Enam Keutamaan Birrul Walidain ditulis oleh Ustadz Afiq Miftahurrizqim, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PCIM Arab Saudi.
PWMU.CO – Birrul walidain artinya berbakti kepada .orangtua. Birrul walidain adalah hal yang diperintahkan dalam agama, terutama di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang paling mulia serta dilipatgandakan pahala bagi orang-orang yang berbuat amal shAleh di dalamnya.
Oleh karena itu bagi seorang Muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orangtua bukan sekAdar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Taala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua.” (an-Nisa 36).
Di sini juga digunakan bentuk kalimat perintah. Birrul walidain juga diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika beliau ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي
“Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?” Nabi bersabda: ‘Shalat pada waktunya.’ Ibnu Mas’ud bertanya lagi: ‘Lalu apa lagi?” Nabi menjawab: ‘Lalu birrul walidain’.
Ibnu Mas’ud bertanya lagi: ‘Lalu apa lagi?’ Nabi menjawab: ‘Jihad fi sabilillah’. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, tampaknya beliau akan menambahkan lagi. (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian kita ketahui dalam Islam, birrul walidain bukan sekedar anjuran, namun perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga wajib hukumnya. Sebagaimana kaidah ushul fiqh, hukum asal dari perintah adalah wajib.
Enam Keutamaan Birrul Walidain
Sebagaimana djelaskan di atas, berbakti kepada orangtua (birrul walidain) dalam agama memiliki kedudukan yang tinggi. Sehingga berbakti kepada orangtua bukanlah sekadar balas jasa, bukan pula sekadar kepantasan dan kesopanan.
Enam berikut dapat menggambarkan seberapa pentingnya birrul walidain bagi seorang Muslim
Perintah Birrul Walidain setelah Perintah Tauhid
Seperti kita ketahu inti dari Islam adalah tauhid, yaitu mempersembahkan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata. Tauhid adalah yang pertama dan utama bagi seorang Muslim.
Dan dalam banyak ayat di dalam al-Quran, perintah untuk berbakti kepada orangtua disebutkan setelah perintah untuk bertauhid. Sebagaimana pada ayat-ayat yang telah disebutkan. Ini menunjukkan bahwa masalah birrul walidain adalah masalah yang sangat urgen, mendekati pentingnya tauhid bagi seorang Muslim.
Lebih Utama dari Jihad fi Sabililah
Sebagaimana hadits Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan. Juga hadits tentang seorang lelaki yang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pergi berjihad, beliau bersabda:
أحَيٌّ والِدَاكَ؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ
“Apakah orang tuamu masih hidup?”Lelaki tadi menjawab: “Iya.” Nabi bersabda: “Kalau begitu datangilah kedunya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Namun para ulama memberi catatan, ini berlaku bagi jihad yang hukumnya fardhu kifayah.
Demikian juga birrul walidain lebih utama dari semua amalan yang keutamaannya di bawah jihad fi sabiilillah. Birrul walidain juga lebih utama dari thalabul ilmi selama bukan menuntut ilmu yang wajib ‘ain, birrul walidain juga lebih utama dari safar selama bukan safar yang wajib seperti pergi haji yang wajib.
Adapun safar dalam rangka mencari pendapatan maka tentu lebih utama birrul walidain dibandingkan safar yang demikian.
Pintu Surga
Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul walidain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه
“Kedua orangtua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orangtua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian.” (HR Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah No. 914).
Cara Bertawassul kepada Allah
Tawassul artinya mengambil perantara untuk menuju kepada ridha Allah dan pertolongan Allah. Salah satu cara ber-tawassul yang disyariatkan adalah tawassul dengan amalan shalih.
Dan di antara amalan shalih yang paling ampuh untuk ber-tawassul adalah birrul walidain. Sebagaimana hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah satunya berkata:
“Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orangtua yang sudah tua renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu dahulukan orangtuaku sebelum keluargaku.
Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orangtuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka.
Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar.
Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap wajah-Mu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit darinya.“ (HR Bukhari-Muslim)
Menambah Umur
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rezeki, maka berbaktilah pada orangtua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)
Ridha Allah Tergantung Orangtua
Bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya akan mengundang ridha kedua orangtua kepada anak. Sementara ridha kedua orangtua terhadap anak merupakan penentun seorang anak mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwatakan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
«رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ».
“Ridha Rabb tergantung ridha orangtua, dan murka Allah tergantung murka orangtua.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).
Semoga kita selalu diberikan taufiq oleh Allah agar senantiasa bisa berbakti kepada kedua orangtua, baik selagi mereka masih hidup ataupun yang sudah meninggal. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni