Menggapai Predikat Takwa dari Puasa Ramadhan Ditulis oleh Ustadz Abdul Lathif Ridho SAg BA, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Arab Saudi.
PWMU.CO – Bertakwa adalah perintah Allah kepada orang-orang yang beriman. Ia adalah salah satu sifat yang paling banyak menjadi sebab dimasukkannya seorang hamba ke dalam surga.
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang: apa yang paling banyak memasukkan manusia kedalam surga? Jawab beliau: “Bertakwa kepada Allah, serta akhlak yang baik.”
Ibnu Katsir, dalam menjelaskan bahwa asal kata takwa adalah wiqayah, yaitu perlindungan antara dirinya dengan hal yang tidak disukainya.
Maka sebagian ulama mendefinisikan ketakwaan adalah menjadikan perlindungan antara seorang hamba dan murka Allah Subhanahu wa Taala dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Puasa dan Takwa
Kewajiban berpuasa yang diperintahkan Allah, dimaksudkan agar mendidik seorang hamba meraih ketakwaan. Sesuai dengan yang Allah firmankan dalam surat al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu berpuasa sebagimana diwajibkan atas kaum sebelummu agar kamu bertakwa.”
Dengan berpuasa, seorang hamba meninggalkan makanan, minuman, syahwatnya, dan segala hal yang membatalkan dan merusak pahala puasa sembari berharap keridhaan Allah.
Karena itu, puasa mengajarkan hamba untuk mengendalikan dirinya sendiri. Wajarlah, bila jiwa dengan segala keinginannya sudah dapat dikendalikan ia akan mudah tunduk dan taat kepada Allah, lalu kemudian ketakwaan yang menjadi buahnya.
Namun bila dalam menjalankan perintah puasa ini tidak didasari dengan keyakinan dan pengharapan kepada ampunan dan rahmat Allah, maka yang berpuasa tentu tidak mendapatkan apa-apa selain haus dan lapar.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dalam mengendalikan jiwa dan menegakkan ketakwaan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni