PWMU.CO – Pendidikan Ramadhan dengan menjalani puasa menghasilkan tiga karakter yaitu jujur, sabar, empati. Demikian disampaikan Sekretaris Umum Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti dalam Kajian Senja Ramadhan Smamda Surabaya, Sabtu (8/5/2021).
Kajian dengan tema Aspek Pendidikan Bulan Ramadhan dipandu moderator Ustadz Alif Jatmiko, guru SMA Muhammadiyah 2 Surabaya diikuti oleh seluruh guru, karyawan, siswa dan wali murid.
Abdul Mu’ti mengatakan, Ramadhan itu seperti institusi agar manusia menjadi bertakwa. Karakter yang akan terbentuk jika seorang hamba melaksanakan puasa dengan benar sesuai petunjuk dan tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah ketakwaan.
”Ketakwaan erat kaitannya dengan tiga karakter mulia yaitu jujur menempati posisi pertama. Kenapa jujur? Karena puasa Ramadhan ini benar-benar Allah taala desain sedemikian rupa dengan fitur-fitur spesial yang mana manusia berbuat riya’ saja tidak bisa,” katanya.
Dia menerangkan, bisa dilihat bahwa ibadah selain puasa itu masih bisa terjangkit riya’ karena tampak, bisa dipamerkan ke orang lain. Contoh shalat yang punya gerakan dan harus ditunjukkan. Juga mengaji ada gerakan, ada media dan harus ditunjukkan. Namun berbeda dengan puasa.
”Allah ta’ala mengatakan dalam hadits qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman, semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untukKu dan Aku yang akan membalasnya,” ujar Abdul MU’ti menjelaskan.
Maka, sambung dia, ini menjadikan posisi puasa ini hanya dia saja dan Allah yang tahu. Manusia dilatih untuk melakukan kejujuran. ”Trust atau ash-shidqu sangat berpengaruh di dalam kehidupan, ucapan dan tindakan yang sesuai. Dinamakan dengan integritas, akan melahirkan amanah dan sifat menepati janji,” tandasnya.
Apabila ini dilakukan, ujar dia, maka akan menjadikan seseorang itu selamat. Dalam dunia pendidikan juga diajarkan tentang kejujuran. Ketika seseorang menulis artikel maka dia harus menuliskan kutipan bersama sumbernya jika itu memang bukan hasil karya tulis atau opininya.
Sabar, lanjut Abdul Mu’ti, menempati posisi kedua untuk output pendidikan Ramadhan. Seseorang yang berpuasa maka dia harus berusaha menahan emosinya. Tidak hanya menahan lapar, haus dan syahwatnya.
Dijelaskan, puasa itu separo dari kesabaran. Dengan bersabar maka manusia sedang belajar untuk berjuang menerima segala sesuatu demi kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan orang yang berpuasa adalah ketika dia berbuka dan nanti saat dia bertemu dengan Rabbnya. Jadi bersabar bukan kalah namun kita belajar untuk menyambut kemenangan yang besar, karena tidak semua hal bisa diraih dengan cepat.
Karakter ketiga empati. Menurut Abdul Mu’ti, puasa mengajarkan manusia untuk merasakan apa yang dialami oleh orang lain agar timbul rasa kepedulian dengan sesama manusia. (*)
Penulis Maurice Anantatoer Akbar Editor Sugeng Purwanto