PWMU.CO – Ada 11 Elite Strategis Indonesia, Umat Islam Lemah di Titik Ini. Dr H Anwar Abbas MM MAg mengimbau umat Islam mengisi titik lemah tersebut. Mengingat, dia setuju pada prediksi Indonesia akan tampil memimpin dunia pada 2040-2050 nanti.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu membahasnya pada Webinar Pra-Musyawarah Cabang (Muscab) I PCIM Maroko, Rabu (9/6/21). Webinar yang digelar melalui Zoom Cloud Meeting itu mengangkat tema “Islam Berkemajuan dan Peran PCIM dalam Internasionalisasi Muhammadiyah”.
Isi Sebelas Elite Strategis
Pada pertemuan malam itu, Anwar Abbas ingat pertanyaan almarhum Dawam Rahardjo kepada Din Syamsuddin ketika masih menjabat Ketua Umum Pimpnan Pusat Pemuda Muhammadiyah. “Din, Anda akan bawa ke mana Pemuda Muhammadiyah ini?” tanya Dawam.
Kata Anwar, Din Syamsuddin hanya diam saat itu. Dawam pun menjawab sendiri, ada 9 elite strategis yang perlu Din isi. Yaitu ulama, politisi, cendekiawan, pengusaha, birokrat, profesional, pendidik, budayawan, dan pekerja sosial.
Tapi setelah Anwar pelajari, semestinya juga perlu mengisi tentara dan polisi. Kemudian, setelah ia renungkan lagi, para penegak hukum juga termasuk, seperti jaksa dan hakim. “Jadi ada 11 elit strategis yang harus kita isi!” ujarnya menyimpulkan.
Pria 66 tahun kelahiran Sumatera Barat itu akhirnya mengimbau agar para peserta webinar bisa unjuk diri di masing-masing elite strategis tersebut.
Pengusaha Muslim Gagal Tempati Puncak Dunia Bisnis
Dia menekankan, umat Islam—dari sebelas elite strategis itu—sangat dominan semuanya, kecuali satu: pengusaha. “Di puncak dunia bisnis di tanah air itu kita gagal dalam menempatkan orang-orang kita,” komentarnya.
Sebagai bukti empiris, Anwar menyebutkan, dari sepuluh orang terkaya, hanya seorang saja yang beragama Islam. Padahal Muslim di Indonesia berjumlah sekitar 90 persen. Belum lagi, di deretan 50 orang terkaya, jumlah Muslim hanya enam orang.
Anwar juga mengungkap, di majalah Forbes terakhir, Muslim yang awalnya di peringkat lma, melorot ke peringkat sembilan. Anwar berharap, bukti-bukti tersebut bisa menjadi perhatian.
Pemilik Kapital Kuasai Ekonomi dan Politik
Di Indonesia, menurut Anwar, pemilik kapital selain menguasai ekonomi—karena berbisnis—juga menguasai politik. Karena politik di Indonesia berubah setelah reformasi, menjadi pemilihan langsung, maka porsi demokrasi di Indonesia sangat besar.
“Sementara partai di negeri ini tidak ada yang punya perusahaan di taraf multinasional. Jangankan multinasional, perusahaan nasional saja mereka tidak punya,” lanjutnya. Sehingga, sambungnya, untuk membiayai partainya—supaya mereka bisa menang dalam pemilu dan pilkada—mereka terpaksa mencari uang.
“Yang punya uang itu bukan dari kalangan umat. Terpaksa mereka bertransaksi dengan saudara kita yang satu bangsa (tapi) tidak seiman dengan kita,” ungkap ahli Ekonomi Islam itu.
Anwar kemudian menegaskan pernyataan Mahfud MD terkait pelaksanaan pilkada pada bulan Desember 2020. Saat itu Mahfud MD mengatakan, 92 persen orang-orang yang maju di pilkada kemarin dibiayai oleh pemilik kapital.
