PWMU.CO – Aman Jami’in (51), guru SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Paciran Lamongan yang dikenal energik dan aktivis wafat, Sabtu (21/5/2021).
Ia wafat di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya karena sakit myasthenia gravis yang cukup lama dideritanya. Penyakit myasthenia gravis yaitu melemahnya otot tubuh akibat gangguan pada saraf dan otot.
Pada awalnya, penderita myasthenia gravis akan terasa cepat lelah setelah melakukan aktivitas fisik, tetapi keluhan akan membaik setelah beristirahat.
Aman Jami’in dikenal sebagai aktivis. Ia pernah menjabat sekretaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sendangagung. Kemudian menjadi perintis dan ketua Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di IKIP PGRI Tuban (sekarang Universitas Ronggolawe).
Kemudian aktif di Pemuda Muhammadiyah Sendangagung sebagai sekretaris. Di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sendangagung ia menjabat sebagai anggota bidang sosial.
Ia juga dipercaya sebagai ketua Panitia Pembangunan Mushalla Al Adzkar Muhammadiyah Sendangagung.
Jadi TU
Aman Jami’in lahir pada tanggal 12 Maret 1970 ini adalah anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan Ta’ip dan Ruswam. Ia menyelesaikan pendidikan di MI Muhammadiyah 13 Sendangagung lulus 1984. Lalu meneruskan ke SMPM 12 Sendangagung lulus 1987. Melanjutkan ke SMA Negeri Paciran lulus 1990. Kuliah di IKIP PGRI Tuban lulus 1996. Sedangkan Pasca Sarjana di Universitas Gresik lulus 2007.
Dari pernikahannya dengan Faqihatin, gadis dari Weru Paciran, dikaruniai dua putra yaitu M Javier Quril Bahri dan Rakha Bagaskara. Putra pertama saat ini kuliah di Universitas Airlangga Surabaya.
Aman Jami’in mengawali pengabdian di Perguruan Muhammadiyah Sendangagung sebagai Tata Usaha di SMPM 12 di desanya pada tahun 1993. Kemudian setelah lulus kuliah ia menjadi guru di almameternya.
Dia guru matematika yang saat itu masih langka di Paciran. Aman Jami’in mengajar di beberapa sekolah antara lain di MA Al Ishlah Sendangagung , MTs dan MA Muhammadiyah Karangasem Paciran, MTsM 17 Kranji, MAM 10 Palirangan, MAM 6 Payaman, dan SMPN 2 Paciran.
Di samping sebagai guru ia juga menjadi dosen di Pendidikan Guru PAUD Universitas Muhammadiyah Jember Kampus STAIM Paciran. Juga dosen Unisla Lamongan, dan Universitas Gresik (Ungres).
Berbekal pengalaman sebagai guru, dosen dan tutor di berbagai bimbingan belajar, ia mendirikan bimbingan belajar Aman Jami’in Learning Center (AJLC)
Mudah Lelah
M Mukhtar MPd ,mantan Kepala SMPM 12 Sendangagung merasa sangat kehilangan dengan wafatnya koleganya ini.
Ia menjelaskan, pada awalnya Aman Jami’in merasa cepat lelah setelah melakukan aktivitas fisik. Tetapi keluhannya membaik setelah ia beristirahat yang cukup.
”Pak Aman merupakan guru yang aktif dan kreatif. Tak kenal lelah dalam kegiatan ekstrakurikuler khususnya membina drumband. Ia juga aktif dalam membimbing olimpiade MIPA,” jelas alumni Pesantren Karang Asem Paciran ini.
Dra Hj Muthmainah, pengasuh Pesantren Al Ishlah Sendangagung juga kehilangan dengan sosok Aman Jami’in yang sangat aktif membimbing para siswanya menuju perguruan tinggi.
Pak Aman bersama timnya sewaktu menjadi wakil kepala urusan kurikulum MA Al Ishlah Sendangagung dikenal banyak mengantarkan lulusannya ke jenjang perguruan tinggi. Mereka diterima di berbagai PTN jalur prestasi dan beasiswa.
Ia bersama timnya mampu membawa MA Al Ishlah menjadi sekolah peringkat 10 besar di Jawa Timur yang alumninya diterima di PTN
”Beliau orang yang sangat gigih memperjuangkan apa yang ingin dicapainya. Ia sangat disiplin, mempunyai komitmen tinggi dan dekat dengan siswa,” ujar wakil kepala MA Al Ishlah ini.
Antarkan Siswa Tes
Menurut Gondo Waluyo MA, sahabatnya mengajar, Pak Aman Jami’in sewaktu menjadi wakil kepala bidang kurikulum MA Al Ishlah Sendangagung bersama timnya mengantarkan murid-muridnya yang ikut testmasuk perguruan tinggi.
”Dia sangat gigih, pekerja keras dan ada kepuasan tersendiri bila anak binaanya diterima di PTN. Sepertinya tidak pernah capek. Aktivitasnya keluar masuk PTN untuk membangun jaringan,” jelas lulusan kedua MA Pondok Pesantren Al Ishlah ini.
Azizah Nur Laily Rahmawati, alumni SMPM 12 dan MA Pondok Pesantren Al Islah Sendangagung menilai Pak Aman Jami’in guru yang humble. Dekat dengan siswa. ”Mengawal siswa kelas akhir yang akan meneruskan ke perguruan tinggi. Ia juga mengarahkan dan mencarikan peluang beasiswa,” jelas mahasiswa Universitas Negeri Malang penulis buku Samudera Al Ishlah ini.
Jenazah Aman Jami’in dishalatkan di Masjid an-Nur Muhammadiyah Sendangagung. Ratusan aktivis dan mantan murid-muridnya ikut menshalati dan mengantarkan ke kuburan umum di desanya Sendangagung, Paciran.
Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya, menerima amal baiknya dan memberi tempat terbaik di sisiNya. Mudah-mudahan Allah memberi kesabaran dan keikhlasan pada keluarganya.
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Sugeng Purwanto