PWMU.CO – Tabligh Akbar pada Musyawarah Ranting Muhammadiyah Kepatihan, Menganti, Gresik, Ahad (20/11) lalu, punya nuansa berbeda. Gara-garanya, penceramah yang diundang adalah KH Farid Anwar, seorang kyai gaul dari Surabaya.
Maka, pada acara yang diikuti oleh Warga Muhammadiyah, perangkat desa, dan warga sekitar itu penuh dengan gerr-gerran. Sebab, dalam ceamahnya, Kyai Farid selalu menyisipkan guyonan-guyonan segar. Bukan hanya itu, dia juga sering menyisipkan istilah-istilah yang lagi ngetrend di kalangan anak muda, seperti panggilan Bro. Padahal, usia Kyai Farid sudah tidak muda lagi, alias sudah sepuh.
(Baca: Ini Pengakuan Mubaligh Muhammadiyah yang Pernah Punya Istri Muda dan Ngaji bareng ‘Mukidi’, Jamaah Masjid pun Gerr-gerran)
Simaklah misalnya saat Kyai Farid menjelaskan soal indikator sehat. “Sehat itu berasal dari mana?” tanya dia pada jamaah. Maka dia pun menjawab sendiri. “Sehat itu dari sini (sambil menunjuk perut) atau dari sini (sambil menunjuk hati),” kata Kyai Farid.
Kyai Farid mengatakan, bahwa pada zaman dia masih kecil, tidak ada penyakit stroke. Tapi sekarang, tuturnya, anak remaja saja sudah terserang diabetes. Kyai Farid menjelaskan, karena salah satunya faktor makanan (perut). Sambil menunjuk hidangan berupa polo pendem seperti ketela dan singkong di depannya, Kyai Farid mengatakan bahwa makanan ini tidak enak tapi sehat.
(Baca: Menemukan Makna Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari dan Luar Biasa! Pensiun Dini dari Polri untuk Fokus Dakwah di Usia Produktif)
“Kalau dibandingkan dengan Pizza Hut atau Kentucky, iku laraan (itu sampah). Sedangkan singkong itu lebih sehat,” ujarnya. Kyai Farid melanjutkan, kalau soal kenyang sebenarnya sama saja. “Ketela ini bikin kenyang, tapi kalau makannya 2 kiloan,” selorohnya disambut gerr para hadirin.
Menyinggung sosok KH Ahmad Dahlan, Kyai Farid mengatakan bahwa pendiri Muhammadiyah itu sangat fokus dan serius dalam dakwah, sehingga umurnya tidak panjang (54 tahun).
“Kyai Ahmad Dahlan meninggal muda tapi meninggalkan amal yang banyak berupa rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dan lainnya. Hayo, siapa di sini yang mau umur pendek yo ayo aktif dalam dakwah,” candanya, yang lagi-lagi disambut gerr jamaah. Bahkan ada jamaah yang menyahut, “Kyai ini nakut-nakuti saja.” Kyai pun melanjutkan, “Kita ini pilih mana, umur pendek tapi amal melimpah atau umur panjang tapi amal sedikit? Maka dari itu ayo aktif berdakwah di Muhammadiyah.”
(Baca juga: Jadi Kader Muhammadiyah Ojo Gampang Mutungan dan Berada di Wilayah Penyangga Kota Surabaya, Muhammadiyah Menganti Punya Peran Strategis)
Di akhir ceramahnya Kyai Farid berpesan bahwa semua personil dalam sebuah organisasi itu sama pentingnya. Bahkan, kata dia, bagian yang paling penting dalam setiap kegiatan itu adalah seksi BOO alias bagian osong osong (bagian angkut-angkut). “Biasanya BOO itu yang bikin acara sukses tapi dia sering terlupakan. Oleh karena itu janganlah kita melupakan bagian yang kadang menurut kita tidak penting.”
Ketua Panitia Pelaksana Fachrudin sangat senang dengan ceramah Kyai Farid. Menurutnya, meski Kyainya sepuh, tapi semangatnya muda. Cara menjelaskanya pun simple dan mengena. “Alhamdulillah jamaah sangat antusias terhadap Tabligh Akbar ini,” cetusnya. (Taufiqurrahman)