PWMU.CO – Persoalan kader adalah hal yang paling mendasar dalam sebuah Persyarikatan. Sebab kader merupakan SDM yang menggerakkan roda organisasi. Maka sudah menjadi kewajiban bagi seorang pimpinan untuk selalu menggali informasi tentang bagaimana sesungguhnya kader yang berada di daerah-daerah.
Soal kader itu menjadi bahasan serius dalam Sidang Komisi yang membidangi LPCR, MPK, LK, dan LIK pada Konsolidasi Organisasi Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Se-Jatim yang berlangsung di Hotel Bukit Daun, Kediri, Ahad, (20/11).
(Baca; Ketika Kultur Berhutang Dianjurkan oleh Pimpinan Muhammadiyah)
Seperti yang disampaikan Heri Sutiana salah seorang pimpinan Pemuda Muhammadiyah yang mewakili Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri, bahwa kondisi perkaderan saat ini patut mendapatkan perhatian khusus. “Bayangkan, saat ini kami kesulitan mencari imam-imam masjid atau mushala. Kami juga kesulitan mencari tenaga-tenaga muda untuk berkegiatan,” kata Heri yang merasa ironis karena di Kabupaten Kediri sangat banyak para pemudanya.
Senada dengan itu, Wendi Suryanto, perwakilan dari Majelis Pendidikan Kader PDM Tulungagung menyampaikan terjadinya disharmonisasi dan ketidakmampuan melakukan proses perkaderan secara optimal di wilayahnya. “Kami benar-benar mengharapkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) untuk mengupayakan suatu cara agar para karyawan di AUM mau mengikuti proses perkaderan yang diadakan oleh PDM Tulungagung.
Karena menghadapi persoalan serupa, PDM Trenggalek yang diwakili oleh Kamas Tantowi mengharapkan agar PWM mengambil langkah-langkah organisatoris di bidang perkaderan.
Tapi kabar baik datang dari PDM Nganjuk. Kustoyo, yang menjadi wakilnya, mengatakan persoalan kader di daerahnya tidak ada kendala, “Karena PDM sangat support sekali,” tuturnya.
Mendengar laporan yang terakhir itu, Najib Hamid, Wakil Ketua PWM Jatim yang memimpin sidang, tampak tersenyum lega sambil mengatakan, ”Ternyata pada turba terakhir ini ada daerah yang perkembangannya cukup baik dan dinamis. Problem yang dihadapi oleh ketiga daerah sebelumnya, menurut dia, tidak modern sama sekali padahal Muhammadiyah adalah organisasi modern.”
Nadjib menegaskan, harus ada niat yang kuat untuk bergerak. “Semua kegiatan hendaknya disinergikan dengan majelis dan lembaga. Bahkan dengan daerah lainnya perlu sinergi, misalnya antara kabupaten dan kota.
Nadjib berpesan, sebagai pimpinan harus bisa me-manage Persyarikatan dengan baik. “Jangan sampai meninggalkan salah satu cabang. Semua harus bisa digerakkan,” katanya. Yang penting juga, lanjut Nadjib, jangan mengambil tugas lain sebelum tugas yang menjadi tanggungjawabnya terlaksana dengan baik. Di akhir rapat, Nadjib menjanjikan bahwa PWM Jatim siap menjadi fasilitator jika diperlukan semacam pelatihan keorganisasiaan. (Uzlifah)