Sosok-Sosok Hebat Lulusan Sekolah Ramadhan, ditulis oleh M. Anwar Djaelani, peminat masalah sosial-keagamaan.
PWMU.CO – Alhamdulillah, pertama, sangat bersyukur bahwa Allah telah memberi kesempatan kita untuk menikmati pendidikan istimewa dari ‘sekolah’ Ramadhan. Kedua, dari sekolah Ramadhan di sepanjang sejarah, telah lahir banyak lulusan yang patut kita teladani.
Keteladanan dari para ‘lulusan’ sekolah Ramadhan itu tersebar di banyak aspek. Di antaranya, bisa dalam hal kesabaran, sikap mendahulukan kepentingan sesama, sigap membelanjakan harta di jalan Allah, dan istiqomah menjaga amanah. Juga, dalam hal sebagai pribadi yang selalu siap membela agama, berani menegakkan kebenaran, aktif bernahi munkar, dan lain-lain.
Pribadi Sabar
Sekolah Ramadhan telah melahirkan manusia-manusia yang sabar. Di antara mereka, ada yang bernama ‘Ammar bin Yasir, seorang tokoh penghuni surga.
Kesabaran Ammar bin Yasir—bersama kedua ayah dan ibunya (yaitu Yasir dan Sumayyah)—dalam menjalani hidup dan kehidupan sangat pantas menjadi teladan bagi sebuah negeri yang sebagian warganya berperilaku tak sabar dalam menggapai kebahagiaan. Lebih dari itu, keteladanan mereka, sangat diperlukan di saat kita menghadapi pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga entah kapan.
Mendahulukan Sesama
Lulusan sekolah Ramadhan itu antara lain bernama Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Di perang Yarmuk ketiganya terluka parah. Saat mereka butuh minum, hanya tersedia segelas air. Mereka saling mengalah, bermaksud lebih mendahulukan temannya. Akibatnya, tak satupun dari ketiganya yang sempat minum karena ajal telah menjemput mereka.
Keteladanan ketiganya dalam berkorban dengan bermaksud lebih mendahulukan orang lain, sekali lagi, sungguh bisa menginspirasi warga dari sebuah negeri yang meskipun tidak dalam posisi pandemi sudah banyak warganya yang kekurangan.
Teladanilah ketiganya! Agar lebih bersemangat, selalu ingat-ingatlah bahwa hendaknya kita rajin berinfak baik ketika lapang maupun sempit. Perhatikanlah ayat ini:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali-Imran 133-134).
Membelanjakan Harta di Jalan Allah
Sekolah Ramadhan telah meluluskan sosok-sosok bernama seperti Abu Bakar. Beliau, ketika Nabi Muhammad SAW mengumpulkan dana fi sabilillah, telah menginfakkan semua harta benda yang dimilikinya. Sementara, Umar bin Khaththab menginfakkan separuh hartanya.
Lulusan sekolah Ramadhan ada yang bernama Usman bin Affan. Beliau menemui Nabi Muhammad untuk menyerahkan uang 1.000 dinar. Hal itu dilakukan saat Usman bin Affan mempersiapkan pasukan perang dan ketika itu di tengah-tengah masa paceklik.
Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Usman bin Affan telah memperagakan secara mempesona bagaimana seharusnya mengamalkan ayat ini: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Ali-Imran 92).
Keteladanan Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Usman bin Affan, insyaallah bisa menginspirasi terutama bagi kalangan yang berpunya di sebuah negeri yang tengah berada di masa sulit akibat pandemi Covid-19.
Seperti ketiga sahabat Nabi SAW itu, belanjakanlah harta kita fi sabilillah. Sungguh, di sekitar kita sangat banyak yang harus kita bantu. Mereka, seperti keluarga yang berkurang penghasilannya dan bahkan tak ada sama sekali pemasukannya karena pemutusan hubungan kerja (PHK), misalnya. Begitu juga, para murid yang psikisnya bisa terpengaruh secara negatif akibat berubahnya model pembelajaran.
Menjaga Amanah
Sekolah Ramadhan telah meluluskan pemimpin teladan, antara lain, seperti Umar bin Abdul Aziz. Kerja keras beliau dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin telah menjadikan warga negerinya sangat sejahtera, sedemikian rupa terjadi kesulitan saat akan membagikan zakat lantaran tak ada yang berstatus sebagai mustahiq.
