Orang yang Terhalang dari Kenikmatan Telaga Nabi, ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Orang yang Terhalang dari Kenikmatan Telaga Nabi ini berangkat dari hadits riwayat Bukhari Muslim, sebagai beriku:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ : إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي .رواه البخاري ومسلم.
Dari Sahl bin Sa’d berkata: Rasulullah bersabda: ”Aku menunggu kalian di telaga. Siapa yang menuju kepadaku akan minum, dan siapa yang minum niscaya tidak akan haus selamanya. Sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku dan aku mengenalnya dan mereka juga mengenaliku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi.
Akupun mengatakan, ’Mereka umatku.’ Kemudian disampaikan kepadaku, ‘Kamu tidak tahu, perbuatan ahdats (yang baru) apa yang mereka lakukan setelahmu.’ Lalu aku berkomentar, ‘Celaka! Celaka! Orang yang mengubah agama sepeninggalku.”
Rasulullah Menunggu Umatnya di Telaga
Al-haudl artinya telaga. Rasulullah menunggu umatnya di telaga yang sudah dibentangkan oleh Allah Subhanahu wa Taala. Pada kondisi demikian Rasulullah membuktikan cintanya kepada umatnya.
Begitu perhatian beliau mulai saat sewaktu kehidupannya di dunia sampai masa sulitpun Rasulullah selalu perhatian kepada umatnya. Termasuk pada yaumul mahsyar itu, Rasulullah begitu sangat peduli dengan umatnya.
Pemimpin mana yang bisa bertindak yang demikian ini. Hanya beliau baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasalama yang memiliki sikap empati yang begitu besar kepada umatnya. Patutlah kita juga mencintai beliau dengan banyak-banyak membaca shalawat dan salam serta mengikuti langkah-langkah beliau dalam kehidupan ini.
Dalam hadits di atas Rasulullah banyak mengenali umatnya dan umatnya pun mengenali beliau. Dalam kaitan dengan ini beberapa hadits menjelaskan tentang bagaimana perawakan beliau yang agung. Sehingga saking agungnya pribadi beliau, tidak pantas bagi seseorang untuk menggambar atau melukis beliau. Karena bisa dipastikan tidak akan sanggup sesuai dan sepadan dengan pribadi beliau yang agung itu. Sedangkan Rasulullah mengenali umatnya di antaranya dari bekas sapuan air wudlu yang saatnya nanti menjadi bercahaya.
Orang yang Terhalau Menuju Telaga Nabi
Berbondong-bondong umat ini menuju telaga Rasulullah untuk dapat meminumnya. Tetapi ada sekelompok umat yang justru dihalau untuk tidak boleh mendekat ke telaga itu. Rasulullah begitu mencintai umatnya sampai beliau berujar: “Umatku! Itu umatku!”.
Dikatakan kepada beliau; “Engkau tidak tahu apa yang diada-adakan oleh mereka sesudahmu.”
Rasulullahpun berujar: “Celaka! Celaka! Orang yang mengubah-ubah sesudahku.”
Demikian Rasulullah tidak bisa berbuat apa-apa, ketika ada sekelompok umatnya yang dihalau oleh para malaikat penjaga telaga Rasulullah tersebut. Hal ini menjadi perhatian kita semua untuk senantiasa ittiba’ atau mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiada alasan bagi kita untuk mengubah apa yang sudah ditentukan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Karena akan berakibat dihalaunya dari menuju telaga Rasulullah. Maka betapa tersiksanya orang yang demikian, karena pasti mereka akan terus merasa kehausan dalam masa penantiannya yang panjang itu.
Makna Ahdats
Ahdatsu dalam hadits di atas dipertegas dalam hadits yang lain yaitu:
عَنْ عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. متفق عليه
Dari Aisyah Radliyallahu anha, bahwa Rasulullah bersabda: “Barang siapa mengerjakan amalan yang tiada contoh dariku (ahdats, membuat yang baru) dalam urusan kami ini maka ia tertolak.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan dalam hal ini terjadi perbedaan tentang makna ahdats ini. Di antaranya semua yang baru yang tidak ada pada masa Nabi dan para sahabat maka itulah ahdats. Akan tetapi ada juga yang berpendapat jika itu masih memiliki rujukan dengan dalil baik naqli maupun aqli maka hal tersebut tidak termasuk ahdats.
Perbedaan demikian tidak perlu menimbulkan perpecahan pada umat, karena yang penting masing-masing akan mempertanggungjawabkannya. Sehingga biarlah umat ini berdiri di atas keyakinan masing-masing tanpa harus dibenturkan antara satu dengan lainnya.
Sebagai sikap kehati-hatian tentu dengan apa yang sudah sharih atau telah jelas dari Rasulullah dan para sahabat itulah yang kita dapat amalkan dengan sungguh-sungguh dan tentu hal demikian telah mencukupinya.
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (al-Hasyr 7)
Allah amat keras hukumannya bagi mereka-mereka yang tidak berkomitmen dengan benar terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam. Sehingga masing-masing kita wajib berhati-hati agar tidak terjebak pada aktifitas yang termasuk ghayyara ba’di atau mengubah setelahku, sebagaimana teks dalam hadits di atas.
Hari Penantian
Yaumul Mahsyar adalah masa penantian pertama yang waktunya sangat panjang. Dan hampir semua orang akan mengalami kepanikan yang luar biasa. Tiada lagi sandaran pada waktu itu kecuali kadar amalnya masing-masing.
Keadilan akan ditegakkan dengan seadil-adilnya. Kejujuran akan ditegakkan dengan sejujur-jujurnya. Tiada yang dapat bersembunyi dengan mengedepankan amalannya yang seolah-olah sudah baik.
Padahal ternyata semuanya adalah hanya karena ingin dilihat bahwa dirinya adalah termasuk orang yang hebat, orang yang sukses, orang yang bahagia dan atau dapat membahagiakan bagi lainnya.
Masa Yaumul Akhir merupakan masa yang begitu peliknya. Lebih pelik dari sebesar apapun kesulitan duniawi. Maka duniawi ini hampir tidak bermakna sama sekali ketika dihadapkan pada kepelikan pada Yaumul Akhir. Sungguh kepentingan dunia sangat tidak bermakna jika hanya sebatas berlomba dalam kebanggan semu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Artikel Orang yang Terhalang dari Kenikmatan Telaga Nabi ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 36 Tahun XXV, 11 Juni 2021/1 Dzulqaidah 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.