PWMU.CO – Kondisi Terkini Palestina, Laporan dari Gaza berlangsung pada acara Ngaso Spesial Palestina, bertema Palestina, Menagih Kepedulian Kita, Kamis (20/5/21) sore.
Pada forum itu, Laznas Dewan Dakwah juga terhubung dengan relawan Palestina. Syaikh Ahmed dan seorang dokter yang aktif di rumah sakit Gaza dr Abdul Barok menyiarkan langsung kondisi terkini dari Gaza.
Saat itu, di sana masih jam 11 siang. Perwakilan Laznas Dewan Dakwah M Said menerjemahkan ucapan mereka dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Gambaran Kondisi Terkini
Ahmed menyatakan, sejak musibah 10 hari yang lalu, para syuhada semakin hari semakin bertambah. Saat ini mencapai 230 syuhada. “Banyak yang mengalami luka-luka,” ujar Said menerjemahkan.
Selain itu, dia memaparkan lembaga-lembaga pendidikan rusak. Akibatnya, ribuan murid juga tidak bisa belajar. Banyak pula rumah-rumah hancur akibat agresi militer Zionis Yahudi. Juga banyak fasilitas umum lainnya yang hancur, sehingga kegiatan di sana berhenti.
Dokter Abdul menjelaskan kondisi di rumah sakit saat ini. Gaza meliputi banyak daratan, laut, dan perbukitan lainnya yang saat ini terisolasi. Kemudian banyak pembatasan-pembatasan sehingga kegiatan tidak bisa optimal.
Apalagi, dengan adanya agresi ini, banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyarakat di sana. Yaitu solar, bahan bakar, listrik, makanan, dan lain sebagainya.
Palestina Mohon Kepedulian
Dokter Abdul memohon saudara-saudara di Indonesia—baik secara instansi, pribadi, atau lainnya—agar senantiasa peduli dengan saudara di Gaza, Palestina. Dia menegaskan, saat ini mereka sangat mengalami keterbatasan dan butuh perhatian semuanya.
“Banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi,” ujar Said, menerjemahkan pernyataan dr Abdul.
Kemudian, Ahmed bersyukur dengan kepedulian Laznas Dewan Dakwah maupun lembaga dan masyarakat Indonesia lainnya. Dia mengucap terima kasih dan terus mengimbau untuk memperhatikan suadara di Palestina.
Dia kembali menggambarkan situasi di sana. “Banyak rumah hancur, sehingga banyak keluarga yang tinggal di pengungsian-pengungsian. Mereka tidak punya tempat tinggal yang tenang dan nyaman,” ujarnya.
Dokter Abdul juga mengucap terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang ‘tangannya selalu di atas’, memberi perhatian kepada saudara-saudara di Palestina. “Mudah-mudahan itu jadi nilai kebaikan untuk kita semua,” tutupnya dengan doa.
Indonesia Ikut Berduka
Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) 2020-2025 Dr H Adian Husaini MSi menanggapi. “Meski dalam pandemi, kita berduka, prihatin, sedih, marah atas kejadian yang setiap saat kita update perkembangan di Gaza,” ujarnya.
Sudah 11 hari ini, lanjutnya, serangan terjadi terus-menerus. Dalam semalam ada ratusan serangan udara. Bisa dibayangkan negeri yang penduduknya dua juta, sangat padat, tapi setiap malam ada ratusan rudal.
“Bukan hanya ribuan yang meninggal, syahid, dan terluka; tapi secara psikologis mereka diuji Allah dengan ujian tidak ringan,” ucapnya.
Di sisi lain, Adian bersyukur dari puluhan tahun mereka hidup dalam cengkraman serangan Zionis, mereka sudah tawakkal dengan nasib mereka. Mereka begitu punya ketabahan mental, tidak menyerah. “Tidak mudah berjuang seperti itu,” komentarnya.
Bahkan, menurut Adian, mereka juga menghadapi saudaranya sendiri yang mungkin sudah jadi agen Zionis. Dia menyatakan, fenomena munafik ini sudah dan selalu berlangsung sejak zaman Rasulullah SAW di Madinah.
“Sudah menghadapi tantangan berat dari kaum munafik,” ungkapnya.
Selama ratusan tahun, Indonesia lebih berat hadapi ‘saudara-saudaranya’ sendiri daripada hadapi penjajah. Seperti Panglima Soedirman yang ketahuan penjajah karena ada ‘saudaranya’ sendiri yang menunjukkan.
Israel Wujud Ayat-ayat Allah
Adian mengatakan, sebenarnya kita sedang menyaksikan langsung kebenaran ayat-ayat Allah dalam al-Quran. Begitu banyak ayat tentang Yahudi, baik sifat, sejarah, keculasan, dan pengkhianatannya.
Kasus Palestina ini, menurutnya, sederhana. Andai Israel menerima, menyadari sejarahnya, maka tidak akan ribut seperti sekarang. “Sebetulnya sekarang yang paling merugi adalah Israel (bangsa Yahudi)!” ungkapnya.
Dia mengutip pernyataan Prof Ismail Faruki, “Jangankan di Palestina, andai negara Israel atau Yahudi ini dibuat di bulan sekalipun, itu harus kita tolak.”
Karena, kata Adian, negara Israel itu negara rasis.
Yahudi, Parasit Serakah
Adian lalu mengurai sejarah Yahudi yang jelas serakah. Dia mengutip potongan awal surat al-Baqarah ayat 96,
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ
Adian mengartikan, “Kamu akan jumpai mereka, merupakan manusia-manusia yang paling tamak terhadap dunia.”
Ayat Allah inilah, menurut Adian, yang menunjukkan langsung bagaimana Yahudi.
Selain itu, bangsa Yahudi disebut sebagai bangsa yang tertawan. Penduduknya sekarang hanya sekitar 13 juta, jumlahnya sedikit, hampir sama dengan penduduk Palestina. “Dalam sejarah, mereka menempel seperti parasit,” ungkapnya.
Saat umat Islam berjaya di Andalusia, 711-492 M, Yahudi menempel di sana. Bahkan, dalam bukunya, Adian menceritakan ada bangsa Yahudi yang mengaku mendapat perlakuan baik dari kaum Muslimin di Andalusia.
Adian lalu mengutip pernyataan seorang penulis Inggris, “Zaman kejayaan Muslim di Spanyol juga masa kejayaan Yahudi.”
Kristen Pernah Menindas Yahudi
Adian lantas mengajak membayangkan, selama ratusan tahun bangsa Eropa, karena doktrin Kristen, menindas kaum Yahudi. Literatur-literatur yang menyerang Yahudi baru disingkirkan di Vatikan. Kemudian baru setelah itu Gereja Katolik mengakui bangsa Yahudi sebagai bangsa yang dikasihi Tuhan.
Sebelumnya, mereka mengaku bangsa Yahudi sebagai bangsa yang Tuhan murkai, karena mereka yang paling bertanggung jawab terhadap penyaliban Yesus. Di Perang Salib, panglimanya bersemboyan, “Darah Kristus harus dibalas dengan darah Yahudi sampai kapanpun.”
Beberapa raja di Eropa sampai mengeluarkan dekrit daerah bebas Yahudi. “Kemana orang Yahudi ratusan tahun ketika dibantai Eropa?” tanya Adian retoris, lalu mengungkap, “Mereka dilindungi di negeri Muslim!”
Dia memaparkan penelitian menarik abad ke-13, yaitu saat eropa dilanda penyakit yang lebih dahsyat dari Covid-19 sekarang. Sepertiga penduduknya mati. Bangsa Eropa saat itu menuduh kaum Yahudi yang meracuni mereka. Akibatnya, banyak orang Yahudi ditangkap dan dibakar hidup-hidup.
Saat itu, wabah itu juga meliputi sebagian wilayah penduduk Muslim di Afrika Utara. Sang penulis Inggris itu kemudian membandingkan sikap Muslim yang terdampak penyakit seperti PES. Menariknya, tidak ada seorang Muslim pun yang membantai Yahudi.
Maka, berdasarkan hasil telaah buku sejarahnya, Adian mengungkap Yahudi kecewa dengan Muslim hanya saat Rasulullah SAW mengusirnya dari Madinah. Mereka anggap itu tidak adil, sehingga terus menyalahkan Rasulullah SAW. Mereka tidak mau mengakui pengkhianatan yang mereka lakukan.
Adian mengatakan, “Saat Andalusia jatuh ke tangan Kristen tahun 1492, apa yang terjadi antara Muslim dan Yahudi?”
Ada tiga pilihan. Pertama, Yahudi dan Muslim harus keluar dari agama mereka, harus dibaptis. Kedua, jika tidak mau maka harus keluar dari Spanyol dan meninggalkan harta mereka di sana. Ketiga, mati.
Akhirnya, jutaan Muslim dan Yahudi saat itu terpaksa masuk Kristen. Muslim yang berganti agama itu tidak boleh menggunakan nama Arab, berbahasa Arab, menguburkan jenazah secara Islami, mengkhitan anak, dan menyimpan al-Quran.
“Seluruh identitas Keislaman tidak boleh, begitu juga Yahudi,” ungkapnya.
Yahudi Lupa Sejarah
Lalu, Adian mempertanyakan, ke mana Yahudi mencari perlindungan saat itu? Ke Turki Ustmani. Sampai 400 tahun lebih mereka berlindung di sana. “Kami di Turki Ustmani seperti di rumah kami sendiri, tidak seperti di pengungsian,” ujarnya menirukan Yahudi.
Sultan-sultan Turki Utsmani memberi keleluasaan kepada Yahudi. Yahudi di beri jabatan tinggi, pengadilan sendiri, di mana di masa akhir boleh punya anggota parlemen. “Baik banget orang Islam,” ujarnya.
Ratusan ribu orang Yahudi ilegal sekarang menyerobot tanah orang Palestina. “Itu lucu banget, mereka mengatakan, ‘Ini tanah kami, ini hak kami, nenek moyang kami dulu—sebelum bangsa Palestina di sini—lebih dulu tinggal di sini’,” komentarnya.
Inilah keanehan menurutnya. Adian yakin, mereka tahu itu tidak benar. Dunia, PBB, pun tahu itu tidak benar. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni