Setelah Ramadhan Berakhir, Kita Mau Apa? Oleh Mohamad Su’ud, Sekretaris Majelis Tabligh
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Bulan Ramadhan telah meninggalkan orang-orang beriman. Orang-orang ‘biasa’ menganggap kebersamaan hanya ada di bulan ini, sehingga setelah ini hasil ‘trainning‘ Allah tidak berbekas. Hari raya adalah tanda penutupan semua amal shaleh, begitulah pemahaman sebagian besar kaum muslim yang awam.
Sementara itu, orang-orang yang merasahkan bekas ‘celupan’ Allah, akan merasakan kehilangan. Hamba-hamba ini masih merasakan kerinduan yang mendalam. Untuk menghadirkannya kembali maka mereka mempertahankan dan melanggengkan amalan-amalan yang sudah dilakukan di bulan suci itu. Hanya dengan inilah kestabilan iman bisa dijaga.
Lima Tips Melanggengkan Amalan Ramadhan
Maka dalam tulisan yang singkat ini, kami ingin berbagi tentang tips bagaimana melanggengkan amalan Ramadhan serta berusaha untuk istikamah melakukakannya.
Pertama, hadirkan niat yang kuat diserta perasaaan yang mendalam dalam jiwa. Allah mencintai hamba-Nya yang istikamah dan berpegang teguh pada addiin-Nya. Di saat yang lain sudah kembali kepada ‘habitat’ lamanya, Anda masih merasakan getaran Ramadhan dalam hati.
Perraaan ini, jadikan penguat dan pendorong untuk melanjutkan kebersamaan kepada Allah. Amalan yang bisa dijadikan penyambung di antaranya puasa Syawal.
Sabda Nabi Muhammad SAW: Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah memberitahukan kepada kami, Sa’ad bin Sa’id memberitahukan kepada kami dari Umar bin Tsabit, dari Abu Ayub, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan kemudian mengikutinya enam hari dari bulan syawal, maka sama seperti berpuasa selama satu tahun’.” (Hasan Shahih: Ibnu Majah).
Bahkan dalam hadits lain, riwayat Muslim dikatakan : “…bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa.”
Masih banyak hadits yang menceritakan keutamaan puasa Syawal. Mari kita jadikan sugesti janji Allah tersebut. Amalan enam hari sama seperti amalan puasa satu tahun. Subhaanallah! Hamba mana yang mampu menunaikan puasa 1 tahun? Mereka yang memendam perasaan cinta kepada Sang Robbi, pasti mengejarnya.
Kebanyakan manusia masih terlena dengan aneka rasa menu makanan, Anda meluangkan waktu untuk shaum enam hari, yang pelaksanaannya boleh berselang (tidak harus berurutan), di dalam bulan Syawal. Inilah babak awal dan tantangan yang tidak ringan. Kalau program lanjutan ini sukses dilalui, maka untuk selanjutnya akan mudah menjalankannya.
Afirmas Diri
Kedua, lakukan afirmasi diri. Tanamkan kalimat positif dalam diri secara berulang-ulang, sampai tertanam dalam alam bawah sadar Anda. Semisal perasaan bahwa semua hari adalah Ramadhan. Allah ‘tersenyum’ dan menyapa hamba-hamba-Nya yang sabar untuk ‘mendekat-Nya’.
Malaikat ikut mendoakan orang-orang shaleh yang setia meniti di jalan-Nya. Aku mampu. Aku bisa. Orang berpuasa tidak mungkin mati. Orang-orang hebat harus mampu melakukan langkah-langkah hebat. Saya ingin hebat bersama Allah, dan seterusnya.
Anda bisa menambahkan daftar kalimat afirmasi. Langkah ini hanyalah sebagai instrumen penguat diri untuk melakukan kebaikan. Bisa juga itu Anda ucapkan di waktu-waktu mustajabah, seperti seusai sholat, antara adzan dan iskamah, dan sebagainya.
Ketiga, bergabunglah bersama orang-orang yang melakukan puasa. Kalau Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah akan menciptakan alat dan cara untuk menuntun hamba-Nya. Anda bisa melakukan sharing dengan teman-teman Anda di media sosial atau teman pergaulan Anda.
Ajak mereka untuk bersama-sama menjalankan puasa. Pasti banyak sekali yang melakukan hal serupa seperti yang Anda kerjakan. Anda jangan merasa sendiri. Saling memberi spirit dan motivasi akan memperkokoh ibadah Anda.
Keempat, carilah buku-buku bacaan tentang keutamaan dan kisah orang-orang sholeh penegak puasa sunnah. Tidak sulit kita mencari sumber bacaan, bisa Anda peroleh di website atau bisa mengunjungi perpustakaan. Nutrisi jiwa perlu Anda perhatikan, agar perjalanan ini mencapai finish.
Istikamah dan Berdoa
Kelima, Istikamah dan berdoalah. Semua kebaikan dari Allah. Kemudahan dari Allah. Hanya kepada Allah kita memohon kekuatan dan kesabaran. Sandarkan diri yang lemah ini hanya kepada-Nya. Jangan pernah mengandalkan kekuatan fisik, mudah bagi-Nya untuk membuat fisik ini lemah dan lunglai.
Dalam hadits Hasan riwayat Attirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pada setiap sesuatu itu ada saat kesungguhannya dan setiap kesungguhan ada masa melemahnya. Jika pelakunya senantiasa bersikap istikammah dan mendekat, berharaplah dia bisa tetap (semangat). Sebaliknya jika ia hanya ingin ditunjuk dengan jari (berbuat karena riya’, pent.) maka janganlah orang itu kalian anggap (tidak termasuk orang yang baik, pent).”
Abu Isa berkata: hadits ini hasan shahih gharib dari jalur sanad ini, telah diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bahwa beliau bersabda: “Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan ditunjuk dengan jari (sekedar mencari perhatian) dalam masalah agama atau dunia kecuali orang yang di jaga oleh Allah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika dia berpegang teguh pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga’.” (hadits shahih, Muslim).
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk menjalani kebaikan-kebaikan, tanpa putus sampai datangnya kembali Ramadhan tahun depan.
Sebagai penutup goresan ini, mari kita berdoa kepada Allah memohon ketetapan hati : “Ya muqallibal qulub, tsabit qalbi ‘alaa diinik”. Insyaallah, bersama-Nya semua akan mudah dan indah.
Nasrunminallah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni