PWMU.CO – Jilbab Traveler atau muslimah dengan jilbabnya yang gemar traveling, adalah duta. Tidak hanya untuk negerinya Indonesia, tapi juga untuk Islam.
Hal itu disampaikan Asma Nadia dalam acara Ramadhan bersama Diasporamu Eropa dengan tema Jilbab Traveler in Europe yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) se-Eropa, Rabu (28/4/2021)
Asma Nadia mengatakan, sebagai Muslimah dengan jilbabnya, seorang perempuan Muslim sudah semestinya menampilkan kebaikan-kebaikan, karena itu akan menunjukkan citra Islam.
“Setiap kebaikan yang dia lakukan akan memberi kontribusi untuk baiknya citra Islam. Sebaliknya keburukan yang dia lakukan juga akan menunjukkan citra Islam,” paparnya.
Penulis cerpen dan novel yang memiliki nama asli Asmarani Rosalba ini menambahkan, di beberapa kesempatan, saat dirinya bisa traveling dengan beberapa Muslimah dari Tanah Air, dia sering mengingatkan agar tidak meninggalkan jejak buruk.
“Sederhana saja. Saat kita berada di negara yang Islam menjadi minoritas, dan kita harus berwudhu di toiletnya, jangan sampai toiletnya lebih basah, lebih kotor setelah kita wudhu dari situ,” katanya.
Penulis Harus Siap Jalan-jalan
Asma mengaku, sejujurnya dirinya sangat jarang merencanakan sebuah perjalanan. Hanya saja dia bersyukur karena Allah banyak memberinya kesempatan untuk jalan-jalan lewat undangan-undangan yang ia dapatkan.
“Saya itu, waktu pertama kali bikin paspor tahun 2000, karena saat itu teman saya seorang penyair mengatakan, kalau jadi penulis itu harus siap jalan-jalan,” ucapnya.
“Dan ternyata di tahun 2001 saya dapat kesempatan traveling, pertama kali ke Brunei karena ada undangan untuk sastrawan Nusantara,” imbuh Asma.
Ketika pertama kali membuat paspor, Asma mengaku meminta pendapat dan bertanya kepada suaminya. “Saya tanya, bikin 12 halaman, 24 halaman atau 48 halaman ya? Dan dijawab suami, 12 aja Bun, memang mau ke mana?” terangnya menirukan jawaban suami.
Tapi saya ingat, lanjut Asma, waktu itu saya agak bandel. Jadi saya bikin kalau nggak salah 24 halaman. Dan ternyata itu cepet banget penuhnya.
“Karena banyak undangan dari program kepenulisan, mengisi kajian sambil acara menulis, belakangan juga undangan mulai meluas dari kedutaan-kedutaan,” ujarnya.
Penulis buku Jilbab Traveler, Assalamualaikum Beijing dan banyak buku best seller ini menuturkan, sering ke luar negeri mengunjungi dua sampai tiga kota di negara tersebut.
“Kayak ke Australia, saya juga datang ke dua atau tiga kota untuk mengisi kajian dan acara menulis. Ada juga di Bosnia, India dan beberapa negara lain. Saya sudah sekitar tujuh kali ke Korea dan alhamdulillah semua gratis. Sebetulnya yang berbayar itu baru merencanakan, tapi ternyata ada pandemi,” katanya.
Hikmah Traveling
Menurut Asma, traveling memberikan pelajaran: sebagai manusia harus mempunyai planning, memahami kekuatan diri sendiri, lebih bisa bersiap karena kondisi alam di berbagai negara berbeda.
“Saya pertama kali mengalami minus 27 derajat di Rusia. Dan ketika traveling, kita itu kan hidup minimalis ya. Tapi kenapa waktu di rumah, barang-barang kok banyak banget. Harusnya kita juga bisa hidup minimalis, ini masih PR buat saya juga. Semoga bisa hidup lebih minimalis,” katanya.
Dengan melakukan traveling, Asma mengaku banyak pengalaman, hikmah, pelajaran yang dia dapatkan. Termasuk bisa melihat berbagai macam ciptaan Allah yang luar biasa.
“Termasuk ketika bisa diving ke bawah laut, masyaallah, kita bisa melihat keindahan yang begitu banyak, yang selama ini tersembunyi dari mata kita. Mari kita doakan juga para pejuang KRI Nanggala mudah-mudahan mereka syahid dan keluarga diberi kekuatan,” ajaknya.
Asma menuturkan, ketika melakukan traveling, dia bersyukur bisa menemukan banyak orang-orang baik di luar sana, bahkan juga mempunyai keluarga dari warga lokal.
“Banyak orang baik yang mereka beda bangsa, agama, tapi ternyata kebaikan itu sesuatu yang universal. Mudah-mudahan kita bisa lebih optimis memandang dunia. Saya juga punya keluarga yaitu warga lokal yang saya pikir, ini juga suatu kekayaan yang Allah izinkan untuk saya,” ujarnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni.