PWMU. CO– Pandemi Covid telah mengubah kehidupan manusia. Mobilitas fisik berkurang karena harus berdiam di rumah tapi tetap bisa berkomunikasi online ke mana-mana
Demikian disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam pengajian virtual spesial Dhuha di Universitas Ahmad Dahlan, Sabtu (24/4/2021).
”Pandemi telah mengubah kehidupan. Kita tidak ke mana-mana, tetapi pikiran kita kemana-mana. Sesuai dengan kondisi sekarang bagaimana menanamkan akhlak secara online, karena tidak bertemu muka,” kata Abdul Mu’ti, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dikatakan, masa pandemi covid jarak tidak menjadi hambatan tapi perlu mengajarkan akhlak pertemuan virtual. ”Masa pandemi seperti tahanan, tetapi komunikasi menjangkau lebih jauh dan tidak terbatas. Fenomena ini memberi tanda, manusia sudah tergantung dengan teknologi gadget, yang menurut aspek psikologi suatu bentuk gangguan jiwa,” tandasnya.
Perilaku buruk dunia medsos sekarang ini, sambung Mu’ti, seperti aktif ngeshare ghibah digital. ”Jika di-share dalam hitungan menit, bisa ribuan, kalau yang di-share itu kejahatan, jadi dosa berjamaah,” katanya.
Teknologi itu, ujar dia, dapat juga dimanfaatkan untuk sedekah digital serta beribadah yang dapat dilakukan secara digital.
Dia menjelaskan, perubahan bisa menjadi proses dari new reality menuju new normal. Hanya saja pada awalnya masih ada sifat gugup dan gagap. Termasuk learning lost atau peserta didik tidak dapat belajar secara maksimal.
Terpenting, menurut dia, bagaimana mengajarkan akhlak agar tidak terjadi ungkapan orang Jawa bahwa tingkat pendidikan terkadang tidak sejajar dengan akhlak. ”Seperti ungkapan wong pinter keblinger,” tuturnya.
Tips Pengajaran Akhlak
Tips dia untuk pengajaran akhlak itu, pertama, menciptakan suasana yang baik dengan contoh dari orangtua yang dijadikan sosok ideal dan idola.
Kedua, komitmen. Orangtua menanamkan pendidikan akhlak dengan pengawasan. Mengubah suasana surgaku rumahku menjadi rumahku sekolahku. Orangtua yang bertanggungjawab atas pendidikan anaknya. Guru, dosen hanya penguat.
”Jadi orangtua sekarang harus mengatakan, I am a teacher, saya adalah guru. Sebagai orangtua dan juga guru di rumah,” papar ketua Badan Standar Nasional Pendidikan ini (BSNP).
Dia menyarankan, dalam pergaulan, orangtua mengarahkan agar hal-hal yang diakses anak mengarah masalah yang positif. Orangtua mengarahkan anaknya berproses, berekspresi dan berkolaborasi. ”Semangati anak dengan gembira. Jangan sampai menarget anak dalam belajar, cukup memberi semangat,” tandasnya.
Dia mencontohkan mengajarkan anak berkebun. Guru memberikan proses belajar di rumah dengan divideo, mencatat bunga yang ditanam. Membantu orangtua di rumah, dan segala aktivitas yang baik itu adalah pengajaran akhlak.
Contoh lagi, orangtua mengizinkan anak memegang HP dengan batasan waktu. Termasuk mengakses game. Orangtua bisa mendampingi.
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto