PWMU.CO – Abdul Mu’ti Tawarkan Dua Refreshing, Dua Open, dan Spirit Al-Insyirah. Hal itu dia sampaikan dalam acara Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Daerah Lamongan, Sabtu (22/05/2021)
Dalam kegiatan bertema “Dengan Memperkuat Takwa, Kita Bangun Ketangguhan Mental sebagai Solusi Berbagai Persoalan Keumatan dan Kebangsaan” ini Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’thi MEd membawakannya secara virtual.
Dua Refreshing
Dia menyampaikan dua refreshing. Pertama, refreshing spiritual. Yakni memperbaiki dan menyegarkan keimanan serta ketakwaan. Abdul Mu’ti menjelaskan, takwa ini adalah sebuah kata kerja yang wajib dilakukan untuk menjadi manusia yang senantiasa memelihara diri dari godaan dan dorongan yang dapat merusak diri.
“Jangan sampai setelah Ramadhan ini kita merasa bersih dan mengalami penurunan. Tetapi seharusnya kita harus mengalami peningkatan iman dan takwa sebagai makna asal dari Syawal yakni peningkatan,” terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatulah Jakarta ini.
Kedua refreshing sosial, yang dalam hal ini bermakna memperbaiki sikap sosial. Oleh karenanya, Abdul Mu’ti mengajak agar silaturahmi (virtual) ini menjadi momentum untuk merajut kembali persaudaraan.
Open Minded dan Open Heart
Selain me-refresh spirirtual dan sosial, Abdul Mu’ti juga menawarkan sikap open minded (berpikiran terbuka)—sebuah sikap yang sangat dibutuhkan pada zaman milenial ini.
Abdul Mu’ti menjelaskan, open minded artinya mau belajar, mau mendengar, dan menjadi orang yang lebih baik. Open minded ini bisa diimplementasikan seperti mengetahui informasi berita yang ada dan menelisik kebenarannya. Juga tidak asal memberikan informasi tanpa ber-tabayyun atau diselami kembali berita atau informasi tersebut.
“Kita jangan menjadi orang yang menjadi penyebab timbul malapetaka dan memberikan bahaya bagi orang lain dikarenakan informasi atau berita yang tidak valid kebenarannya,” pesannya.
Abdul Mu’thi menambahkan, selain menjadi orang yang open minded kita juga harus menjadi orang yang open heart. Yakni orang yang hatinya lapang.
Filosofi Al-Insyirah
Dia lalu mengutip Surat al-Insyirah yang menjelaskan bahwa segala sesuatu memang dapat menyesakkan hati. Namun di dalam itu diberikan nikmat berupa hati yang lapang.
Kesulitan-kesulitan yang dialami Nabi Muhammad pun bukan sebagai beban karena sebagai anak yatim melainkan sebagai seorang yang tangguh dalam menghadapi segala kesulitan dan beban beban besar.
Dia menerangkan, dalam surat al-Insyirah disebutkan makna al-usr atau kesulitan yang mana mengandung isim makrifat yang memiliki makna definitif (ada batasnya). Sedangkan yusra (kemudahan) sebagai isim nakirah memiliki makna indefinitif (tidak memiliki batasan).
“Kesimpulannya bahwa segala kesulitan itu akan hilang dan menjadi kemudahan apabila kita bertaqwa kepada Allah,” jelasnya.
Penulis Putri Rizqiyatus Salsabillah Editor Mohammad Nurfatoni