PWMU.CO – Hadapi Mutasi Corona, Anggota DPR: Utamakan PJJ Berbasis Pedagogi Digital. Anggota Komisi X DPR Fraksi PAN Prof Zainuddin Maliki meminta Kemendikbudristek mengarusutamakan PJJ berbasis pedagogi digital.
Hal itu dia sampaikan menghadapi tekanan pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir. Lebih-lebih ada fenomena munculnya virus varian baru B117, B1351, dan B1617 dari India, Afrika Selatan, dan Inggris yang lebih mematikan.
“Tentu kita tidak inginkan kesalahan fatal yang dialami oleh India terjadi di Indonesia,” ujarnya pada PWMU.CO Sabtu (8/5/2021).
Menurut Zainuddin Maliki, dalam situasi seperti ini sebenarnya lebih baik berpikir mengarusutamakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tetapi dirancang dengan pedagogi (ilmu pendidikan) digital yang baik.
“Mungkin capaiannya tidak maksimal. Tetapi dengan membuka pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pun juga tidak maksimal. Sulit mengejar capaian pembelajaran sebagaimana tatap muka yang dilaksanakan sebelum ada pandemi.” ujarnya.
Maka, sambungnya—sesuai namanya: PTM terbatas—jangan bermimpi berlebihan. Karena terbatas prosesnya, maka capaian pembelajarannya pun tentu terbatas juga.
Jadi, menurut dia, dua pilihan itu sama-sama tidak maksimal. PTM berisiko memunculkan klaster baru. Dan lebih kecil risiko PJJ karena lebih terjamin aspek kesehatannya.
Oleh karena itu, Zainuddin Maliki menyarankan agar Kemendikbud lebih serius menjadikan PJJ sebagai arus utama pembelajaran selama masa pandemi.
“Benahi PJJ dengan memfasilitasi guru untuk melakukan upskilling, terutama dalam menerapkan pedagogi digital,” ucapnya
“Latih guru menyusun rencana, proses, dan evaluasi pembelajaran berbasis digital. Sediakan platform, media, dan berbagai sumber pembelajaran interaktif yang mudah diakses. sehingga guru bisa mengemas PJJ secara efektif, menyenangkan dan tidak mengurangi mutu pembelajaran,” tambahnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengatakan, PTM bisa diterapkan sebagai pelengkap, misalnya ketika harus praktikum, memperdalam penguasaan materi di laboratorium dan ketika dirasakan siswa sudah rindu kelas dan gurunya, atau guru sudah rindu kelas dan siswanya.
Mendikbudristek Izinkan PTM
Saat ini Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbutristek) Nadiem Anwar Makarim mengizinkan PTM terbatas. Sebab, PJJ dalam jangka waktu yang lama dinilainya telah berdampak negatif pada anak didik.
Oleh karena itu dia mengizinkan PTM dengan menerapkan prokes yang ketat. Sekolah hanya boleh menerapkan rombel pembelajaran 50 persen supaya bisa dilakukan physical distancing. Jumlah jam pelajarannya dikurangi. Guru-gurunya pun harus sudah divaksin.
Menurut Zainuddn Maliki munculnya keinginan kembali menerapkan PTM itu—bahkan ada yang sampai mengatakan tatap muka harga mati—dipicu oleh kualitas pelaksanaan PJJ yang buruk.
“Mereka bukan tidak menyadari bahwa Covid-19 masih mengancam. Namun ancaman itu mereka abaikan karena tidak tahan lagi dengan PJJ anak-anaknya menjadi generasi rebahan,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni