PWMU.CO – Target 40 Juta Dosis Vaksin per Bulan, Pemerintah Berharap Peran Muhammmadiyah. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Sub Direktorat Imunisasi, Direktoran Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen P2P Kemkes Dr Asik Surya MPPM.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Sosialisasi Terbaru Vaksin AstraZeneca. Kegiatan ini digelar secara virtual oleh Muhammmadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jumat (28/5/2021).
Menurut Asik Surya saat ini Covid-19 di Indonesia mencapai 1.791.221 per tanggal 27 Mei 2021. Ini tampaknya semakin terus bergerak, biasanya ketika ada liburan, hari raya dan sebagainya.
“Barangkali bisa dilihat setelah empat sampai enam pekan akan terbaca sejauh mana penularan-penularan itu. Saat ini kita juga menyiapkan segala sesuatunya. Saya pikir ini merupakan keutamaan bagaimana vaksinasi bisa kita lakukan,” ujarnya.
Sinergi 3T dan 3M
Pemerintah, lanjutnya, selama ini melakukan 3T (tracing, testing , treatment) dan masyarakat melakukan 3M ((memakai masker, menjaga jarak, dan menucci tangan dengan sabun). Keduanya harus sinergis. Tidak bisa tidak. Kalau tidak sinergis kalau 3M yang bocor maka 3T yang dilakukan pemerintah bisa rusak. Kita bisa memahami kejadian di banyak negara seperti di India, Italia, dan lain sebagainya.
“Tentu saja ini merupakan sebuah keharmonisan ketika ada vaksin. Tetapi tentu saja vaksin ini jangan dianggap sebagai suatu pengganti dari penanggulangan maupun strategi yang selama ini telah kita lakukan,” ungkapnya.
Pemerintah, sambungnya, menyiapkan 3T dan akan high cost jika kita lalai dengan 3M. Jika lalai dengan 3M maka 3T akan jebol. Bukan hanya biaya tetapi resiko juga banyak, seperti lansia dan para penyandang kormobit. Maka ini akan banyak menyebabkan kematian.
“Sinergi 3M dan 3 dilengkapi dengan vaksinasi. Jadi kita memberikan bagaimana bisa mengebalkan mereka tanpa mereka sakit tetapi mereka sudah memiliki kekebalan. Ini harus dilakukan secara sinergis,” jelasnya.
Kekebalan Kelompok
Manfaat vaksinasi dan imunisasi, ujarnya, sangat tinggi sekali. Setidak-tidaknya secara individu kita menyiapkan mendapatkan kekebalan Apabila jumlahnya sangat banyak mayoritas setidak-tidaknya 70 persen maka harapannya akan menimbulkan kekebalan kelompok.
“Ketika terjadi kekebalan kelompok dengan 70 persen itu maka masyarakat bisa mampu menghalau atau menanggulangi terjadinya infeksi yang lebih menyebar secara cepat di masyarakat,” terangnya.
“Kita berharap Indonesia dengan target 181, 5 juta adalah sebuah cara untuk mencapai 70 persen dari herd immunity itu,” tambahnya.
Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin baru maka perlu penelitian lebih jauh. Yaitu korelasi maupun proteksi lintas kelompok maupun antar lintas umur. Bisa juga antar lintas antigen.
“Selama ini WHO sudah melakukan beberapa studi bahwa Return on Investment dari vaksinasi dan imunisasi ini sangat tinggi. Bahkan dibandingkan dengan public infrastruktur, education dan lainnya,” paparnya.
“Ini tidak berarti bahwa ketika kita memperlihatkan vaksinasi dengan return on Investment 16 kali terus kita tidak membangun yang lain. Ini hanya membandingkan kalau kita melakukan investasi di bidang vaksin maka ada return on investment sampai 16 kali,” imbuhnya.
Indonesia Target 40 Juta Dosis Vaksin
Saat ini negara-negara di dunia juga berlomba-lomba untuk vaksinasi. Namun Indonesia masih mengalami berbagai hambatan terkait vaksinasi. Saat ini harapannya dengan diplomasi vaksin yang sudah dilakukan cukup masif Insyaallah mudah-mudahan bulan-bulan ke depan akan cukup banyak.
“Bisa 30 juta sampai 40 juta per bulan. Ini yang menurut saya memang harus, tidak bisa tidak, teman-teman dari Muhammadiyah dan sebagainya juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan bahkan harus bisa memberikan peranan ke depan,” harapnya.
