PWMU.CO – Orang Beriman Pasti Bahagia Ketemu Ramadhan. Hal itu Salim A Fillah sampaikan pada Pengajian Ramadhan 1442, Senin (3/5/21).
Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik menggelar pengajian virtual melalui Zoom Clouds Meeting.
Pesertanya, seluruh guru dan karyawan SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb), SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School), SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), dan SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik (Smamio).
Orang Beriman Pasti Bahagia
Salim mengutip hadits yang meski tidak shahih tapi kata ulama bisa jadi penyemangat beramal shaleh: “Siapa yang bergembira dengan kedatangan Ramadhan, Allah haramkan jasadnya dari neraka.”
Pria kelahiran Yogayakarta itu menjelaskan, bagi yang beriman pasti berbahagia ketika bertemu Ramadhan, karena Ramadhan begitu istimewa.
Rasulullah, ungkapnya, pernah berkhutbah untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan menggunakan istilah “Atakum Ramadhan syahrul adhim syahrul mubarak.” Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan.
Keberkahan itu, lanjutnya, dapat dilihat dari bagaimana Allah mem-fardhu-kan siang harinya untuk berpuasa dan men-sunnah-kan kepada kalian malam harinya untuk ber-qiyamul lail. Dan Allah membukakan, di dalamnya pintu-pintu surga. Allah menutup di dalamnya pintu-pintu neraka. Dan membelenggu di dalamnya setan-setan.
“Bagaimana hati orang beriman tidak berbahagia kalau keutamaannya seperti yang digambarkan Nabi itu?” tanya dia.
Bahagia karena Gugur Dosa
Apalagi, imbuhnya, bisa menggugurkan dosa saat berpuasa. Seperti dalil, “Man shama romadhona imanan wahtisaban, ghufiralahu ma taqaddama min dzanbih.”
Di mana, puasa dan al-Quran—duo ibadah yang sangat istimewa di Ramadhan—menjadi pemberi syafaat di sisi Allah. “Biasanya status amal itu bukti dan saksi, tapi puasa dan al-Quran status amalnya naik derajat jadi pemberi syafaat,” terangnya.
Sebab, duo ibadah ini langsung berbicara kepada Allah. Kata puasa, “Ya Allah, di siang hari aku telah mencegahnya dari syahwatnya, hawa nafsunya, makannya, minumnya, seksnya. Ya Allah, maka ampunilah dia, bebaskan dalam api neraka, masukkan dalam surga.”
Sebagaimana al-Quran mengatakan, “Ya Rabb, pada malam hari kucegah dia dari kantuknya, berleha-leha, tidur-tidur, lalu dia terjaga membaca kalam-Mu, di dalam shalat maupun di luar shalat, ya Allah maka ampuni dia, jauhkan dari api neraka, masukkan dalam surga.”
Bahagia karena Ramadhan Istimewa
Amalan sunnah itu, terang Salim, Allah hitung pahalanya lebih tinggi, seperti amal wajib. Adapun amal wajib, dilipatgandakan pahalanya oleh Allah sampai 70 kali atau lebih dari itu.
Membaca al-Quran kalau di luar Ramadhan sepuluh hasanah setiap huruf, apalagi di bulan Ramadhan! Kalau yang terbata-bata itu mendapat dua pahala, apalagi di Ramadhan.
Tidak hanya itu, Salim memaparkan di bulan Ramadhan juga Allah juga membuka waktu mustajabah yang luar biasa. Tengah malam ke atas sampai sepertiga malam terakhir waktu mustajabah. Sejak berpuasa sampai berbuka… mustajabah! Puncaknya saat berbuka puasa, mustajabah.
“Makanya di bulan Ramadhan, saat mustajabah itu justru saat bahagia. Kadang kita hanya berdoa ketika sedih, atau hajat sesuatu tidak terpenuhi,” tuturnya.
Ia mengingatkan agar berdoa juga di saat lapang dan merasakan kenikmatan. Saat Ramadhan inilah waktunya untuk melatih ini. “Supaya kita ingat pada Allah saat senang,” ungkapnya.
Salim kembali mencairkan suasana siang itu. “Kalau kita ingat Allah saat kita susah, Allah pasti ingat kita saat kita susah. Kalau kita ingat Allah saat susah saja, biar kita ingat terus sama Allah, Allah lalu membuat kita susah terus,” candanya.
Dia (sebagai Hamba Allah) mengatakan, “Kok dikasih susah terus ya Allah?”
Allah, menurutnya, menjawab, “Lha ingat aku saat susah.”
Saat Pintu Surga Terbuka dan Neraka Tertutup
Salim lantas mengajak membayangkan, “Dibuka pintu surga, kita merasakan semilir sejuknya, wangi harumnya surgawi sekali yang namanya Ramadhan. Sehingga kita melaksanakan ketaatan-ketaatan terasa begitu bersemangat dan ringan.”
Dia menerangkan, mengetahui pintu surga terbuka itu membuat kondusif dan lebih semangat melakukan amal shalih. “Tidak ada bulan seperti Ramadhan yang membuat kita semangat shalat berjamaah, membaca dan mengkhatamkan al-Quran, dan mengeluarkan harta untuk infak fii sabilillah dan shadaqah luar biasa,” jelas penulis buku-buku Islami itu.
Salim pun melontarkan sindiran, “Ketika pintu neraka tutup, maka cabang-cabangnya di dunia juga tutup, paling tidak berkurang jam operasionalnya!”
Tempat-tempat maksiat mengalami penyempitan. Orang yang mau bermaksiat mengalami kesulitan. “Bahkan orang yang terbiasa bermaksiat kadang bikin pengumuman, ‘Aku Ramadhan libur dulu ya, nanti habis Ramadhan lanjut lagi’,” ungkapnya sambil tertawa.
Melihat fenomena ini, pengasuh pengajian Majelis Jejak Nabi itu berharap, mudah-mudahan setelah Ramadhan usai yang lanjut liburnya, bukan bermaksiatnya.
Merasa Terbelenggu? Waspada Hawa Nafsu!
Saat Ramadhan, setan—makna hakikinya setan dari golongan jin— terbelenggu, sehingga tidak menggoda manusia. “Tapi setan dari golongan manusia—secara dhahir—-tidak terbelenggu, meski secara batin pasti merasa terbelenggu, karena kesempatannya melakukan banyak dosa tidak seperti bulan-bulan yang lain,” jelas Salim.
Maka, Salim berharap di antara para peserta yang hadir itu tidak ada yang terbelenggu. “Jangan sampai nanti euforianya Idul Fitri bukan (karena) berhasil mentaati Allah, tapi ‘Hore! Bebas dari belenggu!’,” imbaunya sambil kembali tertawa.
Kalau malam Idul Fitri merasa bebas dari belenggu, lanjut Salim, artinya ada sifat setan dalam diri. Naudzubillahimindalik!
“Tapi masih banyak yang bermaksiat?” tanya Salim retoris.
“Barangkali itu orang-orang yang banyak memfitnah setan,” candanya.
Salim menekankan, di bulan Ramadhan ini sebaiknya belajar mengenal diri dan hawa nafsu. “Setan sudah dibelenggu, kok keinginan maksiatnya masih menggebu-gebu? Kok keinginannya melakukan dosa masih kuat?”
Jika demikian, menurut Salim, bukan setan yang menyuruhnya melakukan maksiat dan dosa. Yaitu hawa nafsunya sendiri yang memang masih semangat melakukan dosa. “Hawa nafsunya perlu dirawat inap, kasih ventilator di ruang perawatan intensif barangkali,” canda Salim. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni