Muhammadiyah Berhasil Menyatukan Agama dan Sains disampaikan oleh M Saad Ibrahim di acara puncak peringatan Milad Ke-12 Berlian School.
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA menjadi keynote speaker dalam milad SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) yang dihelat, Ahad (9/5/21).
Pada acara milad ke-12 yang digelar secara virtual via Zoom Cloud Meetings ini, Saad menyampaikan rasa bangganya kepada Berlian School atas pencapaiannya hingga saat ini.
“Saya merasakan denyut milad ini dengan sangat intens dan saya merasa bangga atas capaian-capaian Berlian School,” ujarnya.
Saad juga memaknai tema milad Berlian School, lebih dari Center of Excellence, tetapi menjadi Center of Making Excellencies. Dia kemudian menjelaskan maksud dari makna tema tersebut.
Menurutnya tema milad ke-12 Center of Excellence harus dibaca menjadi Center of Making Excellencies, yakni pusat penciptaan, puncak-puncak prestasi.
“Dengan memaknai center of excellence ini, dengan menambahkan kata making dan sekaligus juga membuat jamak kata excellence, maka maknanya tidak cukup dari hasil yang dicapai. Tapi kita akan tetap berproses untuk selalu berupaya menciptakan berbagai excellences ini,” paparnya.
Saad menyadari, untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan perjalanan yang panjang. Namun dia memberikan motivasi bahwa perjalanan tersebut akan menjadi salah satu bentuk kontribusi Muhammadiyah untuk bangsa.
“Ini tentu pekerjaan yang sangat panjang. Tetapi selalu pasti, bahwa akhir dari perjalanan pencapaian itu akan menjadi sumbangan oleh Muhammadiyah bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan,” ujarnya memotivasi para hadirin.
Tafsir Al-Insyiqaq 19
Dalam kesempatan tersebut, Saad menjelaskan kaitan surat al-Insyiqaq ayat 19, dengan perjalanan menuju suatu capaian.
“Garis mengenai gerak kita adalah latar kabunna thabaqan ‘an thabaq. Ini fa’il-nya untuk Nabi Muhammad. Artinya, Engkau Muhammad benar-benar akan berada di satu posisi tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),” paparnya.
Dalam konteks ini, yang menjadi fa’il adalah madrasah kita (Berlian School), sehingga madrasah kita ini kemudian kita beri tambahan latar kabunna thabaqan ‘an thabaq.
“Benar-benar sekolah ini akan mencapai tingkatan dari satu tahap ke tahap-tahap berikutnya. Dan capaian-capaian itu tidak saja diakui dalam konteks lokal, juga dalam konteks nasional dan internasional,” jelasnya.
Dia menyampakan latar kabunna thabaqan ‘an thabaq harus diterapkan dalam mindset setiap amal usaha Muhammadiyah.
“Kalau kemudian itu menjadi bagian penting mindset kita, menjadi bagian penting proyeksi untuk seluruh amal usaha Muhammadiyah, maka akhirnya sampai juga pada posisi itu (menjadi yang terbaik),” terangnya.
Agama dan Sains
Saad menjelaskan, dalam bahasa yang paling mudah, Muhammadiyah telah berhasil—bahkan memulai kiprahnya dengan upaya untuk—menyatukan kedua dimensi penting yaitu agama dan sains.
“Kiai Ahmad Dahlan, sekalipun belajar di Mekkah mengenai agama, tapi ketika kembali, beliau tidak hanya mengajarkan tentang agama, tapi juga melakukan hal-hal yang mencerminkan dimensi saintifik. Menempatkan arah kiblat dari mushala dan masjid itu mesti harus menggunakan ilmu falak atau astronomi,” ujar Saad.
Saad juga menyontohkan peran Ibnu Sina yang membawa peradaban tertinggi pada masanya di abad X.
“Ibnu Sina, tentu seorang yang alim, memahami al-Quran dan sunnah nabi. Tapi beliau juga ahli filsuf, ahli bidang kedokteran, ahli di bidang psikologi, dan memiliki keahlian lain dalam dirinya. Maka kemudian peradaban tertinggi dari itu bisa tercapai dan bertahan sampai 500 tahun, bahkan ada yang menyebut 800 tahun,” ungkap Saad.
Di antara elemen penting dalam konteks pengembangan sains adalah dimensi iman, dimensi teologis. Saad berpesan, bahwa capaian apapun yang ingin kita raih harus berbasis iman kepada Allah SWT. Begitu pun jika Berlian School ingin meraih capaian menjadi sekolah sehat yang terbaik.
Sehat Tak Sekadar Physically
Saad Ibrahm lalu menelakan konsep sehat dalam dimensi iman. “Apapun yang kita capai tentang excellence ini harus berbasis pada keimanan kita kepada Allah SWT. Kalau capaian-capaian ini tadi menjadi sekolah yang terbaik di dalam konteks sekolah sehat, maka sehat dalam pengertian yang ada dimensi teologisnya,” terang dia,
Sehat, sambungnya tidak hanya dalam konteks physically (secara fisik) tapi sehat dalam konteks psikis kita. Bahkan psikis kita itu akan menjadi ujung tombak sehatnya fisik kita. Sekalipun istilahnya sama, yaitu ‘sehat’ tapi jika diberi sentuhan-sentuhan teologis maka akan berbeda.
“Sehat dalam konteks yang kita maksud tidak hanya sehat dalam arti kita bisa bersekolah, tapi kita juga sehat dalam konteks kehidupan secara umum, dalam menjalani hidup selalu diberikan kesehatan,” katanya.
Saad mengatakan, kita perlu merenungkan nilai perjalanan Berlian School yang saat ini menginjak usia ke-12 tahun. Betapa pentingnya bagi kita untuk memahami center of excellence ini.
“Sekolah ini walaupun excellence dalam konteks kurikulum, bangunan, dan lain sebagainya, tapi penentuan akhir yang akan dilihat orang adalah dari segi produk,” terangnya.
Saad juga menjelaskan bahwa pendidikan yang terpenting itu adalah mengajarkan anak punya cita-cita tinggi. “Tarbiyatul iradah. Mengajarkan anak didik agar mempunyai kemauan hidup. Inilah tugas para guru untuk ke depan,” paparnya.
Saad berpesan agar latar kabunna thabaqan ‘an thabaq harus menjadi gerak kita. Termasuk guru dan sebagainya. Terus menerus belajar menjadi seperti itu.
“Ada excellences juga pada diri kita masing-masing, menjadi bagian dari gerak kita, kepala sekolah, guru dan sebagainya,” sambungnya.
Tak Boleh Cepat Puas
Kemudian berpikir soal hasil, Saad mengatakan kita memang dituntut untuk qanaah. Tapi hasil masa depan akan banyak bergantung pada proses yang kita lakukan.
“Maka untuk proses itu tidak boleh cepat puas, karena masih panjang, masih banyak yang harus dilakukan,” katanya.
Di akhir sambutan, Saad mengatakan agar kita selalu melangkah lebih baik dari pada hari kemarin.
“Lihat ke belakang, kalau yang dulu sudah sampai pada titik thabaqah yang ini, maka saat ini kita harus naik. Itu semua menjadi tanggung jawab kita semua, khususnya kepala sekolah dan wakilnya, harus terus menerus berpikir,” ujarnya. (*)
Penulis Mar’atus Sholichah Editor Mohammad Nurfatoni