PWMU.CO – UMM 10 Besar PTN-PTS Penerima Hibah PKKM 2021, Raih Rp 8,1 M. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendapatkan pendanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM). Demikian keterangan Prof Dr Ir Sujono MKes—Ketua Tim Taskforce PKKM UMM.
Dia menjelaskan, UMM berhasil memperoleh pendanaan lebih dari Rp 8,1 miliar. Raihan tersebut menempatkan UMM di posisi pertama perguruan tinggi swasta (PTS) penerima dana PKKM. “Kami juga berada di posisi pertama di antara 28 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang memperoleh dana hibah ini,” terangnya. Rabu (9/6/21).
UMM juga menempati posisi kesepuluh PTN-PTS penerima bantuan pemerintah PKKM tahun 2021 bersama kampus-kampus ternama. Yaitu Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Brawiajaya, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Jember, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Malang dan Universitas Tadulako.
Sujono menerangkan—yang digolongkan di Liga I—mampu berkompetisi dengan PTN dan PTS dengan meloloskan empat prodinya yakni Prodi Teknik Mesin, Teknologi Pangan, Peternakan dan Akuakultur. Sebelum diajukan, keempat prodi itu juga sudah melalui penilaian dari universitas sehingga meningkatkan persentase lolos di tahap PKKM.
“Sebenarnya ada lima prodi dan Institutional Support System yang sudah kami ajukan, namun hanya ada empat yang lolos dan didanai,” terangnya.
Sujono melanjutkan, program ini memiliki tujuan yang terangkum dalam delapan indikator kinerja utama (IKU). Yakni kesiapan kerja lulusan, mahasiswa dan dosen di luar kampus, kualifikasi dan penerapan riset dosen. Adapula hal-hal yang terkait dengan kemitraan, pembelajaran dalam kelas, dan akreditasi internasional.
Dosen yang juga menjabat sebagai Koordinator Asisten Rektor UMM itu berharap raihan ini bisa meningkatkan capaian akademik serta kualitas lulusan dosen dan pembelajaran yang ada di UMM. Di samping itu, ia ingin agar hal ini bisa dikembangkan di prodi lain sebagai bentuk dukungan akan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digalakkan oleh pemerintah.
Tekankan Tiga Hal
Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin MSi menerangkan delapan IKU yang tercantum pada dasarnya menekankan pada tiga hal. Ketiganya adalah peningkatan kualitas lulusan, dosen dan pengajar, dan prodi.
“Tujuannya adalah melahirkan lulusan yang dapat memperoleh pekerjaan dalam masa tunggu yang relatif tidak lama. Selain itu juga mendorong lulusan untuk mampu melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Tentu hal itu bisa digapai melalui dosen yang berkualitas dan dibarengi dengan akreditasi yang bagus,” ujarnya.
Syamsul bersyukur UMM bisa mendapatkan dana hibah ini, mengingat ada ribuan perguruan tinggi yang juga berusaha meraihnya. Ia mengapresiasi kinerja dari tim taskforce di tingkat universitas dan prodi yang sudah bekerja siang malam demi melancarkan proses program PKKM.
Melihat dana hibah yang banyak, ia menegaskan UMM akan selalu trasnparan dan bertanggung jawab dalam menggelontorkan dana hibah terkait.
Dia ingin hasil ini dapat menjadi momentum bagi UMM untuk melaksanakan aktivitas yang berfokus pada capaian kedelapan poin IKU. Tidak hanya bagi empat prodi yang lolos saja, tapi juga bisa ditularkan ke prodi-prodi lainnya di UMM.
“IKU PKKM ini menjadi salah satu data yang ada di sistem Pndai Dikti. Data tersebut nantinya akan menjadi acuan pemerintah dalam menetapkan peringkat perguruan tinggi. Semoga kita bisa menjalankan dan menggunakan dana ini dengan baik” harapnya.
Sudah Lama Terapkan Kampus Merdeka
Rektor UMM Dr Fauzan MPd menuturkan sebenarnya UMM sudah mendesain konsep kampus merdeka sejak lama, yakni pada tahun 2000an. Sejumlah unit bisnis yang telah dimiliki UMM menjadi laboratorium terapan bagi mahasiswa.
“Kami juga memiliki banyak kerja sama, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebut saja jalinan dengan Erasmus Mundus Plus dari konsorsium Uni Eropa yang melibatkan mahasiswa, karyawan, dan dosen,” jelasnya.
Selain itu, program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMM yang kini diubah menjadi Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) juga meyediakan berbagai skema. Tidak hanya terbatas pada skema top down, tapi juga menggunakan skema yang disesuaikan dengan passion mahasiswa.
“Berbagai kebijakan equivalensi seperti ini sudah kita lakukan sejak lama. Maka, secara substansial UMM relatif siap karena budaya yang telah dibangun memang selaras dengan konsep kampus merdeka,” tegas Fauzan.
Ia menjelaskan aktivitas tersebut akan terus didorong sampai UMM menjadi centre of excellence berbasis program studi. Hal itu merupakan salah satu jawaban akan kampus merdeka.
“Semoga kita bisa menjalankan program ini dengan lebih masif, baik di tingkat universitas, nasional maupun internasional,” harap Fauzan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni