gholib Ghufron dibantu pengurus lainnya yang dokter yaitu dr HM Thohir HS. Rintisan layanan kesehatan Majelis PKU ini terus dikembangkan pada periode berikutnya yaitu dr HM Thohir (1985-1990), Drs H Dimyati SH (1990-1995), dr HM Shohib MARS (1995-2010), Drs H Sukirno (2010-2015), dr H Agus Pramono (2015-2018) dan dr H Abdul Manaf (2018-2020).
Jiwa Bisnis
H Gholib Ghufron lahir di Sedayulawas, Brondong Lamongan pada tanggal 1 Januari 1934. Ia putra dari pasangan H Ghufron dan Hj Marhamah, seorang pedagang sukses di kampungnya.
Dia sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Sedayulawas. Begitu juga SMP. Di samping itu dia mengaji kepada KH Asy’ari Khudlori, kiai sepuh di pantura di masa itu.
Usia 28 tahun, ia menikah dengan Hj Insiyah dari Babat pada 14 Februari 1962. Insiyah, anak pasangan dari Anwar dan Chabsah. Dari pernikahan ini dikarunia lima anak. Mereka adalah Didik Achmadi tinggal di Surabaya sebagai pegawai TVRI Surabaya, Mu’is Yulianto tinggal di Jakarta sebagai pegawai swasta, Wiwin Fauziyah tinggal di Babat sebagai pengusaha, Yuli Rachmawati tinggal di Babat sebagai pengusaha, dan M Zaki Yamani tinggal di Jakarta sebagai pengusaha.
Gholib Ghufron sejak remaja sudah sudah berdagang antar pulau. Mula-mula berdagang palawija. Mengirim beras, garam, dan sembako lainnya ke Kalimantan. Pulangnya membawa kayu. Tapi setelah menikah memilih menjadi tukang jahit menghabiskan waktu bersama anak istri di Babat. Usaha jahitnya juga sukses. Pelanggannya banyak.
Dia memiliki NBM (Nomor Baku Muhammadiyah) 499.229. Perawakannya tinggi besar dikenal sebagai aktivis sejak muda di Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan Pemuda Muhammadiyah.
Juga pernah aktif di Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) hingga partai itu membubarkan diri pada 17 Agustus 1960 karena ditekan pemerintah. Selain aktif di PDM, dia juga menjabat sekretaris PCM Babat periode 1978-1984 dengan ketuanya H Mochammad Saechan.
Wakaf Diri untuk Umat
Di usia 51 tahun dia terjun bisnis kayu lagi. Dia ambil kayu dari Kalimantan dijual di daerah Sedayulawas dan Babat. Lalu mendirikan perusahaan mebel di Jl. Raya Tambangan Babat. Pada tahun 1980-2005, membuka usaha pasir. Dia punya tanah luas di pinggir Bengawan Solo untuk menampung pasirnya.
Selain di Majelis PKU, Gholib juga mengelola Klinik YPPI 1945 di Babat. Dia juga melopori berdirinya Forum Komunikasi Klinik (FKK) se Kabupaten Lamongan pada tahun 2001. Kemudian forum ini berganti nama menjadi Asosiasi Klinik. Sekarang berganti nama Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) Cabang Lamongan. Dia menjadi bendaharanya.
H Yatno, Wakil Ketua Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) Lamongan menceritakan, Gholib merupakan pribadi yang sangat menyenangkan. Dia yang memperjuangkan agar regulasi klinik dipermudah.
”Kalau ada klinik terkendala terkait izin operasional dia datang membantu,” kata Yatno yang menjadi ketua Klinik Balai Pengobatan Muhammadiyah PCM Deket.
Yatno ingat pesan yang selalu disampaikan. ”Berbuatlah untuk sesama selagi masih diberi usia dan kesempatan. Katakan kebaikan dan kebenaran itu walau pahit bagi diri kita. Katakan yang hak itu hak yang batil itu batil.”
Yuli Rachmawati putri keempatnya menuturkan, ayahnya sosok yang gemar membaca terutama buku buku agama, politik dan biografi. Buku karya Hamka dan M Natsir ada di koleksinya.
”Bapak suka berorganisasi. Sejak muda sudah aktif di organisasi Muhammadiyah,” kenang Yuli Rachmawati yang juga pebisnis. ”Hingga akhir hayat bapak masih mengelola kliniknya.” Yuli Rachmawati mengatakan, ayahnya berkata ingin mewakafkan dirinya bermanfaat untuk umat.
Gholib Ghufron wafat pada 25 November 2017 di usia 83 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Karangasem Babat. (*)
Editor Sugeng Purwanto