Lahir Rezim Zalim
Maka, Anwar mempertanyakan, apa implikasi politik dan ekonominya? Dia menjawabnya dengan mengutip pernyataan ekonom Milton Friedman, “Jika power (kekuatan) ekonomi dan politik berada di tangan satu kelompok orang, maka dia melahirkan rezim yang tirani, rezim yang zalim.”
Berdasarkan pengamatannya, fakta itu secara nyata sudah terjadi di Indonesia. Bahkan tidak hanya di Indonesia, di negara-negara lain juga demikian terjadi. Menurutnya, kezaliman itu sangat sulit diberantas, karena dengan kekuatan uang mereka bisa membayar siapa pun. “Itulah yang saat ini sangat kita rasakan di tanah air,” ujarnya.
Dalam fakta empirisnya, pemimpin, terutama para legislator, memang dipilih oleh rakyat dan dari rakyat. Tapi menurutnya, setelah duduk di DPR, tidak lagi bekerja bersama rakyat.
“Dia bekerja bersama para pemilik kapital dan untuk kepentingan pemilik kapital,” ungkap Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 itu.
Anwar mencontohkan saat di Indonesia sedang membuat Undang-Undang Omnibus Law. Masyarakat demonstrasi tapi tidak ada yang mendengar. Sebab, yang didengar menurutnya adalah pemilik kapital.
Indonesia Akan Tampil Memimpin Dunia
Dalam kunjungannya di Iran pada tahun 2008, dan diterima orang kedua—sosok setelah Ayatollah Ali Khamenei—di sana, Anwar ingat sosok itu mengatakan, “Umat Islam akan kembali memimpin dunia.”
Tetapi, sosok itu meluruskan, umat Islam yang akan kembali memimpin dunia itu bukan umat Islam dari Timur Tengah, melainkan umat Islam dari Indonesia. Pernyataan ini membuat Anwar terkejut.
“Semula saya agak bisa menerima, tapi akhirnya kesimpulan beliau itu menurut saya salah!” ujarnya.
Menurutnya, semestinya bukan umat Islam kembali memimpin dunia, tapi Indonesia akan tampil memimpin dunia. Sebagaimana PricewaterhouseCoopers—kantor jasa profesional terbesar di dunia saat ini—juga membuat kesimpulan seperti itu.
“Indonesia tahun 2040-2050 akan menjadi empat besar dunia; setelah Cina, Amerika, dan India,” ujarnya jika dilihat dari perspektif domestik brutonya.
Pertanyaan baru muncul dari Anwar. “Jika Indonesia menjadi salah satu negara adikuasa di dunia, siapa yang jadi penentu di negeri kita, Indonesia?”
Berdasarkan teori ilmuwan politik Jeffrey Winters, yang menjadi penentu adalah orang yang menguasai ekonomi, yang menguasai kapital. “Siapa yang memiliki kapital? Bukan umat Islam, tapi kawan-kawan yang tidak seagama dengan kita!” ucapnya.
Kemudian, Anwar optimis hal ini bisa diusahakan oleh umat Islam. Dia mengibaratkan dengan jam tangan yang ketika ditarik bisa putus. Ketika jam tangan itu putus, maka jam tangannya jatuh, dan hancur berantakan.
“Saya melihat umat Islam seperti itu, umat Islam bisa porak-poranda menurut saya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Anwar, supaya tidak porak-poranda, maka perlu menutup titik lemahnya. Kembali pada ibarat jam tangannya, “Dia tidak akan terputus di bagian terkuat, tapi dia akan terputus di bagian terlemahnya.”
Maka, dari 9 elite strategis, yang kemudian ia tambah menjadi 11, Anwar menuntun untuk mencari tahu di mana titik lemahnya. Yaitu di dunia usaha. Dunia inilah yang perlu diusahakan umat Islam. (*)
Ada 11 Elite Strategis Indonesia, Umat Islam Lemah di Titik Ini: Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni