Selamat Jalan Mardjono-Neni Indrawati, Pasangan Sehidup Semati, Pasangan Sehidup Semati ditulis oleh Supriyanto, Kepala SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang.
PWMU.CO – Mardjono-Neni Indrawati bisa disebut pasangan suami istri sehidup semati. Keduanya meninggal dunia hanya berselisih 11 hari di bulan suci Ramadhan 1442. Insyaalah juga akan sesurga.
Drs H Mardjono MSi yang lahir di Madiun, 6 Juli 1952 itu, wafat pada Senin 26 April 2021. Menyusul sang istri—kelahiran Malang, 20 Maret 1959—yang berpulang ke hadirat Allah terlebih dulu, Rabu 14 April 2021.
Bertangan Emas
Haji Mardjono adalah sosok yang energik. Di masa pensiun pun, produktivitasnya tak malah surut tapi semakin menaik. Bahkan bisa dikata langkahnya tak mencerminkan usianya. Dia tetap berkarya, seperti anak muda, meski secara formal sudah purnatugas dari Dinas Pertamanan Kota Malang tahun 2010.
Pada tahun 2006, menjelang pensiun di usia 60 tahun, dia mendapat amanah untuk membesarkan Panti Asuhan KH Mas Mansur milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing, Kota Malang, sampai tahun 2013. Dengan sentuhan ‘tangan emas’ Mardjono, panti asuhan tersebut menjelma menjadi panti terbesar di Kota Malang.
Tak cukup itu, panti asuhan itu bahkan berhasil membuat produk air mineral Q-MAS M yang cukup populer di kalangan Muhammadiyah Jawa Timur. Dari bisnis inilah panti asuhan menjadi mandiri dan mampu memberi manfaat besar bagi masyarakat.
Belum usai menjalankan amanah mengelola panti asuhan, di tahun 2010 Mardjono mendapat tugas baru dari PCM Blimbing untuk “menyelamatkan” salah satu sekolah yang muridnya hanya tersisa dua anak: SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang.
Perubahan demi perubahan ia lakukan. Salah satunya adalah merobohkan gedung lama lantas menggantinya dengan gedung yang lebih megah dan representatif.
Tak butuh waktu lama baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan pendidikan meskipun sebelumnya tidak pernah sekalipun terjun dalam dunia ini. Sebab, selama 30 tahun Mardjono lebih berfokus di birokrasi pemerintah Kota Malang.
Selama 10 tahun (2010-2020), ia jatuh bangun memimpin SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang. Berbagai program ia rancang dan laksanakan sehingga berhasil mendapatkan hati masyarakat. Seperti program inklusi, pembinaan mental-spritual siswa, dan sebagainya. Tak heran kini sekolah ini memiliki murid lebih dari 200 anak dengan 25 guru dan karyawan.
Maka sangat tepat jika dia mendapat julukan si tangan emas. Seperti cerita Raja Midas dalam mitologi Yunani, apa yang ia pegang akan menjadi emas seketika itu juga.
Ada Istri di Balik Sukses Suami
Kesuksesan Haji Mardjono tak lepas dari peran sang istri Hj Neni Indrawati. Seperti kalimat bijak: di belakang pria yang sukses ada wanita hebat.
Sang istri selalu setia mendampingi Mardjono dalam setiap amanah yang diembannya. Neny memegang peran sentral dalam menata keuangan lembaga yang suaminya pimpin. Mulai dari Panti Asuhan KH Mas Mansyur, SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang, hingga yayasan pribadi yang mereka dirikan: Yayasan Ukhuwah Insaniyah.
Mardjono dan Neni Indrawati mampu berkolaborasi secara luar biasa sehingga menghasilkan karya yang outstanding seperti sekarang ini.
Dan kepergiannya yang hanya berselang 11 hari seolah membuktikan pasangan ini tak hanya bersama saat hidup, tetapi dalam ajal pun—orangtua tiga anak: Afifah Anggraini (40) PNS di Dinas Kesehatan Kota Batu; Yusnita Liliana Sari (38) Monev Keuangan MTS Ar Royan Kota Malang; dan Aris Krismawan (31) PNS PT KAI Bandung—itu kompak.
Selamat jalan Bapak-Ibu! Semoga setiap tetesan keringatmu menjadi saksi atas amal jariah yang engkau berikan sejauh ini.
Kami berikhtiar untuk terus mewarisi semangat juang Bapak-Ibu, sekaligus terus merawat dan memajukan apa yang engkau berdua tinggalkan, khususnya SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang. (*)
Editor Mohamamd Nurfatoni