PWMU.CO – Debat: Adil Mana Ekonomi Islam Vs Barat? Peristiwa itu berlangusung dalam Webinar Pra-Musyawarah Cabang (Muscab) I PCIM Maroko, Rabu (9/6/21) malam.
Tawaran dan optimsme Anwar Abbas tentang kekuatan atau keunggulan ekonomi Islam—terutama dengan masa depan Islam Indonesia—mendapat sanggahan Guru Besar UMS Bambang Setiaji.
Menurut Bambang, ekonomi Islam Indonesia hanya bisa mengejar ketertinggalannya dengan Barat. Baca paparan Anwar Abbas sebelumnya tentang: Anwar Abbas Dukung Mata Uang Tunggal Dunia Islam dan Ada 11 Elite Strategis Indonesia, Umat Islam Lemah di Titik Ini.
Setujui Islam Dorong Kemajuan
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Bambang Setiaji memahami nilai-nilai Islam itu maju. “Tidak mengganggu kemajuan, malah mendorong kemajuan,” ujarnya.
Dalam hal ekonomi, ada keadilan yang diatur dalam nilai-nilai Islam. Misal, riba yang membahas masalah keadilan. Tapi menurutnya, capaian-capaian Barat juga sangat luar biasa. “Kapitalisme itu sudah tercerahkan,” kata dia.
Guru Besar yang mengajar mata kuliah keuangan negara itu mencontohkan, di negara-negara Barat yang maju, seluruh rakyat dapat uang pensiun. Inilah yang menurut Bambang menunjukkan keadilan.
Ekonomi Barat Sekarang Lebih Adil daripada Islam
Tapi, sejauh ini, di dunia Islam tidak ada yang mencapai keadilan dalam wujud itu. “Mungkin Saudi iya, tapi itu biasanya bukan berdasarkan ketetapan Undang-Undang, melainkan dasar kebaikan hati raja yang berkenan memberi tambahan.” ujarnya.
“Kalau di Barat, sudah diatur undang-undang.Kalau tidak punya uang, mereka utang untuk membayar pensiun rakyatnya,” sambungnya.
Dia lanjut menerangkan, “Ke depan, jika ekonomi Islam berjaya—bisa menghadirkan keadilan—hanya sama dengan Barat. Kita ini mengejar ketertinggalan saja.”
“Hanya untuk mengejar, mengalahkan Barat tidak mungkin. Mereka sudah adil sekali,” sambungnya.
Islam Unggul di Spiritualisme
Jadi, yang menjadi keunggulan Islam ke depan—setelah keadilan ekonominya menyamai Barat—menurutnya kembali pada spiritualisme. “Kalau masalah keadilan dan ekonomi, Barat sudah mencapainya!” tegasnya.
Pria kelahiran Brebes, 24 Desember 1956 itu mengatakan, “Paling-paling prestasi kita sekarang memberi rakyat bebas kesejahteraan, BPJS sudah bisa.”
Buktinya, ada tetangga Bambang yang kemarin sudah melakukan operasi jantung dan tidak membayar. “Sudah oke, tapi pensiun belum. Rakyat yang orang-orang tua masih bekerja,” ungkapnya.
Lantas Bambang menyimpulkan, peran utama kita ke depan adalah spiritualisme dan keutuhan keluarga.
Setiap Peradaban Akan Hancur
Anwar langsung merespon Bambang dengan mengutip surat Ali Imran ayat 140 yang membahas ketika Perang Uhud terjadi.
وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ
Menurutnya, belajar dari ayat tersebut, era itu akan dipergilirkan oleh Allah di antara manusia. Jadi, tidak akan ada satu negara pun di dunia ini yang akan mampu mempertahankan kejayaannya untuk selama-lamanya.
Hasil mengujinya secara empirik, setelah peradaban sebelumnya hancur, muncul bani Abbasiyah yang ternyata hancur juga. Kemudian peradaban Turki Utsmani setelahnya juga hancur. Kini muncul era Barat, yang Anwar prediksi juga akan hancur.
Dia lalu memaparkan fakta yang mendukung era itu akan berganti, “Sekarang secara ekonomi PDB Amerika sudah dilewati PDB Cina. Secara ekonomi, Cina sekarang lebih kuat dari Amerika, tapi secara politik memang Amerika masih kuat. Itu antara ekonomi dan politik ya bersatu.”
Optimis, Indonesia Jadi Negara Adikuasa
Anwar pun menyimpulkan, abad ke- 21 itu abad negara-negara yang ada di Pasifik, yaitu Amerika bagian barat dan Asia bagian timur, termasuk India.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 itu pun mempertegas, “Jadi kesimpulannya tetap, Indonesia menjadi salah satu negara adikuasa dunia (nanti).”
Cuma yang jadi pertanyaan Anwar, apa yang kita kembangkan untuk mencapainya? “Meniru Barat menurut saya tidak, karena di Barat konsepnya welfare state: pelaku ekonominya hanya dua, individu dan negara,” terangnya.
Di Barat, individu disuruh bekerja. Kalau misal tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka negara akan membantu. Sedangkan kalau di Indonesia, lanjutnya, pelakunya ada 3. Yaitu individu, masyarakat, dan negara.
Bertahan dengan Ajaran Islam untuk Kemanusiaan
Anwar pun mengajak belajar dari bagaimana masyarakat bertahan saat pandemi Covid-19, yang tentu membuat banyak masyarakat menjadi miskin. Mengingat, pemerintah juga lama memberikan bantuannya.
“Kan negara harus turun, tapi negara nggak turun kan? Turun setelah satu dua bulan berlalu, baru turun bantuannya,” ungkapnya.
“Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada orang mati di masa Covid-19, karena tidak makan. Orang hanya mati karena Covid-19!” ujar Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 itu.
Dari sini, diketahui masyarakat bisa bertahan karena ada keimanan yang mendorong mereka untuk membantu orang lain. Pengamalan ajaran Islam jawabannya.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus membantu tetangganya,” ujarnya mengutip sebuah ayat al-Quran.
Baginya, era Eropa akan berakhir, era Amerika akan berakhir. “Cuma waktunya kapan ya? Bagi saya, dunia pasti akan melirik kita. Saya sangat yakin sekali ajaran Islam lebih baik bagi manusia dan kemanusiaan,” tegasnya.
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni