PWMU.CO – Kiai Sederhana Ustadz Abid, Wafat saat Bersiap Jadi Khatib Jumat. Kabar duka menyelimuti warga Muhammadiyah Kebomas dan Sidayu Gresik. Ustadz Muhammah Abid Rodli wafat pada hari Jumat (21/5/2021) pukul 11.00 di Desa Srowo, Sidayu, Gresik. Dia adalah sesepuh ulama Muhammadiyah Sidayu.
Ustadz Abid, sapaannya, merupakan salah satu pengasuh kajian rutin setiap hari Jumat malam di Masjid At-Taqwa Giri, Kebomas, Gresik. Dia juga khatib Jumat dan penceramah kajian Ramadhan. Sudah 15 tahun dia mengisi di Masjid At-Taqwa Giri.
Ustadz Abid adalah seorang ulama yang zuhud dalam kesehariannya. Dia selalu berpenamilan sederhana. Juga ramah terhadap siapa pun.
Dalam penyampaian dakwahnya Ustadz Abid sering menggunakan bahasa Jawa yang mudah dipahami. Setiap menyampaikan dakwah, dia selalu membawa kitab-kitab rujukan, sehingga penyampaiannya selalu runtun dan bersambung, tidak loncat-loncat sehingga memudahkan jamaah memahaminya.
Pengabdian Panjang
Perjalanan pengabdian Ustadz Abid di dunia pendidikan sangat luar biasa. Pernah tercatat mengajar di Madrasa Aliyah Muhammadiyah Sidayu, dia juga pengasuh di Ma’had Al-Furqan Al-Islami, Mudir Pondok Muhammadiyah Al-Hikmah Sidayu, pengisi rubrik media dakwah Studio Arrayan Ma’had Al Furqan. Puluhan masjid menjadi tempat pembinaannya dalam memahamkan agama Islam, termasuk masjid At-Taqwa Giri.
Setiap hari, selain mengabdi di dunia pendidikan, dia tak lupa juga nlateni mata pencahariannya. Dia berjualan songkong dan minyak wangi di Pasar Pahing Sidayu dan pasar-pasar weton lainnya.
Meskipun menjadi seorang ulama yang dikenal, dia tak pernah menampakkan simbol keulamaaanya dalam berjualan. Ustadz Abdi suka berpakaian sederhana dan selalu tersenyum kepada setiap pembeli dagangannya.
Testimoni Kebaikannya
Ustadz Abid merupakan sosok ulama yang santun dan disenangi oleh banyak jamaahnya. “Ustadz Abid sejauh yang saya kenal, beliau orang yang alim, lurus, dan orang baik,” kesan Kemas S. Rizal, salah satu alumnus Pondok Al-Hikmah Sidayu.
Pernah suatu ketika dalam satu mobil saat penulis bersama jamaah mengantar dia pulang dari mengisi kajian di Masjid At- Giri, sepanjang perjalanan selalu gayeng dalam percakapan yang menyejukkan.
Tak ada tersirat batas antara kami dan jamaah dengan dia dalam komunikasi, bahkan juga nimbrung dalam candaan yang menyejukkan.
Bahkan sempat saya goda dengan pertanyaan, “Ustadz Abid, biasanya kiiai kan beristri banyak. Minongko Panjenengan mboten wayuh male ta? (barangkali Bapak bekenan menikah lagi),” tanya saya.
Dia pun menjawab dengan ringan dan santai. “Kita hidup tu nyari ketenangan,” jawabnya sambil tersenyum.
Jawaban sederhana yang membuat seluruh jamaah di dalam mobil terdiam seribu bahasa. Jawaban yang ringan akan tetapi mampu menguatkan kita akan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Sepanjang pengetahuan saya, dia adalah sosok guru yang sabar. Hal itu juga diakui Nur Furratul Muarrof salah satu muridnya di MA Muhammadiyah Sidayu. “Sepanjang perjumpaan, tidak pernah nampak marah kepada murid, selalu sabar mengajarkan ilmu agama,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Ustadz Abid sangat luar bisa bagi santri-santrinya. “Beliau orangtua kita di ma’had, bahkan guru-guru saya adalah murid-murid beliau,” kata Fidak alumnus Ma’had Al-Furqan Al-Islami.
Bersiap Jadi Khatib sebelum Wafat
Secuil kisah sebelum Ustadz Abid meninggal dunia disampaikan Ustadz Rifaq bin Aunur Rofiq—putra Ustadz Aunur Rofiq Mudir Ma’had Al-Furqon Al-Islami. Begini kisahnya:
“Hari Jumat, Ustadz Abid mengimami shalat Subuh berjamaah di Mushala Sabilillah dekat pondok. Menjadi imam rawatib di mushala tersebut, dia membaca surat as-Sajadah sampai selesai untuk dua rakaat.
Dia berusaha menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang sering ditinggalkan oleh generasi zaman now ini, salah satunya membaca surat as-Sajadah dan al-Insan pada shalat Subuh hari Jumat. Namun karena faktor umur dia hanya membaca surat as-Sajadah di bagi dua untuk dua rakaat
Singkat cerita, beliau terjadwal menjadi khutbah Jum’at di salah satu masjid di daerah Bungah, Gresik. Seperti biasa dia mulai bersiap-siap sejak pukul 10. Mandi, pakai sarung, memakai wewangian yang dia sukai, dan lain lain.
Kemudian dia biasanya beristirahat sejenak sebelum berangkat. Rencananya dia berangkat diantar oleh menantu pertama yaitu Ustadz Hasan dikarenakan akhir-akhir ini dia sering lemes dan kurang fit.
Kemudian waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, Ustadz Hasan dihubungi oleh istri Ustadz Abid untuk menjemput. Setibanya di rumah, Ustadz Hasan mencoba membangunkan karena keluarga yang lain tidak tega untuk membangunkan ustadz Abid.
Ustadz Hasan mencoba membangunkannya. Biasanya Ustadz Abid ketika disentuh sedikit saja langsung bangun, tapi kali ini dipanggil-panggil dan digoyang-goyang namun tidak ada respon sama sekali.
Qaddarullah wa masyafa’ala, akhirnya Ustadz Abid dinyatakan wafat pada pukul 11 di hari Jumat. Semoga dia termasuk orang-orang yang terdapat dalam hadits Nabi:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ، أَوْ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jumat akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur. (HR Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat oleh Syaikh al-Albâni dalam Ahkâmul Janâiz, halaman 35).”
Selamat jalan Ustadz Abid. Sungguh kami iri mendengar Ustadz Abid meninggal dunia menjelang tugas khatib shalat Jumat. Insyaallah surga tempatmu. Kami yakin engkau khusnul khatimah insyaallah.
Semoga semua ilmu yang telah engkau ajarkan menjadi bermanfaat dan ilmu jariah yang tak pernah putus-putus, amin. (*)
Penulis Dimas Hasbi Assiddiqi Editor Mohammad Nurfatoni