Laju vaksin, ungkapnya, di beberapa negara tentu saja berbeda-beda. Di India sudah cukup tinggi sekali dengan 4,17 juta per hari (daily average), Amerika 3,11 juta per hari dan Turki 273 ribu per hari.
“Tentu saja harapannya Indonesia setidaknya kalau memungkinkan 1 juta perhari. Selama ini paling tinggi sekitar 500 ribu. Ini memang perlu kita tingkatkan,” tegasnya.
Rekomendasi Vaksin
Menurutnya masyarakat sudah memahami bahwa vaksin harus aman, efektif, dan halal. Pemilihan vaksin Covid-19 berdasarkan rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
“Rekomendasinya tentang keamanan vaksin atau tidak ada efek samping. Efikasi idealnya 70 persen dan minimal 50 persen. Lama perlindungan panjang setidaknya 1 tahun. Stabilitas penyimpanan pada suhu 2-8°C,” rincinya.
“Dan yang terpenting dari vaksin itu adalah persetujuan penggunaan dari BPOM-mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA),” tambahnya.
Vaksin AstraZeneca Aman
Indonesia termasuk salah satu dari 92 negara yang eligibilitas mendapatkan dukungan vaksin Covid-19 dari Covax Facility sebesar 20 persen dari total populasi penduduk. Pada kuartal pertama (Q1) 2021 dukungan sebesar 11,7 juta dosis pada 8 Maret 2021.
“Vaksin ini telah mendapat WHO Emergency Use Listing (EUL), jadi aman dan efektif. Interval dosis 1 ke dosis 2 adalah 12 minggu atau sekitar 3 bulan. Perlu manajemen untuk mengingatkan vaksinasi kembali setelah 3 bulan terutama kepada lansia,” urainya.
“Efektivitas vaksin sampai 77, 2 persen setelah pemberian 2 dosis. BPOM telah memberikan dan menyampaikan persetujuan EUA pada 22 Pebruari 2021,” tambahnya.
Dia menambahkan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyatakan sampai saat ini memang belum ditemukan kejadian KIPI yang berat yang disebabkan oleh vaksinasi. Terutama dalam pelaksanaan vaksinasi bagi lansia.
“Tentu saja kita tidak perlu untuk terlalu gegabah dan terlalu menjadi takut karena kalau kita lihat walaupun ada KIPI itu angkanya juga rendah yaitu 4,2 per 1 juta vaksinasi. Jadi ini cukup aman dan kejadian ringan seperti gatal-gatal ringan, tetapi tidak ada KIPI yang berat di keseluruhan vaksinasi,” pesannya.
“Selain oleh BPOM, keamanan vaksin AstraZeneca juga telah dibahas oleh European Medicines Agency (EUA) dan menyampaikan tidak ada permasalahan terkait kualitas vaksin Covid-19 AstraZeneca secara menyeluruh atau pun dengan bets tertentu,” sambungnya.
Manfaat Vaksin Lebih Besar Dibanding Risiko
Saat ini, lanjutnya, angka kejadian Covid-19 global termasuk di Indonesia masih tinggi. Sehingga walaupun pada pemberian vaksinasi mungkin dapat menimbulkan KIPI namun risiko kematian akibat Covid-19 jauh lebih tinggi. Dan manfaat vaksin AstraZeneca ini lebih besar daripada risikonya.
“Dalam informasi produk vaksin Covid-19 AstraZeneca telah dicantumkan peringatan kehati-hatian penggunaannya pada orang dengan trombositopenia dan gangguan pembekuan darah. Vaksin AstraZeneca yang diterima di Indonesia melalui Covax Facility diproduksi di Korea Selatan dengan jaminan mutu sesuai standar persyaratan global untuk Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),” paparnya.
BPOM RI, sambungnya, telah memberikan penjelasan pada 16 Mei 2021 tentang pemutakhiran informasi keamanan vaksin Astra Zeneca yang sempat ditunda penggunaannya.
“Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak ada keterkaitan antara mutu vaksin AstraZeneca nomor bets CTMAV547 dengan KIPI yang dilaporkan. Untuk itu vaksin Astra Zeneca dengan nomor bets tersebut dapat digunakan kembali,” jelasnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.