Umar bin Abdul Aziz sangat patut dijadikan teladan. Benar, sebagai contoh dalam hal tanggung-jawab seorang pemimpin dalam menyejahterakan warganya. Beliau adalah teladan, terutama bagi sebuah negeri yang kaya tapi puluhan juta warganya masih tergolong miskin.
Membela Agama
Ramadhan telah menghasilkan banyak lulusan berkarakter mujahid pembela agama Allah. Mereka antara lain bernama Khalid ibnul Walid, lelaki yang ‘selalu waspada dan tidak membiarkan orang lengah dan alpa’. Ada juga ‘Amr bin ‘Ash, sang pembebas Mesir dari cengkeraman Romawi.
Keduanya, sungguh perlu dijadikan teladan dalam hal keberanian ber-amar makruf nahi mungkar. Teladan, terutama bagi sebuah negeri yang sebagian warganya masih mengikuti berbagai aliran sesat dan tak punya keberanian melawan yang munkar.
Ada pula lulusan Ramadhan bernama Shalahuddin Al-Ayyubi. Dulu, beliau secara cemerlang memimpin pasukan Islam dan dapat memenangkan Perang Salib. Keteladanan Shalahuddin Al-Ayyubi pasti akan terus menginspirasi pasukan Islam di manapun termasuk dan terutama ketika di hari-hari akhir Ramadhan 2021 zionis Israel kembali berusaha merusak Masjid al-Aqsha dan menzalimi warga Palestina.
Menegakkan Kebenaran
Ramadhan telah melahirkan alumnus berkategori intelektual penjaga kebenaran, yang menjadi penerang bagi sekitarnya. Mereka antara lain bernama Mu’adz bin Jabal, ‘cendekiawan yang paling tahu mana yang halal dan mana yang haram’.
Ada pula Abu Hurairah, yang ‘otaknya menjadi gudang perbendaharaan pada masa wahyu’. Keduanya, perlu dijadikan sumber inspirasi, terutama bagi sebuah negeri yang sebagian warganya mabuk kepayang dengan apa yang disebut dengan liberalisme pemikiran Islam. Hal yang disebut terakhir ini telah dengan berani mengasongkan berbagai ajaran munkar seperti pluralisme agama dan lain-lain yang serupa dengan itu.
Kedua Sahabat Nabi SAW itu, karena keilmuannya, bisa menjadi inspirasi antara lain dalam hal menempatkan secara tepat makna radikal. Cermatilah, mestinya siapapun akan merasa bangga jika disebut radikal. Terkait ini, sila cermati makna radikal seperti yang dipikirkan oleh Hatta (1902-1980).
Bagi Bung Hatta—proklamator kemerdekaan Republik Indonesia bersama Soekarno—setidaknya ada empat indikator seseorang itu radikal. Keempat hal itu: beriman teguh, berakhlak mulia, sesuai antara kata dengan perbuatan, dan bekerja teratur dengan semangat yang kuat. Jadi, radikal itu sangat baik. Bersikap radikal itu penting dan perlu.
Aktif Bernahi Munkar
Lulusan Ramadhan antara lain bernama Abu Dzar Al-Ghifari, ‘tokoh gerakan hidup sederhana’. Ada juga yang bernama ‘Ubadah bin Shamit, ‘tokoh yang gigih menentang penyelewengan’.
Keduanya, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, sangat patut menjadi teladan bagi warga di sebuah negeri yang tingkat korupsinya sangat memalukan. Kisah hidup keduanya, memang inspiratif.
Ramadhankan Terus
Mari, di sepanjang tahun, “Ramadhan”-kan terus keseharian kita. Maksudnya, bawalah semua nilai-nilai kebaikan yang telah dididikkan secara baik oleh Sekolah Ramadhan. Aktualisasikan-lah nilai-nilai kebaikan itu di keseharian kita.
Semoga dengan cara itu, secara bersamaan kita telah menghidup-hidupkan ayat ini: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (al-Baqarah 197). Subhanallah, Allahu-Akbar! (*)
Sosok-Sosok Hebat Lulusan Sekolah Ramadhan; Editor Mohammad Nurfatoni