PWMU.CO – Shalat gerhana bulan berlangsung di Masjid At Taubah Demak Barat I Surabaya, Rabu (26/5/2021). Jamaah memenuhi masjid dengan menerapkan protokol kesehatan.
Shalat gerhana bulan dilaksanakan usai shalat Magrib sekitar pukul 18.00 dengan imam Ustadz Nyoto Abdullah dan khotib Ustadz Sholeh A Zuhri.
Sebelum shalat dimulai Ustadz Nyoto Abdullah menjelaskan tata cara shalat gerhana. Dilakukan dua rakaat dan tiap rakaat terdiri dua kali rukuk. Ruku kedua juga membaca surat al-Fatihah.
Dalam ceramahnya Ustadz Sholeh menceritakan dua hikmah ketika gerhana bulan. Meluruskan keyakinan yang salah dan menguatkan akidah yang benar.
Sholeh menceritakan, pada suatu saat Rasulullah berduka. Anak lelakinya bernama Ibrahim meninggal. Sebelumnya anak lelakinya bernama Qasim juga dipanggil Allah lebih dulu. ”Orangtua mendambakan anak lelaki agar bisa meneruskan generasi selanjutnya,” katanya.
Sholeh melanjutkan, anak laki-laki Qasim meninggal dulu, Ibrahim menyusul. Sebagai manusia Rasulullah juga berduka. Siapapun orang tua, mereka pasti berduka ketika anaknya meninggal.
Suasana berduka Rasulullah itu menjadikan cuaca yang terang menjadi redup karena terjadi gerhana matahari. Kemudian sahabat saling bertanya, jangan-jangan alam ikut berduka, begitu ucapan para sahabat yang ada.
Ucapan ini terdengar Rasulullah. Lantas Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Gerhana matahari dan bulan tidak akan terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana matahari atau gerhana bulan maka bersegeralah mengingat Allah, bertakbir, dan bersedekah.” (HR Al-Bukhari nomor hadist 994 dan 997; dan diriwayatkan juga oleh Imam Muslim nomor hadits 914).
Dua Hikmah
Hadist ini menjelaskan bahwa matahari dan bulan adalah dua dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah. Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda kekuasaan Allah. Yang dengan keduanya menjadikan rasa takut. Bukan sebab kematian seseorang dan hidup seseorang. Tidak ada kaitannya dengan hidup dan matinya seseorang.
”Maka apa yang diperintahkan, shalatlah dan berdoalah, banyak bersedekah,” tegas Sholeh. ”Jangan sampai kita masih memiliki keyakinan salah dalam hidup ini. Bahwa karena ini, keyakinan ini dan itu yang salah kita luruskan. Ini hikmah yang pertama, meluruskan yang salah kepada akidah yang benar.”
Sholeh melanjutkan, hikmah kedua, peristiwa gerhana bulan atau matahari menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah. Bulan dan matahari adalah salah satu tanda kekuasaan Allah.
”Saat gerhana bulan sekarang ini, kita diberi kesempatan hidup lalu shalat. Sebetulnya kita merasa takut, begitu besar kekuasaan Allah, takut dengan murka, siksa, azab Allah,” tuturnya.
Dia mengatakan, segala perbuatan yang menjurus siksa, kita hindari. Jangan kita melakukan salah, dosa, maksiat. Sudah salah masih ketawa, bangga dengan dosa, hendaknya kita menjauhi perbuatan yang menjurus kepada siksa Allah.
”Akhir-akhir ini ada musibah demi musibah datang. Kita introspeksi diri. Apa yang kita lakukan bertentangan dengan Allah. Kita introspeksi diri, mudah-mudahan menyadarkan kita. Allah Maha Kuasa dan Maha Besar, tatkala manusia melampaui batas, apapun bisa dilakukannya,” tandasnya.
Perlu kita introspeksi dan bersyukur, sambung dia, kita yang masih hidup agar terus istiqomah di jalanNya. Mudah-mudahan dengan dua hikmah ini, kita lebih dekat dengan Allah.
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Sugeng Purwanto