PWMU.CO- Sejumlah orang dengan berseragam batik nampak berjalan melalui terop yang tidak begitu luas di sisi kanan-kiri pintu masuk VVIP Stadion Gelora Bangkalan. Sesekali mereka sambil melihat pajangan barang-barang yang tertata sedemikian rupa. Sebagian lagi berhenti dan terlihat memilah-milah barang.
Mereka pun terlihat berdesakan, karena tidak ada sekat dan penutup pada dua terop stand bazar berukuran lebar hanya lima meter. Stan tersebut tidak lain diisi oleh gabungan beberapa Pimpianan Daerah Aisiyah (PDA) se-Jawa Timur yang turut meramaikan Milad Muhammadiyah ke-104 Masehi, di Bangkalan, Ahad kemarin (27/11).
Setiap stand pun tampak sibuk menyajikan barang-barang dan menawarkan pada pengunjung. Barang yang di stand mereka tentunya adalah khas yang dibawa dari daerah masing-masing. Lihat saja yang ada di stand PCA Brondong, Kabupaten Lamongan. Stand tersebut menyediakan makanan kemasan khas olahan dari ikan laut (seafood).
”Produk olahan ikan ini dalam bentuk pentol, nuget, dan paling banyak krupuk. Semua kaya kandungan seafood. Selain produk makanan kering dan ringan, kami juga membawa buah golden melon khas dari Desa Sendangharjo, Brondong,” kata Zuhrotul Titik Khotimah, ketua Majelis Ekonomi PCA Brondong kemarin.
Menariknya, produk kemasan makanan ringan dari olahan ikan laut ini banyak diproduksi secara mandiri oleh warga dan jamaah Aisiyah yang bermukim di pesisir utara lamongn ini. Sementara, buah golden melon juga dihasilkan dari budidaya warga yang ada di ranting di desa Sendangharjo kecamatan Brondong.
”Beberapa warga ranting dari sejumlah desa nantinya kami ajak budidaya buah ini. Tidak tergantung musim, setiap tiga bulan sekali bisa panen dengan harga jual minimal Rp 10 per kilogramnya. Jika buah unggul kualitasnya, bisa lebih mahal dan bisa dilasarkan hingga Jakarta,” tambah Mualis, Sekretaria II PCA Brondong.
Selama beberapa jam bazar, stand milik PCA Brondong ini mampu menjual 60 persen barang yang dibawa dengan pendapatan Rp 3 juta lebih.
Lain halnya, stand milik ibu-ibu Aisiyah dari Kabupaten Malang. Stand ini banyak menjajakan pernak-pernik kerajinan tangan, sebagian besar diantaranya berlabel Muhammadiyah. Ada batik khas Muhammadiyah dan kaos produksi Toko Muhammadiyah Yogyakarta. Ada juga berbagai suvenir kerajinan seperi gantungan kunci, kipas, bantalan jok mobil dan songkok.
Bu Yuliani dari PCA Dau mengungkapkan, kerajinan payung berlogo Muhammadiyah dan kopyah paling laris dibeli pengunjung dengan kisaran harga Rp 50-75 ribu. Hingga stand ditutup setidaknya lima puluh persen lebih barang laku dengan omzet setengah hari sebesar Rp 9 juta lebih.
”Seneng, bisa berpartisipasi meramaikan Milad Muhammadiyah dan sekaligus dapat untung. Letih selama mempersiapkan bazar terbayar mas,” katanya.
Akan tetapi, Yuliani tetap menyayangkan pemberitahuan mendadak kalau ada bazar. Menurutnya, stand terlalu sederhana dan sedemikian rupa membuat barang tidak bisa ditatat display dengan baik. Akses pengunjung stand juga terlalu kecil.
”Kami tidak bisa kreasi display dengan stand yang los tanpa sekat begini. Beruntung tidak ada hujan angin selama bazar,” ketusnya. (amin/aan)